Tidak sedikit orang di muka bumi ini yang mempunyai
catatan penting dalam hidupnya, sebut saja diary. Karena dengan diarylah kita
bisa menumpahkan seluruh isi hati kita. Entah itu kesenangan, kesedihan,
keterharuan, kebanggaan, dan banyak lagi. Selain itu, diary juga merupakan
sebuah sarana yang tepat untuk mengulas kembali peristiwa-peristiwa penting
yang pernah kita alami sebelumnya.
Sebagai cewek yang berponi dan berambut panjang.
Sivia juga mempunyai sebuah diary yang isinya tidak kalah menariknya dengan
Buku Harian Nayla. Cewek yang satu ini fanatik banget sama yang namanya JB.
Tapi bukan James Bond ataupun Jonas Brother lho. Melainkan sosok Justin Bieber
yang sedang booming di kalangan remaja saat ini.
“Selain jago nyanyi sama ngedance, loe itu cakep
banget sih Beib! Andai aja loe itu pacar gue? Mungkin cewek-cewek di Indonesia
pada syirik sama gue! Hahaha.” kata Sivia yang lagi tiduran di atas kasur
dengan kedua tangan dalam keadaan memegang poster Justin Bieber yang super
duper gede itu. Tak lama kemudian dia bangun dari teparnya. Sejenak, bola
matanya menatap keluar jendela. Betapa indahnya langit senja saat itu.
Perlahan, dia mencoba mendekati jendela kamarnya. Namun tiba-tiba ...
“Kemprang! Bruk Grompyang!”
“Aaaaaaaaa!!!” sekilas Sivia terkejut dan berteriak.
Kedua tangannya menutup telinga dengan kaki yang berjalan di tempat bak seekor
kuda yang sedang berancang-ancang mau lari. Dan tanpa pikir panjang, Sivia
langsung mengambil bola baseball yang memantul di kakinya dan kemudian berlari
turun menuju sumber lemparan tersebut.
“Heh tusuk sate! Sebenernya mau loe itu apa sih?
Tiap hari kerjaan loe cuma ngusik ketentreman gue mulu!” tukas Sivia langsung.
“Yee tusuk gigi! Emangnya gue salah apaan sama loe?
Maen asal serobot-serobot aja nyalahin orang!” balas Alvin tak mau kalah dengan
Sivia.
“Jangan berlagak bego deh loe! Asal loe tau ya, ini
untuk ke 7 kalinya loe mecahin kaca jendela kamar gue! Loe mau ganti gak? Kalau
nggak ...” ancam Sivia sambil mengarahkan bola baseball yang sejak tadi
dipegangnya ke arah Alvin.
“Ayo lempar aja, gue gak takut! Loe kan lemah,
palingan juga gak bakal nyampe ke muk ...” belum sempat Alvin selesai
berbicara, tubuhnya langsung tumbang saat bola baseball itu mendarat tepat di
kening Alvin dengan kerasnya. Alvin pun tergeletak tak berdaya.
“Piiuuhh! Emang enak gue timpuk? Rasain loe!” ejek
Sivia sembari mengadukan kedua telapak tangan.
Tubuh Alvin tergeletak 5 meter dihadapan Sivia.
Cukup lama. Tetapi Sivia malah masa bodoh dengan keadaan Alvin. Yang dia rasa
saat itu hanya senang dan bangga telah melumpuhkan seorang cowok yang
sangat-sangat menyebalkan baginya. Karena selama bertahun-tahun Alvin-Sivia
bertetangga, mereka itu seperti anjing dan kucing yang tidak pernah ada
akurnya.
Dan setelah hampir beberapa menit Sivia menunggu
dengan perasaan kesal, Alvin belum terbangun juga. Akhirnya Sivia pun cemas dan
dengan terpaksa mendekati tubuh Alvin untuk memastikan keadaannya.
“Udah deh loe gak usah pura-pura gitu. Emangnya gue
gak tau sifat bejat loe?” sindir Sivia untuk memastikan kalau Alvin baik-baik
saja. Alvin tetap saja diam dan membisu. Dan itu membuat Sivia tambah cemas.
“Vin, Alvin! Elo gak apa-apa kan? Bangun dong! Cemen
banget sih loe jadi cowok!” ia menampar wajah Alvin perlahan.
“Aduh, gimana nih? Mau minta tolong sama siapa? Masa
gue harus angkat dia sendirian? Hmm… Apa gue kasih napas buatan aja kali ya?”
gumamnya bingung.
“Ish! Ogah banget!!! Hmm… Tapi???” saat itu pikiran
Sivia mulai tidak karuan. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Sampai
akhirnya Sivia dengan hati terpaksa lahir dan batin memilih untuk memberi napas
buatan ke Alvin. Perlahan dan sedikit tidak rela dia memegang kedua bibir
Alvin. Semakin dekat dan semakin dekat lagi.
“Ish! Gue gak bisa! Ya Tuhan tolonglah. Huuhh, ayo
Sivia! Elo pasti bisa!” gerutunya kemudian. Tiba-tiba ...
“Eemmmuuaacchh! Elo cantik banget sih, Vi! Hahaha.”
secepat kilat Alvin langsung mencium pipi Sivia yang jaraknya kurang lebih satu
jengkal dari wajahnya.
“Ish! Najis! Najis! Najis! Dasar gila loe, Vin!”
kesal Sivia sambil mengusap-usap pipinya berkali-kali. Sedangkan Alvin setelah
mencium Sivia langsung berlari secepat tiga kali lipatnya kuda sembrani. Lantas
ia malah ketawa terbahak-bahak melihat wajah Sivia yang ditekuk tak karuan dan
langsung masuk ke rumahnya. Sivia pun sewot dan kemudian melempar sendalnya
sekuat mungkin ke arah Alvin yang faktanya sudah lenyap ditelan ruang.
Karena merasa sangat-sangat tidak sudi pipinya di
cium Alvin, Sivia langsung tancap gas menuju kamar mandi untuk mencucinya. Ia
takut kalau virus yang ditularkan Alvin itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Dan
dengan bantuan kantong ajaib milik Doraemon, Sivia berusaha mengeluarkan semua
skin cleaner yang dimilikinya. Mulai dari skin cleaner yang harganya 1500-an
sampai yang elite sekalipun ia coba semuanya.
“Alhamdulillah ya, sekarang bakteri sama virus yang
ada di pipi gue udah ilang. Untung gue punya obatnya, jadi gak usah khawatir
lagi bakal mati sama tuh virus Alvin! Awas loe ya, tunggu balesan gue!” Sivia
mengelap mukanya pakai handuk dan kemudian duduk di dekat jendela. Kontan ia
mengambil file book dan bolpoint
mininya itu untuk chattingan dengan
oper-operan kertas dengan Alvin yang kebetulan kamarnya bertetangga dekat
dengan kamar miliknya. Dan melalui bantuan sebutir kelereng, Sivia melempar
kertas chattingnya ke kamar Alvin.
*Pletak!*
Lagi enak-enaknya membaca komik, Alvin terkejut
mendengar bunyi lemparan yang menembus kamarnya. Dan tanpa pikir panjang, ia
langsung mengambil benda tersebut.
*Heh,
alien Pluto! Elo harus tanggung jawab atas perbuatan bejat loe ini ke gue?*
Alvin hanya cengengesan membaca isi memo dari Sivia.
Dan dengan meniru jurus kilat milik Wiro Sableng, dia langsung melemparkan
balasannya.
*Apa?
Tanggung jawab? Emangnya gue abis ngelakuin apaan sama loe mesti harus tanggung
jawab segala?*
Setelah beberapa detik Sivia membaca balasan dari
Alvin, ia bergegas menjawab dengan tulisan cakar ayam dan kemudian
melemparkannya kembali ke Alvin.
*Dasar
cowok stres loe! Nih pipi gue bengkak akibat terinfeksi virus yang mematikan
dari loe. Untung aja gue punya penawarnya. Sini loe tanggung jawab! Bisanya
kabur doang kaya pengecut!*
Alvin membalas lagi.
*Huahahaha.
Sialan loe, Vi! Emangnya gue virus HIV apa? Wkwkwk.*
Sivia mereply.
*Bahakan
virus loe itu lebih mematikan dari virus HIV tau!*
Tak kalah juga Alvin.
*Wuih
parah banget loe! Hehehe. Tapi makasih ya untuk pipinya. Bilang aja seneng gue
cium. Gak usah munafik deh loe jadi cewek! Masih untung ada orang yang mau cium
loe. Iya kan?*
Lantas Sivia membalas dengan nafsu yang bergelora
setelah membaca balasan Alvin yang satu ini.
*MAKASIH
PALA LOE PEYANG!!! NAJIS BANGET GUE DICIUM SAMA LOE! SAMPAI MATI PUN GUE GAK
PERNAH SUDI!!!*
Namun ketika Alvin bermaksud untuk membalasnya lagi,
tak taunya jendela kamar Sivia sudah di tutup duluan. Walaupun begitu, Alvin
tidak pantang menyerah. Ia terus memandang lekat kamar Sivia dengan serius.
***
Kini matahari berganti bulan. Tidak terasa sudah
hampir dua jam Alvin menunggu jendela kamar Sivia terbuka kembali. Dan sampai
akhirnya, jendela Sivia pun terbuka lebar layaknya seekor buaya yang lagi
berjemur. Lantas Alvin tidak mau menyianyiakan kesempatan emas tersebut, Ia
langsung berancang untuk melemparkan kertas balasan yang dari tadi sore sudah
disiapkannya matang-matang. Tapi, baru juga ia mengumpulkan tenaganya,
pandangan mata Alvin dikejutkan dengan tingkah laku Sivia yang sangat aneh.
Alvin melihat kalau Sivia sedang nyanyi-nyanyi sambil joged-joged erotis
layaknya seorang penyanyi rock
profesional yang lagi mentas di panggung spektakuler.
“Busyet dah! Udah gila kali tuh bocah?” kata Alvin
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia langsung menyalin kembali
jawaban tadi di kertas yang baru dan dilemparkannya ke arah Sivia.
*Pletak!*
“Aw! Apaan tuh?” respon Sivia setelah sesuatu
mendarat tepat di kepala belakangnya. Sejenak, Sivia melepaskan earphone yang
sejak tadi dipakainya. Ia menengok ke arah luar dan terlihatlah oleh mata Sivia
sesosok Alvin yang lagi memamerkan deretan gigi putihnya di seberang sana.
Lantas Sivia langsung mengambil kertas tersebut.
*Gue
kira Cuma orang waras doang yang bisa joged-joged erotis sambil nyanyi, tapi
ternyata orang stres juga bisa. Huahahaha. Eh, ngomong-ngomong gue minta maaf
ya buat masalah tadi sore :)*
Sivia menggeram kemudian. Di satu sisi ia merasa
malu karena tingkahnya itu dilihatin Alvin, dan di satu sisi ia marah dengan
statement Alvin tersebut.
*Kupret!
Asem! Sialan loe! Gue itu masih waras tau! Elo tuh yang gila! Hmm… Gimana ya?
Oke deh gue maafin. Tapi ada syaratnya!*
Dengan semangat Alvin membalas.
*Apa
syaratnya?*
Dan secepatnya Sivia membalas kembali.
*Besok
elo ke rumah gue pakai baju kimono lengkap, terus udah gitu loe nyanyi sambil
joged di depan muka gue! Jangan lupa juga make-upnya! Gimana?*
Alvin langsung syok membacanya. Ia berpikir sembari
mondar-mandir tak jelas dengan memukul-mukul bolpoint ke dagunya. Walaupun
sedikit terpaksa, akhirnya Alvin mau menerima syarat dari Sivia tersebut.
Kemudian Alvin mengambil selembar kertas putih berukuran besar di atas meja
belajar, lalu ia menulis sesuatu di kertas itu dan menempelkannya pada kaca
jendela kamarnya. Setelah semuanya selesai, ia mengambil sebuah senter dan
mengarahkan sorotan sinarnya ke kamar Sivia.
***
Di sisi lain, Sivia sedang tiduran sambil
senyam-senyum menanti lemparan kertas balasan dari Alvin. Tak kuasa ia
membayangkan bagaimana jadinya kalau Alvin memakai baju kimono yang ia
syaratkan tersebut. Namun sedang asyiknya Sivia mengkhayal, bola matanya dikejutkan
dengan seberkas cahaya yang bergerak-gerak di dinding kamar. Lantas ia terpaksa
bangun dari kasur dan melihat keluar jendela. Pandangan Sivia tertuju pada
sebuah kertas yang menempel di jendela Alvin. Dengan sedikit menjorokkan
kepalanya ke depan, Sivia memulai membaca.
*Gue
terima semua syarat dari loe itu, Vi. Tapi sekarang gue mau tidur dulu ya,
kepala gue masih pusing nih akibat tadi sore kena lemparan loe. GOOD NIGHT SIVIA :)*
Sivia hanya tersenyum lebar saat membaca memo itu.
Lalu ia menutup rapat jendela kamarnya.
“Good night
too, Alvin! Maaf ya gue udah lempar loe pakai bola sampai pingsan gitu. Have a nice dream deh buat elo yang
super menyebalkan.” batin Sivia berbicara. Kemudian ia mencoba menutup mata
untuk mempercepat hari esok.
***
Sinar mentari memaksa menerobos celah-celah kamar
Sivia. Kicauan burung pun terdengar merdu seakan sengaja membangunkan Sivia
dari lelapnya. Kini, kedamaian yang ia rasakan saat tertidur mulai terusik.
Jiwa yang ada di tubuhnya memaksa Sivia untuk membuka mata. Secara perlahan,
kelopak mata Sivia mulai membuka. Ia meregangkan otot-ototnya sebisa mungkin.
Dan saat itulah mulai terlihat sosok yang begitu aneh, karena mungkin sosok itu
belum jelas terlihat oleh Sivia. Lantas ia mengedipkan kelopak matanya berulang
kali, bermaksud untuk memperjelas penglihatannya. Tiba-tiba ...
“Han, han, hantuuuuuuu!!!” Sivia berteriak sekuat
tenaganya saat wilayah pandangnya menangkap sosok makhluk yang aneh sedang
tersenyum di depan wajah sleepynya.
“Woy, Vi! Ini
gue, Alvin.” ucap Alvin sambil menutup mulut Sivia yang berteriak. Sivia
terdiam sesaat, keadaan pun kembali menjadi tenang. Lantas Alvin melepaskan
tangannya dari mulut Sivia.
“Alvin? Ini elo, Vin? Hahaha ... Sumpah, loe jelek
banget! Gue kira loe itu hantu.” Ledek Sivia setelah Alvin berhasil membuat
Sivia sadar dari syoknya melihat penampilan dirinya yang aneh. Mungkin
maksudnya sih mau mengikuti gaya cewek jepang yang pakai baju kimono gitu. Tapi
ya begitulah jadinya, berantakan.
“Sialan loe, Vi! Emangnya gue sejelek itu ya? Gue
kan ngelakuin semua ini buat loe, Vi. Eh malah diketawain, dibilang jelek lagi.
Dasar!” kesalnya tiba-tiba.
“Iya-iya deh, maaf. Senyum dong! Jelek beneran tau
kalau lagi ngambek.” Sivia mencolek perut Alvin kemudian. Alvin langsung
tersenyum.
“Hehehe. Oh iya Vi, hari ini kan ultah gue tuh, gue
mau mempersembahkan sesuatu nih buat loe.” kata Alvin yang tepat bertatapan
mata dengan Sivia.
“Hari ini ultah loe, Vin? Ups! Happy birthday ya!
Wish you all the best deh. Nanti nyusul ya kadonya.” Ucap Sivia seraya menjabat
tangan Alvin.
“Oke, thanks. Tapi gue pengen banget nih nyanyi buat
loe.” pintanya sambil mundur satu langkah ke belakang. Dan Sivia pun duduk
manis di kasurnya
KU
INGIN KAU TAU ISI HATIKU
KAULAH
YANG TERAKHIR DALAM HIDUPKU
TAK
ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK
PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!
KU
INGIN KAU SELALU DIPIKIRANKU
KAU
YANG SLALU LARUT DALAM DARAHKU
TAK
ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK
PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!
Alvin berjalan mendekati Sivia.
“Vi, elo mau gak jadi kado terindah buat gue?” kata
Alvin dengan berlutut sambil memegang jemari Sivia.
“Maksud loe?” tanya Sivia kebingungan.
“Maksud gue, tepat di hari ulang tahun gue sekarang
ini, gue mau nembak loe. Elo mau kan jadi pacar gue?” tembak Alvin penuh
senyum. Sivia hanya mengangkat kedua alisnya heran.
“Gue tau kok, elo gak suka sama gue kan? Apa karena
kaca jendela loe yang sering gue pecahin? Kalau gitu gue minta maaf deh. Itu
semua gue lakuin demi menarik perhatian loe, Vi. Karena perasaan gue jauh lebih
tenang kalau udah lihat wajah loe yang indah ini. Gue,” kata-kata Alvin pun
terpotong saat jari telunjuk Sivia menempel di bibirnya.
“Sssttt! Gak usah panjang lebar deh. Intinya sih elo
itu mau nembak gue kan, Vin? Hmm… Gimana ya? Ya udah deh gue terima.” jawab
Sivia spontan dan santai.
“Serius loe, Vi? Yes!
Yes! Yes! Gue di terima.” balas Alvin sumringah.
“Tapi loe jangan seneng dulu!”
“Lho kok? Maksudnya gimana?”
“Karena gue punya syarat buat loe.”
“Syarat? Apaan syaratnya?”
“Syaratnya itu loe mesti gendong gue dari sini
sampai taman sana!” kata Sivia sambil nunjuk ke arah taman yang ada disamping
rumah mereka berdua.
“Abis itu, baru deh gue terima loe bener-bener.
Gimana?” tawarnya kemudian. Alvin terdiam sejenak. Menghela napas perlahan.
“Oke, siapa takut! Walaupun berat badan loe itu
keliatannya 3x lipat dari gue. Tapi gue sanggup kok!”
“Sialan loe! Ya udah ayo cepetan!” seru Sivia seraya
menepuk punggung Alvin galak.
Dan dengan semangat 45, Alvin pun menggendong Sivia
sampai ke tempat yang Sivia inginkan.
“Huh, akhirnya sampai juga!” kata Alvin dengan napas
terpenggal-penggal.
“Makasih banyak ya, Vin. Emmuuaach! Itu kado dari
gue buat ulang tahun loe.” Ucap Sivia sambil mencium pipi Alvin cepat. Alvin
terdiam lagi. Ia tak menyangka kalau Sivia akan menciumnya seperti baru saja ia
rasakan.
“Sekarang gue baru nyadar kalau gue itu sayang
banget sama loe, Vin. Dan selama ini perasaan gue sama seperti yang loe
rasakan. Cuma gue gengsi aja mengakuinya. Hehehe.” lanjutnya dengan memeluk
erat tubuh Alvin yang duduk disampingnya.
“Gue juga sayang banget sama loe, Vi. Makasih ya
udah mau jadi pacar gue. Gue janji deh gak bakal nyakitin loe. Dan gue janji
akan selalu setia nemenin loe dalam keadaan apapun. I Love You!” Alvin membalas pelukkan Sivia lebih erat.
“I Love You
Too, Alvin!” Sivia tersenyum mendengar kata-kata Alvin tersebut.
***
Dear
Diary
Begitulah segelintir kisah yang pernah gue alami
baru-baru ini. Sedikit gak jelas sih, tapi itu so sweeeeeet banget buat gue.
Gue gak nyangka banget kalau gue itu bakal jadian sama Alvin. Padahal
sebelum-sebelumnya gue berantem mulu sama dia. Bahkan mungkin sangat mustahil
buat akur. Ya siapa tau aja semua itu udah di takdirkan sama Tuhan kalau gue
sama Alvin itu emang jodoh hehehe. Mana bisa nolak coba? Eh iya, gak nyadar
banget kalau sekarang udah larut malem. Saking asyiknya nih gue cerita sama
loe, Dear. Bantal guling udah nungguin gue tuh di sana, saatnya gue untuk
tidur. Gue pengen cepet-cepet besok. Karena besok adalah hari pertama gue
menyandang status PACARAN sama Alvin Jonathan Sindunata hahaha. Kalau gitu gue
pamit duluan ya, udah ngantuk banget nih. Suer deh! Sumpah deh! Beneran gak
bohong :D.
See You Later!
SIVIA
AZIZAH :)
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar