@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Rabu, 19 Desember 2012

Like An Angel


Sepasang merpati putih bertengger manis di atas jendela yang lebar terbuka. Seakan sedang berinteraksi layaknya dua orang manusia, mereka berkicau berbalas kata-kata yang terdengar sangat merdu. Kemudian bernyanyi memecah keheningan. Indah. Sayap-sayapnya yang putih itu sangat sinkron dengan ruangan yang mereka hinggapi. Ruangan yang mungkin untuk sebagian orang merasa enggan memasukinya, apalagi untuk menempatinya, entah sehari atau dua hari. Bau obat-obatannya yang khas serta peralatan-peralatan medis yang selalu tertata rapi di pinggiran tempat tidur. Sudah jelas, ini sebuah rumah sakit.

Sepasang burung itu terbang saat sang penghuni ruangan berangsur mendekat ke jendela. Raut wajahnya masih terlihat pucat pasi, matanya sayu, dan ada sedikit guratan hitam di bawah kelopak matanya. Itu mungkin karena ia jarang tidur setelah selama seminggu berbaring di tempat ini. Pikirannya selalu terbayang pada kecelakaan yang menimpanya. Kecelakaan motor yang sudah menghancurkan segalanya; cita-cita, hobi, bahkan bakatnya yang memang jago dalam bidang akademik maupun non akademik. Anak yang maniak basket tersebut terpaksa vakum dan mungkin harus mengubur dalam-dalam hobinya itu. Kenapa bisa begitu? Ya, karena dia lumpuh! Apakah dengan lumpuh ia masih bisa bermain basket seperti sediakala? Entahlah…

Belum selesai ia meratapi nasibnya, ketukan pintu berhasil membuyarkan lamunan seorang Alvino Luidera一sang penghuni kamar tersebut. Cowok yang akrab dipanggil Alvin itu langsung mengarahkan kursi rodanya ke dekat tempat tidur.
“Hai, Vin! Gimana keadaan loe?” sapa Ify一teman dekatnya.
“Sudah agak mendingan, Fy. Thanks ya sudah mau menjenguk.” jawab Alvin santai, “Loe sama siapa ke sini? Sendirian?” lanjutnya.
“Enggak. Gue ke sini sama…” jawab Ify gantung, matanya melirik ke ambang pintu, “Gue sama Via!” Alvin mendengus kesal pas Via一teman Ify sekaligus bisa dibilang musuh Alvin itu muncul di daun pintu.
“Jangan bilang loe datang ke sini buat meledek atau menghina gue?!” cerca Alvin tanpa komando. Sedangkan Via yang baru datang dan langsung ditembak mati oleh Alvin itu mendadak naik darah.
“Loe tuh, ya! Masih untung gue tengok, bilang makasih kek sama gue! Malah nuduh yang enggak-enggak.” celoteh Via kesal.
“Gue gak minta loe tengok, ya!”
“Sebenarnya gue juga ogah nengok loe kalau gak dipaksa Ify!” timpal Via tak mau kalah.
“Perang Dunia Keempat sudah dimulai!” ucap Ify sedikit kesal.
“Berisik!!!” bentak Alvin dan Via kompak.
“Sudah, deh! Pusing gue lihat kalian berdua berantem terus. Sekali-kali akur, kenapa?! Apa kalian gak bosan, hah?! Kita ke sini bukan mau berantem, ngerti?!” oceh Ify tak kalah heboh. Tapi percuma, ocehannya tak dianggap. Mereka tetap sibuk dengan adu kata-katanya. Ify menggeleng pasrah.

Berantem. Mungkin kegiatan itulah yang sangat rutin dilakukan Alvin dan Via acapkali mereka bertemu di manapun, kapanpun, dan dalam situasi apapun. Mereka itu bisa dibilang Tom and Jerrynya SMA 1 Nosztaholic, dari masalah sepele bisa jadi masalah besar, dari masalah besar bisa jadi masalah yang lebih besar. Entah apa yang mendasari mereka berdua. Yang jelas, sudah hampir tiga tahun ini mereka sekelas, predikat peringkat satu yang sering diraih Via itu sudah berpindah tangan ke Alvin. Oke, mungkin itu salah satunya penyebab mereka selalu berantem. Who knows?

Di mata Via, Alvin itu merupakan sosok yang sombong, egois, sok pintar, sok jagoan, dan yang sok-sok lainnya. Padahal di mata orang lain, Alvin itu adalah sosok orang yang baik hati, murah senyum, tampan, gesit, dan tentunya pintar. Entah mana yang benar? Via, atau orang lain?

***


Pantulan bola basket menggema di sekitar lapangan. Beberapa anak sibuk mengoper, mendribble, merebut, dan memasukan bola ke keranjang. Sedangkan di sisi lain, Alvin yang baru dua hari ini berangkat ke sekolah, ia sudah ikut berpartisipasi menonton rekan-rekannya latihan basket. Entah karena ia ingin memberi semangat atau karena ia sudah kangen untuk bermain basket? Yang jelas, Alvin masih dalam bantuan kursi roda.
“Ups! Ada yang lagi galau nih kayaknya. Sudah gak bisa main basket lagi, ya?” ceplos seseorang tidak jauh dari tempat Alvin sekarang.
“Gue lagi malas berantem, ya! Jadi gue mohon loe jangan bikin masalah di sini.” tegas Alvin. Orang tersebut hanya mengangkat alisnya. Dia Cavia Delisha一Via.
“Gue juga lagi gak mau berantem, tuh. Gue cuma kasihan saja lihat loe yang gak bisa ngapa-ngapain lagi. Loe itu sekarang benar-benar orang yang gak berguna!” tampar Via dengan kata-kata yang menyakitkan. Alvin geram, tangannya mengepal roda kursi erat-erat dan pergi begitu saja tanpa merespon ucapan Via sebelumnya.
“Aneh. Gue salah ngomong kali, ya? Ya Tuhan!” guman Via menyesal. Di hatinya terbesit perasaan bersalah. Entah karena apa?
“Hei, Vi? Tolong lempar bolanya, dong!” seru Gabriel yang kebetulan bola basketnya menggelinding di hadapan Cavia Delisha.
“Oh, iya!” Via buru-buru mengambil bola dan melemparkannya ke arah Gabriel.

***


“Loe mau pesan apa, Vin?” tawar Ray begitu sampai di kantin.
“Samakan saja, deh!” balasnya singkat.
“Oke, jus alpukat sama siomay, ya?” sedetik, Ray sudah menerobos ke dalam kerumunan anak-anak yang sibuk memesan makanan.
“Alvin!” sapa Ify. Alvin menengok dan melihat Ify serta Agni sedang berjalan menghampirinya.
“Iya, ada apa?”
“Gak apa-apa, mau menyapa saja.” Ify nyengir.
“Loe sama siapa, Vin?” giliran Agni bertanya.
“Gue sama Ray, tuh! Tumben kalian cuma berdua! Geng loe satu lagi mana?”
“Gak tahu, tuh! Katanya lagi malas ke kantin.” respon Ify.
“Oh, gitu.”
“Loe sih kenapa gak bareng Shilla?” tanya balik Ify.
“Maka dari itu, sudah dua hari ini gue gak lihat dia di sekolah. Sakit kali, ya?” Alvin mengangkat bahunya pelan.
“Siapa bilang Shilla sakit? Orang dia sehat-sehat saja, kok!” timpal Agni.
“Tahu dari mana loe, Ag?” tanya Alvin.
“Tuh belakang loe,” Shilla memeluk Alvin dari belakang. Membuat cewek-cewek di depan Alvin mendadak mual dibuatnya.

Shilla, seorang model majalah ternama sekaligus ketua cheerleaders yang sangat cantik. Rambutnya yang panjang dan hitam pekat serta kulitnya yang putih bersih tak jarang menjadi pusat perhatian di SMA 1 Nosztaholic. Tetapi, sifatnya yang sombong dan suka pilih-pilih teman itu juga membuat sebagian penghuni sekolah tersebut banyak yang membencinya. Apalagi saat dia menjadi cewek satu-satunya yang berhasil menjadi tambatan hati seorang Alvin yang notabenenya adalah cowok Most Wanted itu membuat Shilla semakin menjadi-jadi ulahnya. Tak jarang mengumbar kemesraan di sana-sini, sok manja, dan apalah itu. Bahkan bisa dibilang Alvin itu bukan pacarnya Shilla, melainkan sebagai pembantunya yang harus selalu ada disetiap Shilla membutuhkan. Dan yang anehnya, Alvin tak pernah sadar apa yang Shilla lakukan padanya. Cinta itu memang buta. Bahkan mampu membutakan hati.

Alvin tersenyum, “Kamu ke mana saja, sih? Sudah dua hari ini gak ketemu.” tanya Alvin.
“Aku gak ke mana-mana, kok. Aku ada di kelas.” terlihat kebohongan yang terpancar di wajah Shilla.
“Oh, ya? Kalau gitu mulai sekarang jangan menghilang lagi ya, sayang? Aku sangat membutuhkanmu.” ucap Alvin lirih, tangannya mengusap lembut tangan Shilla yang bersandar di pundaknya.
“Oh iya, gue pinjam Alvin sebentar, ya?” kata Shilla sambil melirik ke arah Ify dan Agni yang sedari tadi sibuk dengan handphonenya.
“Oke, silahkan! Yang lama juga gak apa-apa, kok.” jawab Agni cepat. Sedangkan Ify hanya tersenyum hambar ke arah Shilla. Sedetik, Alvin dan Shilla langsung menghilang di hadapan mereka.
“Lho, si Alvin ke mana? Kok gak ada?” Ray datang dengan dua jus alpukat dan dua porsi siomay di tangan kanan kirinya.
“Alvin diculik sama Shilla, tuh. Sini pesanan Alvin buat kita saja!” paksa Ify langsung merebut paksa siomay dan jus alpukat di tangan Ray. Ray cuma bisa pasrah. Yang penting sekarang waktunya makan.

***


“Kok ke sini?” tanya Alvin saat dorongan Shilla berhenti di suatu tempat一toilet cewek. Shilla tak bergeming, matanya sibuk melirik keadaan sekelilingnya, berharap tak ada seorang pun yang melihat, kecuali mereka berdua.
“Sayang, kok kita ke sini, sih?” tanya Alvin lagi, “ Sayang, jawab dong!”
“Oke-oke, aku jawab. Aku cuma mau bilang sesuatu sama kamu.”
“Bilang apa? Ayo dong! Jangan bikin aku penasaran,” ucap Alvin antusias. Siapa tahu Shilla mau memberikan kejutan padanya. Di WC? Who knows?
“Aku mau bilang kalau aku, kalau aku mau putus!” Alvin langsung syok mendengarnya.
“Apa?! Kamu mau putus? Kenapa?”
“Karena aku sudah punya gebetan yang lain, dan itu lebih baik dari kamu.” kata Shilla tegas. Alvin memutar kursinya ke arah Shilla berdiri.
“Maksud kamu apa, Shil? Kamu lagi bercanda, kan?”
“Aku gak lagi bercanda, Vin! Aku serius. Aku mau putus sama kamu. Aku sudah gak kuat lagi pacaran sama orang cacat kayak kamu. Dan sampai kapanpun aku gak bakalan sudi pacaran sama orang cacat! Buang-buang waktuku saja!” bentak Shilla yang kemudian meninggalkan Alvin sendirian. Tanpa perasaan.
“Shil, tunggu! Aku mohon. Beri aku kesempatan,” ucap Alvin mencoba bangkit dari kursi rodanya. Dan… Bruk!!!
“Alvin!” teriak seseorang yang ternyata dari tadi sempat mendengarkan percakapan mereka berdua一Alvin dan Shilla.
“Jangan sentuh gue! Pergi loe dari sini! Gue bisa sendiri.” bentak Alvin. Orang tersebut mengurungkan niatnya membantu Alvin. Ia berdiri di samping Alvin dan hanya bisa melihat ke-susah-payahannya berusaha duduk kembali di kursi rodanya.
“Dalam keadaan loe yang kayak begini saja loe masih egois, Vin! Sok kuat!” kata orang tersebut terpaksa membantu Alvin duduk dan setelah itu pergi meninggalkannya. Dia Via.
“Aaarrrggghhh!” Alvin memukul-mukul tubuhnya sendiri.
“Via, tunggu!” teriak Alvin kemudian. Via terhenti saat namanya dipanggil. Berbalik, dan melangkah menghampiri Alvin.
“Jangan tinggalin gue, please!” Alvin merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada, “Untuk kali ini saja.” Via mengangguk. Datar. Tanpa ekspresi.

***


Gue cuma kasihan saja lihat loe yang gak bisa ngapa-ngapain lagi. Loe itu sekarang benar-benar orang yang gak berguna!

Aku mau putus sama kamu. Aku sudah gak kuat lagi pacaran sama orang cacat kayak kamu. Dan sampai kapanpun aku gak bakalan sudi pacaran sama orang cacat! Buang-buang waktuku saja!

Dua pernyataan yang begitu menyakitkan dan menusuk hingga ke ulu hati itu selalu terngiang di benak Alvin. Meskipun sudah berjuta-juta kali ia mencoba menepisnya, namun pernyataan itu terlalu kuat sehingga tak dapat ditepis begitu saja. Oke, Alvin memang lumpuh, dan bisa dibilang cacat, tapi bukan berarti ia harus diperlakukan seenaknya. Ia juga berhak bahagia. Butuh seseorang yang mampu menemaninya kapanpun. Kedua orang tua Alvin meninggal waktu ia masih balita karena kecelakaan. Kakaknya kuliah di luar negeri. Jadi, tinggallah Alvin sendiri di rumah. Mungkin cuma pembantunya yang sampai sekarang setia menemani Alvin saat ada di rumah.
“Permisi, Den. Ada yang ingin bertemu dengan Den Alvin.” kata Bi Minah di balik pintu.
“Suruh masuk saja, Bi!”
“Baik, Den.” kemudian Bi Minah menjauh dari kamar Alvin.
“Loe lagi sibuk gak, Vin?” Via tiba-tiba muncul di belakang Alvin.
“Enggak, kok. Kenapa memang?” tanya balik Alvin yang sebelumnya sudah hafal suara tersebut一suara Via.
“Kalau begitu ikut gue, yuk!” Via langsung mendorong kursi roda Alvin tanpa perintah. Alvin hanya pasrah.

Kilauan oranye masih setia membias indah di ufuk barat. Dengan sedikit awan yang berwarna gelap serta sapuan angin yang membawa kesejukan hingga menusuk kulit ari. Damai. Bahkan lebih dari damai. Tiba-tiba Via berhenti mendorong kursi Alvin tepat di depan ayunan besi tua yang mungkin hampir tak pernah tersentuh tangan manusia lagi sebelumnya. Alvin menghela napas, berat. Ia masih bingung dengan maksud Via yang mengajaknya ke sini. Untuk sekejap, mereka tak bergeming. Sejurus kemudian Via mencoba mengangkat tubuh Alvin dan mendudukannya di atas ayunan tua itu. Kemudian mendorongnya penuh hati-hati. Cukup lama mereka terdiam, hanya suara gesekan besi serta binatang-binatang alam yang sedari tadi terdengar.
“Terimakasih ya, Vi!” ucap Alvin berusaha memecah suasana. Via masih terdiam, hingga ayunan itu berhenti dengan sendirinya.
“Buat?” tanya Via pelan.
“Buat semuanya,” jawab Alvin singkat. Via tak merespon. Lagi, ia mengayunkan ayunan itu.
“Sebaiknya kita pulang, sudah hampir malam.” Via membantu Alvin turun. Alvin tersenyum, tulus. Serasa ada jutaan beban yang hilang di hatinya saat bersama Via. Entah apa itu?
“Vi, kenapa loe baik banget sama gue? Padahal dulu kalau kita ketemu, loe selalu ngajak berantem. Apa karena keadaan gue yang sekarang?” Via tergelak mendengar kata-kata Alvin.
“Iya, gue kasihan sama loe. Gue gak suka loe yang sekarang, Vin! Loe yang lemah, loe yang mudah putus asa, loe yang pernah nangis cuma gara-gara Shilla putusin loe, loe yang dengan bodohnya berlutut sama orang yang belum tentu benar-benar mencintai loe. Loe itu beda sama Alvin yang dulu! Mana Alvin yang tegar?! Mana Alvin yang gak mudah putus asa?! Mana Alvin yang kuat?! Alvin yang memiliki prinsip?! Dan Alvin yang selalu bersemangat?!” Via melangkah membelakangi Alvin.
“Tapi, Vi?” sergah Alvin.
“Tapi apa? Apa karena Shilla? Atau karena loe sekarang lumpuh? Itu bukan alasan, Vin!” Alvin mendekati Via. Matanya sudah berkaca.
Stop, Via! Jangan pojokin gue terus! Dan jangan sebut-sebut nama Shilla lagi. Gue sudah muak dengarnya.”
“Oke, lebih baik kita pulang. Sudah hampir malam.” ajak Via. Alvin menunduk pasrah.

***


Hening mengembara di kelas XI IPA 2. Penghuninya sedang sibuk menyalin coretan-coretan indah yang ada di whiteboard ke sebuah buku. Bu Eva selaku guru Fisika sudah sejak tadi berdiri di pojokan kelas. Sudah siap untuk membuka sesi tanya jawab.
“Oke, siapa yang bisa menjawab pertanyaan nomor dua dan nomor tiga?” tanya Bu Eva sambil menyelidik satu persatu muridnya, “Ya, kamu!” dua orang murid mengacungkan tangannya. Namun Bu Eva menunjuk salah satu diantara keduanya. Alvino Luidera.
“Coba kamu isi soal nomor dua, Alvino.” dipegangnya spidol pemberian Bu Eva. Sejenak, Alvin memandangi whiteboard lekat-lekat.
“Mana sampai, Bu? Alvin kan lumpuh, mending Cavia Delisha saja Bu yang maju.” celetuk salah seorang murid di baris paling belakang. Bagai dihantam beribu-ribu ton besi baja, tubuh Alvin remuk tak bersisa. Terlebih hatinya. Sejurus kemudian ia berbelok arah dan keluar meninggalkan kelas.
“Alvin, tunggu!” teriak Via berusaha mengejar Alvin. Meski Ify dan Agni mencoba menahannya. Sedangkan Bu Eva hanya bisa terenyuh melihat kedua muridnya keluar dari kelas.

Koridor sekolah begitu sepi. Karena masih dalam jam pelajaran. Alvin memutar rodanya tak tentu arah. Jiwanya semakin terguncang dengan pernyataan yang begitu sakit keluar dari mulut temannya. Apa salah gue sebenarnya? Kenapa cobaan ini begitu menyakitkan? pekik Alvin dalam hati. Sampai akhirnya roda kursinya berhenti di sebuah gudang sekolah. Untuk kali ini Alvin ingin menyendiri, dan tak ada satupun orang yang mampu mengganggunya. Namun, belum sempat ia masuk ke dalam gudang, ekor matanya tertuju pada dua sosok manusia yang sedang mesra berciuman. Brengsek! Dasar manusia yang gak tahu malu! batin Alvin kesal. Matanya merah, jiwanya sudah meronta dan memaksa Alvin berdiri meski itu mustahil. Tapi ajaibnya Alvin mampu berdiri dan melangkah sebanyak lima langkah dan… Jbret!!!

Riko tersungkur akibat hantaman Alvin. Sedangkan Shilla hanya syok melihat Alvin yang tiba-tiba datang, tiba-tiba berdiri, dan tiba-tiba menghantam Riko keras. Semua karena tiba-tiba.
“Brengsek, loe!” Riko berdiri, kini giliran Alvin yang tergeletak lemas di lantai. Pukulan demi pukulan mendarat mulus di muka Alvin. Ia berusaha melawan, namun percuma, tenaga Riko lebih kuat darinya. Jadi, Alvin hanya bisa menahan pukulan Riko sekuatnya.
“Mampus, loe! Jangan sok jagoan deh, loe!” kata Riko sembari memberi tamparan pada Alvin.
“Alvin!” teriak Via dari kejauhan. Ia berlari mendekati Alvin yang sudah terkapar tak berdaya. Sedangkan Riko dan Shilla kabur entah ke mana.
“Vin, loe gak apa-apa, kan? Ya ampun, kenapa bisa begini, sih?” tanya Via khawatir melihat muka Alvin memar dan sedikit darah di sudut bibirnya.
“Via, Alvin! Kalian sedang apa? Terus ini kenapa Alvin bisa kayak gini?” tanya Ray, Ify, dan Agni yang entah dari mana mereka datang.
“Gue juga gak tahu. Mending kalian bantu gue bawa Alvin ke UKS.”
 “Baik, Vi.” Ray, Agni, serta Via mengangkat tubuh Alvin. Sedangkan Ify mendorong kursi roda yang tergeletak tak jauh dari tempat kejadian.

***


Tiga hari berlalu. Rumah Alvin terlihat lebih ramai dari biasanya. Ya, itu karena Ray CS sedang berkumpul di halaman belakang rumahnya. Bersenang-senang seraya menghibur sang pemilik istana. Kebetulan hari ini hari libur.
“Gue bawa sesuatu buat loe, nih, Vin.” kata Ify sumringah.
“Gue juga bawa, kok.” sambung Agni.
“Bawa apaan, deh?” tanya Alvin penasaran. Sedangkan Ray sama Via sedang asyik membolak-balik ayam bakarnya. Ralat! Ayam bakar mereka berlima maksudnya.
“Satu… dua… tiga… taraaa… Satu porsi siomay dan,” surprise Ify.
“Satu gelas jus alpukat!” sambung Agni lagi antusias.
“Huh, dasar! Bilang saja mau bayar hutang. Waktu itu kan loe berdua makan punya Alvin.” timpal Ray seketika.
“Hehehe. Iya juga, sih.” Ify dan Agni nyengir. Kontan membuat Via dan Alvin tertawa lepas. Ralat! Mereka.
“Ini spesial buat Alvino Luidera. Gue yang bikin, lho.” Via menyodorkan ayam bakar tepat di depan mata Alvin.
“Ceritanya mau ngasih apa mau pamer kalau ini buatan loe?” ledek Alvin jahil.
“Dua-duanya,” jawab Via, lantas kembali nimbrung bareng Ray, Agni, dan Ify. Maksud Via cuma satu, ia mau ngambil jatah miliknya. Lalu kembali duduk di samping Alvin.
“Enak? Sudah pasti enak, dong?” sombongnya.
“Lumayan,”
“Sudah, begitu doang? Gak seru, deh!”
“Bercanda doang, Vi. Ini enak banget, kok.” balas Alvin jelas.
“Nah, begitu dong! Hahaha…” mereka tertawa terbahak-bahak dan… Dzing! Tatapan kedua mata mereka bertemu. Alvin langsung kembali memakan ayam. Sedangkan Via mencoba memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan pipinya yang mulai bersemu merah. Salting.
“Via…” kata Alvin lembut. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah Via. Semakin dekat. Membuat napas Via semakin memburu, tegang, namun berusaha sesantai mungkin di depan cowok yang dulu pernah menjadi musuhnya. Jantung Via berdetak lebih cepat saat tangan Alvin menyentuh pipinya. Dan…
“Mulut loe belepotan, Vi. Sini gue bersihin.” kata Alvin. Ya Tuhan, jantung gue? pekik Via dalam hati. Mencoba memastikan bahwa jantungnya masih ada atau tidak.
“Kacang, kerupuk, tahu, tempe, garing!” teriak Ray, Agni, dan Ify usil. Via bangkit dan berpura-pura pergi ke toilet. Sedangkan Alvin kembali bersandar ke kursi rodanya. Mereka, lebih dari salting.
“Penonton kecewa…” goda Ify.
“Ciyeee… yang dulunya musuhan, sekarang bakal jadian, nih!” timpal Agni semakin menggoda Alvin.
“Apaan, sih?! Gak lucu, deh!” bela Alvin berusaha santai. Untung saja Via gak ada, kalau ada mungkin dia sudah menjadi kepiting rebus. Merah merona.
“Gak usah salting gitu, kali. Kalau enggak ya sudah biasa saja, lagi.” kata Ray seraya mendorong Alvin ke dalam rumah, diikuti tawa Agni dan Ify.
“Gimana kalau nanti sore kita ajarin Alvin jalan? Setuju, enggak?” ujar Ify tiba-tiba.
“Ide bagus, tuh! Gue setuju, deh.” sambung Ray.
“Loe mau kan, Vin?” tanya Agni meminta persetujuan.
Why not?

***


“Ayo, Vin! Loe pasti bisa.” teriak Agni semangat.
“Gue sama Ify beli minum dulu ya, Ag?” kata Ray seraya meninggalkan Agni sendiri di ayunan.
“Oke, bos! Kalau bisa beli lima, ya?” Ify mengacungkan jempolnya. Dan Agni kembali menatap Alvin yang sedang belajar berjalan bersama Via. Tak jauh dari ayunan yang diduduki Agni.
“Alvin sama Via itu so sweet banget, ya? Apalagi kalau mereka benar-benar pacaran, pasti lebih so sweet.” gumam Agni sambil senyum-senyum gak jelas.

Alvin sudah mampu berdiri cukup lama. Hanya saja kakinya belum begitu kuat untuk melangkah. Di depannya ada Via yang setia mendampingi Alvin. Memegang kedua tangan Alvin sebagai topangan. Dan sedikit demi sedikit Alvin pun mencoba melangkah, kaku, tapi ia tetap berusaha. Begitupula dengan Via yang selalu memberi semangat yang luar biasa ke Alvin.
“Kamu pasti bisa, Vin! Ayo semangat!” sesekali Via melepaskan tangannya, dan kembali memegang tangan Alvin lagi disaat keseimbangan Alvin mulai goyah.
“Aku bisa, Vi! Aku bisa!” histeris Alvin begitu mendarat di pelukan Via. Ia mampu melangkah sebanyak enam kali.
“Aku sangat yakin kalau kamu bisa. Dan itu terbukti, Vin. Kamu hebat!” puji Via. Alvin melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata indah Via yang benar-benar jernih. Sempurna! Disentuhnya kedua pipi Via lembut.
“Selama ini aku baru sadar, Vi. Kamu itu memang malaikat, malaikat yang Tuhan turunkan untuk aku.” bisik Alvin pelan.
“Aku rela menjadi malaikat karena kamu, Vin!” bisik Via juga pelan. Kemudian ia berlari meninggalkan Alvin yang masih tersenyum-senyum.
“Via,” gumamnya sembari memandangi punggung Via yang semakin jauh.
“Anak-anak yang lain pada ke mana, Ag?” tanya Via saat tiba di tempat Agni main ayunan.
“Lagi pada beli minum, tuh!” jawab Agni singkat. Kembali ia mengayunkan ayunannya. “Via, sini deh!” suruh Agni tiba-tiba.
“Kenapa?”
“Itu, tuh! Si Alvin. Dia jalan sendiri, Vi! Dia sudah bisa jalan sekarang. Coba lihat!” histeris Agni heboh. Via cuma bisa bernapas lega melihat Alvin yang sedang berjalan ke arahnya seraya tersenyum.
“Kalian berdua lihat, kan? Aku sudah bisa jalan lagi! Ya Tuhan, terimakasih.” ucap Alvin sangat bahagia. Sesekali ia menepuk kakinya untuk memastikan kalau ini benar-benar nyata, bukan mimpi.
“Alvin! Loe sudah bisa jalan? Horeee… it's amazing!” teriak Ify dari jauh, Ray yang bersusah payah membawa minuman pun ikut senang melihatnya.
“Ini semua berkat kalian, friends. Tanpa kalian semua, aku mungkin gak bakal bisa jalan lagi.” ucap Alvin sambil melebarkan kedua tangannya. Mereka berpelukan.

***


Teriakan ratusan penonton menggema dan bersorak ria seketika saat tembakan three point milik Alvin melingkar sempurna pada ring lawan. Lantas, Alvin langsung berlari keliling lapangan sambil melemparkan senyum manisnya ke semua penonton. Sedangkan pemain lainnya ikut berbangga pada Alvin dan memberikan tos semangat. Permainan pun dilanjutkan. Kini giliran tim lawan yang menguasai bola. Mendribblenya dengan gesit, mengoper dengan operan sempurna, sampai-sampai tim Alvin kesusahan mengambil alih permainan. Cowok bernomor punggung sepuluh itu berhasil mendekat ring Alvin CS. Namun sayang, bola yang dilemparkannya melesat dan berhasil dikuasai oleh Gabriel. Gabriel langsung berlari, lincah, lalu mengoper ke arah Cakka yang kebetulan dalam posisi yang menguntungkan. Cakka melakukan lay out dan… Hup! Masuk. Histeris penonton kembali menggema. Kali ini giliran Cakka yang berlari mengelilingi lapangan. Kemudian peluit pun dibunyikan, pertanda bahwa permainan telah selesai dan berhasil dimenangkan oleh SMA 1 Nosztaholic.

Para pemain basket langsung mengangkat sang kaptennya, Alvino Luidera. Dan mengaraknya keliling lapangan. Ramai. Sebagian penonton ada yang berteriak memanggil-manggil nama mereka一Alvin, Cakka, Gabriel, Ray, dan Debo.
“Selamat atas kemenangannya!” ucap Via, Ify, dan Agni saat Alvin CS beristirahat di pinggir lapangan.
“Gabriel, Ray, Cakka, Alvin, dan Debo. Sumpah, kalian keren banget! Gue sampai excited lihatnya.” histeris Ify tiba-tiba. Sedangkan yang dipuji hanya nyengir gak jelas dan mungkin dalam hati mereka berkata, “Pastinya, dong!”

***


“Alvin, tunggu!” teriak seseorang dari arah belakang. Lantas, membuat lima sekawan itu menengok kompak.
“Iya, ada apa?” tanya Alvin.
“Selamat ya atas kemenangannya.” ucapnya tulus, “Dan aku juga mau minta maaf sama kamu, Vin. Aku menyesal.”
“Maaf buat apa, Shil? Lalu kenapa kamu harus menyesal? Aku gak ngerti,” tanya Alvin lagi sangat penasaran. Dia Shilla.
“Aku minta maaf karena dulu aku pernah putusin kamu. Waktu itu aku lagi labil. Maafkan aku,” jelas Shilla seraya berkaca-kaca di hadapan Alvin.
“Oh, masalah itu? Lupakanlah, sudah aku maafkan, kok. Jadi, kamu gak perlu minta maaf lagi,” jawab Alvin tegas. Senyumnya terbesit tulus ke arah Shilla, “Bagaimana dengan Riko?” tanya balik Alvin. Karena sudah lama ia tak melihat Riko semenjak kejadian itu. Sejenak, Shilla menunduk.
“Riko tersandung kasus narkoba, Vin. Dia sudah sebulan ini berada di panti rehabilitas.”
“Aku turut prihatin sama dia, Shil. Oh iya, aku sama mereka mau makan-makan, kamu mau ikut?” tawar Alvin. Sontak membuat Via, Agni, Ify, dan Ray tercengang. Segitu baikkah Alvin sama Shilla? Apa Alvin masih punya perasaan sama Shilla? pekik Via dalam hati. Ada rasa takut yang mendalam di benaknya. Entah kenapa?
“Vin, apa kamu masih mau terima aku jadi pacar kamu lagi?” kata Shilla seraya memancarkan cahaya permohonan di matanya. Begitu sedetik kalimat tersebut diucapkan Shilla, ada seseorang yang sangat syok mendengarnya. Cavia Delisha.
“Aku, aku mau…” ucap Alvin terpotong. Deg! Jantung Via serasa berhenti saat itu juga. Lututnya mulai terasa lemas. Lebih dari lemas, mungkin.
“Jadi, kamu mau jadi pacar aku lagi, Vin?” harap Shilla setengah senang.
“Maksud aku, aku mau kamu jadi teman aku saja, gak lebih. Aku gak mau jatuh ke lubang yang sama lagi. Dan satu lagi, aku sudah menemukan pengganti kamu di hatiku. Dia lebih baik bahkan jauh lebih baik dari kamu,” tegas Alvin penuh penekanan di kalimat-kalimat akhir. Membuat Shilla semakin tertusuk sakit di hatinya. Layaknya bumerang, kalimat itu kembali kepadanya.
“Orangnya ada di dekat aku,” Alvin melirik salah seorang di sampingnya, “Cavia Delisha!” kemudian dirangkulnya Via dengan erat. Mata Via berbinar.
“Alvin?” mungkin itu satu-satunya kata yang mampu Via ucapkan. Alvin tersenyum ke arahnya. Manis sekali. Kemudian Via membalas rangkulan Alvin, sangat erat.


The End!
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Sabtu, 10 November 2012

Greyson Chance

Greyson Michael Chance (lahir di Wichita Falls, Texas, Amerika Serikat, 16 Agustus 1997; umur 15 tahun) adalah penyanyi pop rock dan pianis Amerika yang pada April 2010 menunjukkan performanya menyanyikan lagu Paparazzi milik Lady Gaga pada festival musik kelas enam dan menjadi hits di YouTube, mendapatkan lebih dari 44,5 juta penonton. Dua dari musik ciptaannya, "Stars" dan "Broken Hearts", mencapai lebih dari 5 dan 7 juta penonton secara terpisah pada saluran YouTubenya. Single pertamanya, "Waiting Outside the Lines", diluncurkan pada Oktober 2010. Album pertama Chance, Hold on 'till the Night, diluncurkan pada 2 Agustus 2011.


Kehidupan Pribadi

Greyson Michael Chance lahir pada 16 Agustus 1997 di Wichita Falls, Texas, dan sekarang tinggal di Edmond, Oklahoma. Dia merupakan anak termuda dari Scott dan Lisa Chance; dia memiliki kakak berumur tujuh-belas tahun, Alexa, dan abang berumur Dua-puluh tahun, Tanner, mereka berdua juga dapat bermain musik. Chance mulai bermain piano saat berumur 8 tahun dan telah tiga tahun les piano; bagaimanapun, dia tidak memiliki latihan vokal yang khusus.
Dari inspirasinya, Chance mengatakan, "Saya suka artis yang dapat mengkomunikasikan emosi mereka melalui musik dan bernyanyi dari hari. Itulah yang saya harapkan dengan musik saya." Greyson Chance mendapatkan inspirasi dari Lady Gaga; setelah melihatnya bernyanyi "Paparazzi pada MTV Video Music Award 2009, dia mengatakan,"Saya sangat kagum dengan performanya. Saya suka jiwa drama dan treatikalnya, ditambah dia merupakan penyanyi dan pemain piano yang hebat." Chance juga terinspirasi dari Christina Aguilera, band rock Augustana, penyanyi R&B John Legend, penulis lagu-penyanyi Elton John, dan John Lennon, dari The Beatles.

Penampilan

Sampul video Chance "Paparazzi" diperlihatkan di Youtube, pada 26 April, 2010, dan hampir dua minggu video itu masih rendah penonton. Paling tidak dua situs sosial, GossipBoy.ca dan reddit.com, menerbitkan videonya pada 10 May 2010. Ellen DeGeneres yang melihat itu pertama kali setelah kakaknya, Tanner Chance, menulis pada pemirsanya menyarankan agar menonton video tersebut. Video itu kemudian mendapatkan kira-kira 10,000 penonton ketika DeGeneres melihat itu pertama kali; ketika menjelaskan alasannya untuk menamakan label record terbarunya "eleveneleven", dia terdaftar sebagai salah satu fakta yang dia pertama sekali melihat Paparazzinya Chance pada 11 May, Yahoo! Music melaporkan: "Semenjak tulisan ini diluncurkan, video telah melebihi 36,000 penonton sejauh ini, dan dia telah di undang untuk tampil pada The Ellen DeGeneres Show.
Pada 12 May, 2010 Greyson Chance tampil dan berwawancara serta menampilkan "Paparazzi" untuk Ellen di Los Angeles.Ini disiarkan pada 15 May 2010. Selama wawancara, Chance mendapatkan panggilan telepon dari Lady Gaga, yang anak lelaki itu mengatakan bahwa dia merupakan "inspirasi terbesarnya". Penampilan pertamanya pada Ellen diikuti dengan penampilan keduanya, pada 26 May 2010, yang dimana Chance menampilkan lagu orisinalnya "Broken Hearts", dan menerima hadiah $10,000 (Rp 88,000,000) serta Piano baru Yamaha karena berhasil memenangkan kontes Ellen's Wonderful Web of Wonderment dan diumumkan sebagai artist pertama yang akan masuk label rekord terbarunya eleveneleven. Chance sekarang telah memiliki banyak fans baik di Facebook maupun di Twitter. Dia merupakan musisi ke-28 yang memiliki pelanggan terbanyak di YouTube, dengan 286.000 pelanggan dasar, pada 3 Januari 2010. Greyson Chance juga tampil di "We Day" (yang juga dikenal sebagai "Me to We Day 2010") di pusat kota Toronto pada Pusat Penerbangan Kanada, dimana dia menampilkan "Can't Love, Can't Hurt" oleh Band Augustana.[16]

Tampil di Media

Greyson at the film premiere of Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2 in July 2011.

Pada pagi tanggal 11 May 2010, Video Cover milik Chance "Paparazzi" ditampilkan pada RyanSeacrest.com, yang kemudian dikatakan bahwa dia mendapatkan video itu via BuzzFeed, sebuah situs yang mencoba untuk mencari dan memprediksikan kepopuleritas seseorang melalui internet. Kemudian, TVGuide, The Huffington Post, dan Yahoo! Music's video blog, Video Ga Ga, juga menerbitkan artikel mengenai video itu; TVGuide mengatakan pada artikel itu bahwa halaman fans Facebook telah dibuat untuk Chance. Sore itu, Ryan Seacrest dan DeGeneres mentautkan sebuah video pada akun twitter mereka, demikian juga Ashton Kutcher.
Pada 12 May 2010, pengumuman DeGeneres tentang pemesanan Chance pada The Ellen DeGeneres Show, diberitakan pada waktu yang berbeda pada seluruh tempat di Amerika dan menerbitkannya pada situs resminya. Jurnal Wall Street dan Los Angeles Times, di antara media tendensi yang lain, yang juga memposting artikel mentautkan video dan mengumumkan penampilan itu kedepan. Malam itu, ABC World News menyiarkan laporan mengenai Chance yang diwawancarai oleh Diane Sawyer, yang dikatakan oleh ABC News sebagai Billi Elliot dan bagian dari Glee TV. Malam itu, Guy Oseary, seorang manajer entertaimen L.A. yang kliennya termasuk Madonna, Demi Moore, dan Ashton Kutcher, merekomendasikan video "Paparazzi" milik Chance di Twitter..
Pada 13 May 2010, Pertunjukan Chance pada The Ellen DeGeneres Show disiarkan, dan juga pada media tendensi, termasuk CBS dan People, dilaporkan pada pertunjukan tersebut. Pagi itu, Ryan Seacrest menerbitkan tautan yang lain di Twitter, kali ini video Chance tentang pertunjukannya di The Ellen DeGeneres Show. Tidak hanya menerima perhatian dari DeGeneres dan Seacrest tetapi juga, pada 14 May, penyanyi, penulis lagu, dan penulis buku David Archuleta mentautkan video di Twitter yang mengklaim bahwa Greyson itu "berbakat".
Pada 15 May 2010, Greyson Chance menciptakan halaman akun MySpace resmi dan halaman Twitter resmi. Pada hari yang sama pula, Crazed Hits, sebuah industri musik "tip-sheet" dijalankan oleh Alex Wilhem, dengan tanpa sumber, menyebutkan bahwa "Interscope Records" telah membuat persetujuan kontrak dengan anak berumur 12 tahun, Greyson Chance. hari itu pula, NewsOK menerbitkan video, "Tiga Hal yang kamu ketahui tentang Greyson Chance", dan sebuat artikel yang mana Ayah Chance, mengatakan bahwa keluarga mereka akan menghabiskan akhir pekan dengan memutuskan bagaimana Greyson Chance kedepannya sebelum menandatangani kontrak apapun.
Pada tanggal 18 May 2010, The New York Post melaporkan perjanjian dengan Interscope Records, mengutip Ayah dan kakanya Chance sebagai konfirmasi perjanjian; The Post juga melaporkan bahwa panggilan yang dibuat untuk sekolahnya Chance dialihkan kepada Guy Oseary. Pada 15 May, Ellen DeGeneres mengumumkan bahwa dia telah membentuk label rekaman yang dinamai eleveneleven dan Chance merupakan artis pertamanya. Guy Oseary yang menangani karir Madonna dan Troy Carter, yang menangani karir Lady Gaga, akan menjadi wakil manajer dari karir Greyson Chance, tetapi tidak ada hubungan dengan label rekaman besar yang telah ditandatangani..
Kronologi dari kejadian itu telah menghasilkan analisis media dari fenomena marketing yang terpisah dari elemen musikal dan biografikal. Pada 15 May 2010, "The Christian Science Monitor" menerbitkan sebuah artikel yang ditulis oleh Gloria Goodale, staf penulis dari biro publikasi; mengungkapkan bahwa pertumbuhan cepat Chance di media memberikan perhatian dan memunculkan variasi dari situs resmi dari Chance, sebagaimana perhatian yang meningkat dari analisis indrustri musik Jeff Snyder tentang kualitas dari video itu sendiri, Goodale menanyakan "Apakah terdapat tangan media yang besar dibelakang pertumbuhan musik Christian Greyson Chance. Pada 18 May 2010, Goodle menulis kembali pada artikelnya dengan membuat artikel kedua untuk Christian Science Monito fokus kepada "zaman modern dari manipulasi media", yang diperkenalkan dengan mengatakan,"Laporan sejauh ini menyarankan bahwa manipulasi media/video YouTube Greyson Chance merupakan legit. Pada 18 May 2010, Saluran berita ITN menerbitkan sebuah laporan video pada saluran YouTube-nya, dimana banyak dari pertanyaan yang sama diangakat; aspek yang diangkat dari video Chance "Paparazzi", analisis indutri media Alan Stevens menunjukkan ketidakmampuan budaya media modern untuk membedakan mana video yang dihasilkan oleh amatiran dan mana video yang benar-benar dihasilkan oleh seorang profesionalis tetapi menampakkan bahwa video yang dihasilkan oleh amatir tampak asli.
Single pertamanya yang berjudul "Waiting Outside The Lines" telah dirilis di iTunes pada 26 Oktober 2010. Lagu ini dirilis secara digital di Inggris pada 9 Desember. Sigle ini juga berisi versi studionya dari video pertamanya "Paparazzi" milik Lady Gaga. Pada awal Desember 2010, dia mengunjungi baik Paris maupun London, mengunjungi stasiun radio lokal dan memberikan konser tertutup pada kedua kota tersebut.
Pada 5 Februari, Greyson Chance kembali masuk pada kancah Nasional dengan menampilkan "Waiting Outside The Lines" pada CBS Early Show, saat singgah di New York, tour bersama Miranda Cosgrove
Pada 17 May, 2011, single terbarunya "Unfriend You" dirilis di iTunes.
Pada 9 April, dia memulai tour "Waiting 4U" dengan penyanyi pop/R&B Australia Cody Simpson di Ivins, Utah. Tour tersebut berakhir pada 18 May, 2011 di Portland, Oregon.
Pada 23 May, Greyson kembali tampil pada The Ellen DeGeneres Show untuk menunjukkan single terbarunya, "Unfriend You". Setelah penampilan itu, Greyson mengungkapkan tanggal rilis resmi dari album terbarunya, Hold On 'Til the Night, yang dirilis pada 2 Agustus 2011. Video musik yang dihasilkan oleh bintang ternama Victorius, Ariana Grande.
Pada 15 September, dia kembali tampil pada The Ellen DeGeneres Show untuk berbicara mengenai albumnya, dan juga mengungkapkan bahwa dia telah mengambil langkah pertamanya di dunia akting, menggambarkan versi mudanya dari Jimmy Chance, menjadi seorang protagonis pada Raising Hope, pada premiere musim kedua dari seri tersebut.
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Me In Jogjakarta










Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Sivia Azizah, Cakka Nuraga, Zahra Damariva, dan Debo Andryos - Jangan Menyerah

 
Sivia Azizah, Cakka Nuraga, Zahra Damariva, dan Debo Andryos - Jangan Menyerah

Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Sabtu, 22 September 2012

Rasaku

Kala Rindu Menyentuh Kalbu
Firasat Gundah Tiada Menentu
Gelora Hasrat Meronta Syahdu
Merintih Keras Ingin Bertemu


Hei Kamu Yang Disana
Datanglah Padaku
Dekaplah Jiwaku
Ijinkanlah Aku Sejenak Memandang Parasmu


Hei Kamu Yang Selalu Disana
Disinilah Aku Merindu
Menanti Hangat Kehadiranmu
Ijinkanlah Aku Sejenak Menyentuh Kasihmu


Senyummu Damaikan Perasaanku
Tutur Katamu Tepiskan Lara Dalam Jiwaku

Sadarkah Kamu Akan Rasaku ??
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Me :)


Tatang Heriana or Taher Nathan??
Siapa sih ?? Ko aku ga kenal ?? Anak mana emang ?? Sekolahnya dimana ??

Mungkin itulah sebagian kata-kata yang akan dilontarkan oleh orang-orang yang belum kenal saya (ya iyalah). Anak yang terkesan cuek, sok, sombong, egois, angkuh, dan pelit ini sekarang sekolah di SMANSA BABAKAN. Kalian tau kan sekolah itu ? Ya pasti taulah, masa ga tau. Itu loh yang sekolahnya bagus banget, apalagi siswanya. Eits tunggu dulu ! Ko jadi ngebahas sekolah ? #Plak !

Menurut saya Tatang Heriana itu anak yang aneh, sifatnya tiap detik berubah kaya power ranger yang membela kebenaran. Dilihat dari fisiknya sih ya lumayan gitu, lumayan ancur. Tapi dari keancurannya itu loh terselip keistimewaan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain #haha agak lebay. Maklumlah dia kan anak baik-baik. Dia paling ga suka diganggu kalo lagi serius, ga suka sama orang yang sok iye, ga suka sama orang yang carmuk #haha, ga suka dibohongin, ga suka ngerokok, ga suka mabuk, ga suka narkoba, pokoknya yang berbau negatif itu dia ga suka.
Dan yang paling dia suka itu adalah becanda. Selain itu dia katanya mengaggumi orang-orang yang sopan, murah senyum, penyapa, akrab, to the point, dan banyak lagi deh.

Tatang Heriana itu cinta lingkungan, go green lah pokoknya. Karena kalo lingkungan disekitar kita itu bersih, otomatis menyenangkan. Bener ga ??

Dan dia juga suka cewe yang cantik luar dalam, pengertian, terbuka, baby face, indah dipandang tetapi yang tidak mengumbar aurat. Ada yang termasukkah ?? #promosi dikit hehe

Yang harus kalian inget itu, jangan negative thinking dulu dalam menilai sifat saya. Saya tau kalo wajah saya itu cuek, sombong, carmuk, egois, dan banyak lagi. Tapi itu salah besar ! Kalian belum kenal saya sih. Saya itu baik, solid, rajin menabung, buang sampah pada tempatnya, sopan, ramah tamah, berbudi pekerti, pintar, #jangan cepet percaya dulu ya hehe.
dan yang pasti saya itu care, karena selama saya bisa membantu. Kenapa tidak ??

So this is me :D

Ayo-ayo pada kenalan sama saya, mumpung gratis. Nanti sih bayar. Hehe Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Corat Coret

Menyendiri dalam kesedihan itu sangatlah menyiksa batin. Cobalah untuk sharing sama orang lain yang mampu memahami keadaan kamu. Tidak baik loh kalau masalah dipendam sendiri, yang ada nantinya stres berkepanjangan. Masih mending kalau stres-nya masih dalam keadaan normal, kalau stres-nya OVER ? Waduh bahaya !
Jadi kalau punya masalah itu jangan dipendam serta dipupuk sendiri aja ya ?
Dalam kehidupan masalah itu memanglah wajar, tapi kalau masalah itu dianggap beban olehmu ? Itu tidak wajarlah. Karena masalah itu adalah 1 dari triliunan keindahan hidup yang kita jalani.

Dan disinilah kita butuh seorang SAHABAT. Yang selalu siap sedia menampung kesedihan yang amat mendalam bagi kita. Yang mampu merasakan pahitnya hidup yang kita alami. Dan yang mampu memberikan kebahagian dalam jiwa dan raga kita. Sahabat itu adalah sosok malaikat yang berwujud manusia. Dia tidak punya sayap, tapi mampu terbang membawa kita ke luar angkasa kebahagiaan. Dia seperti ibu yang menyayangi kita tanpa pamrih. Dia seperti ayah yang kadang bijaksana. Dia seperti kakak yang sering mengayomi kita ke jalan yang menyenangkan. Dan dia juga seperti adik yang kadang menjengkelkan kita. Tapi DIA tetaplah sahabat kita yang tak pernah kita harapkan, tapi selalu hadir di saat kita dirundung masalah.
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Sendiri (Merasakan Arti Kehidupan Yang Sesungguhnya)

Sendiri itu menyenangkan, sendiri itu menyakitkan, sendiri itu meresahkan, sendiri itu menyesalkan, sendiri itu ????
Entahlah.

Huh ! Memang benar dugaanku, saat kita sedang sendiri itu segala apapun yang telah kita lakukan akan teringat kembali. Barulah disitu kita menyadari betapa mengesankannya, betapa menyedihkannya, betapa menyesalnya, bahkan betapa mengerikannya apa yang telah kita perbuat di masa lalu termasuk barusan. Kawan, kadang aku juga merasa gereget kalau lagi sendiri, bahkan hal-hal yang nekad pun bisa saja kita lakukan. Dan dalam kesendirian itulah kita baru sadar kalau yang telah kita perbuat itu sangat salah, menyimpang, bodoh, gila, dan entah apalagi. Yang pasti jika kita mengingat itu tingkat emosi kita akan meningkat ya kan ??
Sampai-sampai kita harus melontarkan beribu pertanyaan yang entah siapa yang akan menjawab. Kenapa aku lakukan itu ?? Apa yang harus aku perbuat ?? Bagaimana menghilangkan keburukkan itu dari hidupku ?? Sampai kapan aku harus begini ??

Tapi lupakanlah itu. Yang harus kita pikirkan itu adalah jalan kedepannya. Terbaik, yah benar ! Kita harus melakukan yang terbaik bahkan lebih dari terbaik untuk diri kita pribadi maupun untuk orang-orang sekitar kita. Dan yang paling penting juga kita harus dekat bahkan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena segala sesuatu akan terjadi oleh kehendak-Nya.

Tapi mungkin kita juga kadang berpikir untuk tidak sanggup melakukannya ?? Maka dari itu mulailah dari NOL, anggap saja kita itu baru terlahir dari dunia yang baru. Lupakan saja hal terburuk yang pernah menerpa kita. Karena jika kita selalu mengingat hal itu, kapan kita mau majunya ?? Tendang saja masa lalu itu jauh-jauh !

Do the best for your self pokoknya. Jadikan lamunan kesendirian kalian itu hal yang menyenangkan, mengesankan, mengharukan, bahkan mengagumkan untuk di ingat.

Yang terakhir, perbanyak senyum pada orang-orang, berlaku sopan, rendah hati, dan jangan sampai aura kesombongan, keangkuhan, kemunafikan itu terpancar pada diri kalian. Jangan sampai !!

thanks :) Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Via On Diary

Tidak sedikit orang di muka bumi ini yang mempunyai catatan penting dalam hidupnya, sebut saja diary. Karena dengan diarylah kita bisa menumpahkan seluruh isi hati kita. Entah itu kesenangan, kesedihan, keterharuan, kebanggaan, dan banyak lagi. Selain itu, diary juga merupakan sebuah sarana yang tepat untuk mengulas kembali peristiwa-peristiwa penting yang pernah kita alami sebelumnya.

Sebagai cewek yang berponi dan berambut panjang. Sivia juga mempunyai sebuah diary yang isinya tidak kalah menariknya dengan Buku Harian Nayla. Cewek yang satu ini fanatik banget sama yang namanya JB. Tapi bukan James Bond ataupun Jonas Brother lho. Melainkan sosok Justin Bieber yang sedang booming di kalangan remaja saat ini.
“Selain jago nyanyi sama ngedance, loe itu cakep banget sih Beib! Andai aja loe itu pacar gue? Mungkin cewek-cewek di Indonesia pada syirik sama gue! Hahaha.” kata Sivia yang lagi tiduran di atas kasur dengan kedua tangan dalam keadaan memegang poster Justin Bieber yang super duper gede itu. Tak lama kemudian dia bangun dari teparnya. Sejenak, bola matanya menatap keluar jendela. Betapa indahnya langit senja saat itu. Perlahan, dia mencoba mendekati jendela kamarnya. Namun tiba-tiba ...
“Kemprang! Bruk Grompyang!”
“Aaaaaaaaa!!!” sekilas Sivia terkejut dan berteriak. Kedua tangannya menutup telinga dengan kaki yang berjalan di tempat bak seekor kuda yang sedang berancang-ancang mau lari. Dan tanpa pikir panjang, Sivia langsung mengambil bola baseball yang memantul di kakinya dan kemudian berlari turun menuju sumber lemparan tersebut.

“Heh tusuk sate! Sebenernya mau loe itu apa sih? Tiap hari kerjaan loe cuma ngusik ketentreman gue mulu!” tukas Sivia langsung.
“Yee tusuk gigi! Emangnya gue salah apaan sama loe? Maen asal serobot-serobot aja nyalahin orang!” balas Alvin tak mau kalah dengan Sivia.
“Jangan berlagak bego deh loe! Asal loe tau ya, ini untuk ke 7 kalinya loe mecahin kaca jendela kamar gue! Loe mau ganti gak? Kalau nggak ...” ancam Sivia sambil mengarahkan bola baseball yang sejak tadi dipegangnya ke arah Alvin.
“Ayo lempar aja, gue gak takut! Loe kan lemah, palingan juga gak bakal nyampe ke muk ...” belum sempat Alvin selesai berbicara, tubuhnya langsung tumbang saat bola baseball itu mendarat tepat di kening Alvin dengan kerasnya. Alvin pun tergeletak tak berdaya.
“Piiuuhh! Emang enak gue timpuk? Rasain loe!” ejek Sivia sembari mengadukan kedua telapak tangan.

Tubuh Alvin tergeletak 5 meter dihadapan Sivia. Cukup lama. Tetapi Sivia malah masa bodoh dengan keadaan Alvin. Yang dia rasa saat itu hanya senang dan bangga telah melumpuhkan seorang cowok yang sangat-sangat menyebalkan baginya. Karena selama bertahun-tahun Alvin-Sivia bertetangga, mereka itu seperti anjing dan kucing yang tidak pernah ada akurnya.

Dan setelah hampir beberapa menit Sivia menunggu dengan perasaan kesal, Alvin belum terbangun juga. Akhirnya Sivia pun cemas dan dengan terpaksa mendekati tubuh Alvin untuk memastikan keadaannya.
“Udah deh loe gak usah pura-pura gitu. Emangnya gue gak tau sifat bejat loe?” sindir Sivia untuk memastikan kalau Alvin baik-baik saja. Alvin tetap saja diam dan membisu. Dan itu membuat Sivia tambah cemas.
“Vin, Alvin! Elo gak apa-apa kan? Bangun dong! Cemen banget sih loe jadi cowok!” ia menampar wajah Alvin perlahan.
“Aduh, gimana nih? Mau minta tolong sama siapa? Masa gue harus angkat dia sendirian? Hmm… Apa gue kasih napas buatan aja kali ya?” gumamnya bingung.
“Ish! Ogah banget!!! Hmm… Tapi???” saat itu pikiran Sivia mulai tidak karuan. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Sampai akhirnya Sivia dengan hati terpaksa lahir dan batin memilih untuk memberi napas buatan ke Alvin. Perlahan dan sedikit tidak rela dia memegang kedua bibir Alvin. Semakin dekat dan semakin dekat lagi.
“Ish! Gue gak bisa! Ya Tuhan tolonglah. Huuhh, ayo Sivia! Elo pasti bisa!” gerutunya kemudian. Tiba-tiba ...
“Eemmmuuaacchh! Elo cantik banget sih, Vi! Hahaha.” secepat kilat Alvin langsung mencium pipi Sivia yang jaraknya kurang lebih satu jengkal dari wajahnya.
“Ish! Najis! Najis! Najis! Dasar gila loe, Vin!” kesal Sivia sambil mengusap-usap pipinya berkali-kali. Sedangkan Alvin setelah mencium Sivia langsung berlari secepat tiga kali lipatnya kuda sembrani. Lantas ia malah ketawa terbahak-bahak melihat wajah Sivia yang ditekuk tak karuan dan langsung masuk ke rumahnya. Sivia pun sewot dan kemudian melempar sendalnya sekuat mungkin ke arah Alvin yang faktanya sudah lenyap ditelan ruang.

Karena merasa sangat-sangat tidak sudi pipinya di cium Alvin, Sivia langsung tancap gas menuju kamar mandi untuk mencucinya. Ia takut kalau virus yang ditularkan Alvin itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Dan dengan bantuan kantong ajaib milik Doraemon, Sivia berusaha mengeluarkan semua skin cleaner yang dimilikinya. Mulai dari skin cleaner yang harganya 1500-an sampai yang elite sekalipun ia coba semuanya.
“Alhamdulillah ya, sekarang bakteri sama virus yang ada di pipi gue udah ilang. Untung gue punya obatnya, jadi gak usah khawatir lagi bakal mati sama tuh virus Alvin! Awas loe ya, tunggu balesan gue!” Sivia mengelap mukanya pakai handuk dan kemudian duduk di dekat jendela. Kontan ia mengambil file book dan bolpoint mininya itu untuk chattingan dengan oper-operan kertas dengan Alvin yang kebetulan kamarnya bertetangga dekat dengan kamar miliknya. Dan melalui bantuan sebutir kelereng, Sivia melempar kertas chattingnya ke kamar Alvin.

*Pletak!*

Lagi enak-enaknya membaca komik, Alvin terkejut mendengar bunyi lemparan yang menembus kamarnya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil benda tersebut.

*Heh, alien Pluto! Elo harus tanggung jawab atas perbuatan bejat loe ini ke gue?*

Alvin hanya cengengesan membaca isi memo dari Sivia. Dan dengan meniru jurus kilat milik Wiro Sableng, dia langsung melemparkan balasannya.

*Apa? Tanggung jawab? Emangnya gue abis ngelakuin apaan sama loe mesti harus tanggung jawab segala?*

Setelah beberapa detik Sivia membaca balasan dari Alvin, ia bergegas menjawab dengan tulisan cakar ayam dan kemudian melemparkannya kembali ke Alvin.

*Dasar cowok stres loe! Nih pipi gue bengkak akibat terinfeksi virus yang mematikan dari loe. Untung aja gue punya penawarnya. Sini loe tanggung jawab! Bisanya kabur doang kaya pengecut!*

Alvin membalas lagi.

*Huahahaha. Sialan loe, Vi! Emangnya gue virus HIV apa? Wkwkwk.*

Sivia mereply.

*Bahakan virus loe itu lebih mematikan dari virus HIV tau!*

Tak kalah juga Alvin.

*Wuih parah banget loe! Hehehe. Tapi makasih ya untuk pipinya. Bilang aja seneng gue cium. Gak usah munafik deh loe jadi cewek! Masih untung ada orang yang mau cium loe. Iya kan?*

Lantas Sivia membalas dengan nafsu yang bergelora setelah membaca balasan Alvin yang satu ini.

*MAKASIH PALA LOE PEYANG!!! NAJIS BANGET GUE DICIUM SAMA LOE! SAMPAI MATI PUN GUE GAK PERNAH SUDI!!!*

Namun ketika Alvin bermaksud untuk membalasnya lagi, tak taunya jendela kamar Sivia sudah di tutup duluan. Walaupun begitu, Alvin tidak pantang menyerah. Ia terus memandang lekat kamar Sivia dengan serius.

*** 


Kini matahari berganti bulan. Tidak terasa sudah hampir dua jam Alvin menunggu jendela kamar Sivia terbuka kembali. Dan sampai akhirnya, jendela Sivia pun terbuka lebar layaknya seekor buaya yang lagi berjemur. Lantas Alvin tidak mau menyianyiakan kesempatan emas tersebut, Ia langsung berancang untuk melemparkan kertas balasan yang dari tadi sore sudah disiapkannya matang-matang. Tapi, baru juga ia mengumpulkan tenaganya, pandangan mata Alvin dikejutkan dengan tingkah laku Sivia yang sangat aneh. Alvin melihat kalau Sivia sedang nyanyi-nyanyi sambil joged-joged erotis layaknya seorang penyanyi rock profesional yang lagi mentas di panggung spektakuler.
“Busyet dah! Udah gila kali tuh bocah?” kata Alvin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia langsung menyalin kembali jawaban tadi di kertas yang baru dan dilemparkannya ke arah Sivia.

*Pletak!*

“Aw! Apaan tuh?” respon Sivia setelah sesuatu mendarat tepat di kepala belakangnya. Sejenak, Sivia melepaskan earphone yang sejak tadi dipakainya. Ia menengok ke arah luar dan terlihatlah oleh mata Sivia sesosok Alvin yang lagi memamerkan deretan gigi putihnya di seberang sana. Lantas Sivia langsung mengambil kertas tersebut.

*Gue kira Cuma orang waras doang yang bisa joged-joged erotis sambil nyanyi, tapi ternyata orang stres juga bisa. Huahahaha. Eh, ngomong-ngomong gue minta maaf ya buat masalah tadi sore :)*

Sivia menggeram kemudian. Di satu sisi ia merasa malu karena tingkahnya itu dilihatin Alvin, dan di satu sisi ia marah dengan statement Alvin tersebut.

*Kupret! Asem! Sialan loe! Gue itu masih waras tau! Elo tuh yang gila! Hmm… Gimana ya? Oke deh gue maafin. Tapi ada syaratnya!*

Dengan semangat Alvin membalas.

*Apa syaratnya?*

Dan secepatnya Sivia membalas kembali.

*Besok elo ke rumah gue pakai baju kimono lengkap, terus udah gitu loe nyanyi sambil joged di depan muka gue! Jangan lupa juga make-upnya! Gimana?*

Alvin langsung syok membacanya. Ia berpikir sembari mondar-mandir tak jelas dengan memukul-mukul bolpoint ke dagunya. Walaupun sedikit terpaksa, akhirnya Alvin mau menerima syarat dari Sivia tersebut. Kemudian Alvin mengambil selembar kertas putih berukuran besar di atas meja belajar, lalu ia menulis sesuatu di kertas itu dan menempelkannya pada kaca jendela kamarnya. Setelah semuanya selesai, ia mengambil sebuah senter dan mengarahkan sorotan sinarnya ke kamar Sivia.

***


Di sisi lain, Sivia sedang tiduran sambil senyam-senyum menanti lemparan kertas balasan dari Alvin. Tak kuasa ia membayangkan bagaimana jadinya kalau Alvin memakai baju kimono yang ia syaratkan tersebut. Namun sedang asyiknya Sivia mengkhayal, bola matanya dikejutkan dengan seberkas cahaya yang bergerak-gerak di dinding kamar. Lantas ia terpaksa bangun dari kasur dan melihat keluar jendela. Pandangan Sivia tertuju pada sebuah kertas yang menempel di jendela Alvin. Dengan sedikit menjorokkan kepalanya ke depan, Sivia memulai membaca.

*Gue terima semua syarat dari loe itu, Vi. Tapi sekarang gue mau tidur dulu ya, kepala gue masih pusing nih akibat tadi sore kena lemparan loe. GOOD NIGHT SIVIA :)*

Sivia hanya tersenyum lebar saat membaca memo itu. Lalu ia menutup rapat jendela kamarnya.
Good night too, Alvin! Maaf ya gue udah lempar loe pakai bola sampai pingsan gitu. Have a nice dream deh buat elo yang super menyebalkan.” batin Sivia berbicara. Kemudian ia mencoba menutup mata untuk mempercepat hari esok.

***


Sinar mentari memaksa menerobos celah-celah kamar Sivia. Kicauan burung pun terdengar merdu seakan sengaja membangunkan Sivia dari lelapnya. Kini, kedamaian yang ia rasakan saat tertidur mulai terusik. Jiwa yang ada di tubuhnya memaksa Sivia untuk membuka mata. Secara perlahan, kelopak mata Sivia mulai membuka. Ia meregangkan otot-ototnya sebisa mungkin. Dan saat itulah mulai terlihat sosok yang begitu aneh, karena mungkin sosok itu belum jelas terlihat oleh Sivia. Lantas ia mengedipkan kelopak matanya berulang kali, bermaksud untuk memperjelas penglihatannya. Tiba-tiba ...
“Han, han, hantuuuuuuu!!!” Sivia berteriak sekuat tenaganya saat wilayah pandangnya menangkap sosok makhluk yang aneh sedang tersenyum di depan wajah sleepynya.
“Woy,  Vi! Ini gue, Alvin.” ucap Alvin sambil menutup mulut Sivia yang berteriak. Sivia terdiam sesaat, keadaan pun kembali menjadi tenang. Lantas Alvin melepaskan tangannya dari mulut Sivia.
“Alvin? Ini elo, Vin? Hahaha ... Sumpah, loe jelek banget! Gue kira loe itu hantu.” Ledek Sivia setelah Alvin berhasil membuat Sivia sadar dari syoknya melihat penampilan dirinya yang aneh. Mungkin maksudnya sih mau mengikuti gaya cewek jepang yang pakai baju kimono gitu. Tapi ya begitulah jadinya, berantakan.
“Sialan loe, Vi! Emangnya gue sejelek itu ya? Gue kan ngelakuin semua ini buat loe, Vi. Eh malah diketawain, dibilang jelek lagi. Dasar!” kesalnya tiba-tiba.
“Iya-iya deh, maaf. Senyum dong! Jelek beneran tau kalau lagi ngambek.” Sivia mencolek perut Alvin kemudian. Alvin langsung tersenyum.
“Hehehe. Oh iya Vi, hari ini kan ultah gue tuh, gue mau mempersembahkan sesuatu nih buat loe.” kata Alvin yang tepat bertatapan mata dengan Sivia.
“Hari ini ultah loe, Vin? Ups! Happy birthday ya! Wish you all the best deh. Nanti nyusul ya kadonya.” Ucap Sivia seraya menjabat tangan Alvin.
“Oke, thanks. Tapi gue pengen banget nih nyanyi buat loe.” pintanya sambil mundur satu langkah ke belakang. Dan Sivia pun duduk manis di kasurnya

KU INGIN KAU TAU ISI HATIKU
KAULAH YANG TERAKHIR DALAM HIDUPKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

KU INGIN KAU SELALU DIPIKIRANKU
KAU YANG SLALU LARUT DALAM DARAHKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

Alvin berjalan mendekati Sivia.
“Vi, elo mau gak jadi kado terindah buat gue?” kata Alvin dengan berlutut sambil memegang jemari Sivia.
“Maksud loe?” tanya Sivia kebingungan.
“Maksud gue, tepat di hari ulang tahun gue sekarang ini, gue mau nembak loe. Elo mau kan jadi pacar gue?” tembak Alvin penuh senyum. Sivia hanya mengangkat kedua alisnya heran.
“Gue tau kok, elo gak suka sama gue kan? Apa karena kaca jendela loe yang sering gue pecahin? Kalau gitu gue minta maaf deh. Itu semua gue lakuin demi menarik perhatian loe, Vi. Karena perasaan gue jauh lebih tenang kalau udah lihat wajah loe yang indah ini. Gue,” kata-kata Alvin pun terpotong saat jari telunjuk Sivia menempel di bibirnya.
“Sssttt! Gak usah panjang lebar deh. Intinya sih elo itu mau nembak gue kan, Vin? Hmm… Gimana ya? Ya udah deh gue terima.” jawab Sivia spontan dan santai.
“Serius loe, Vi? Yes! Yes! Yes! Gue di terima.” balas Alvin sumringah.
“Tapi loe jangan seneng dulu!”
“Lho kok? Maksudnya gimana?”
“Karena gue punya syarat buat loe.”
“Syarat? Apaan syaratnya?”
“Syaratnya itu loe mesti gendong gue dari sini sampai taman sana!” kata Sivia sambil nunjuk ke arah taman yang ada disamping rumah mereka berdua.
“Abis itu, baru deh gue terima loe bener-bener. Gimana?” tawarnya kemudian. Alvin terdiam sejenak. Menghela napas perlahan.
“Oke, siapa takut! Walaupun berat badan loe itu keliatannya 3x lipat dari gue. Tapi gue sanggup kok!”
“Sialan loe! Ya udah ayo cepetan!” seru Sivia seraya menepuk punggung Alvin galak.

Dan dengan semangat 45, Alvin pun menggendong Sivia sampai ke tempat yang Sivia inginkan.
“Huh, akhirnya sampai juga!” kata Alvin dengan napas terpenggal-penggal.
“Makasih banyak ya, Vin. Emmuuaach! Itu kado dari gue buat ulang tahun loe.” Ucap Sivia sambil mencium pipi Alvin cepat. Alvin terdiam lagi. Ia tak menyangka kalau Sivia akan menciumnya seperti baru saja ia rasakan.
“Sekarang gue baru nyadar kalau gue itu sayang banget sama loe, Vin. Dan selama ini perasaan gue sama seperti yang loe rasakan. Cuma gue gengsi aja mengakuinya. Hehehe.” lanjutnya dengan memeluk erat tubuh Alvin yang duduk disampingnya.
“Gue juga sayang banget sama loe, Vi. Makasih ya udah mau jadi pacar gue. Gue janji deh gak bakal nyakitin loe. Dan gue janji akan selalu setia nemenin loe dalam keadaan apapun. I Love You!” Alvin membalas pelukkan Sivia lebih erat.
I Love You Too, Alvin!” Sivia tersenyum mendengar kata-kata Alvin tersebut.

***


Dear Diary

Begitulah segelintir kisah yang pernah gue alami baru-baru ini. Sedikit gak jelas sih, tapi itu so sweeeeeet banget buat gue. Gue gak nyangka banget kalau gue itu bakal jadian sama Alvin. Padahal sebelum-sebelumnya gue berantem mulu sama dia. Bahkan mungkin sangat mustahil buat akur. Ya siapa tau aja semua itu udah di takdirkan sama Tuhan kalau gue sama Alvin itu emang jodoh hehehe. Mana bisa nolak coba? Eh iya, gak nyadar banget kalau sekarang udah larut malem. Saking asyiknya nih gue cerita sama loe, Dear. Bantal guling udah nungguin gue tuh di sana, saatnya gue untuk tidur. Gue pengen cepet-cepet besok. Karena besok adalah hari pertama gue menyandang status PACARAN sama Alvin Jonathan Sindunata hahaha. Kalau gitu gue pamit duluan ya, udah ngantuk banget nih. Suer deh! Sumpah deh! Beneran gak bohong :D.
See You Later!

SIVIA AZIZAH :)
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR