@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Sabtu, 22 September 2012

Via On Diary

Tidak sedikit orang di muka bumi ini yang mempunyai catatan penting dalam hidupnya, sebut saja diary. Karena dengan diarylah kita bisa menumpahkan seluruh isi hati kita. Entah itu kesenangan, kesedihan, keterharuan, kebanggaan, dan banyak lagi. Selain itu, diary juga merupakan sebuah sarana yang tepat untuk mengulas kembali peristiwa-peristiwa penting yang pernah kita alami sebelumnya.

Sebagai cewek yang berponi dan berambut panjang. Sivia juga mempunyai sebuah diary yang isinya tidak kalah menariknya dengan Buku Harian Nayla. Cewek yang satu ini fanatik banget sama yang namanya JB. Tapi bukan James Bond ataupun Jonas Brother lho. Melainkan sosok Justin Bieber yang sedang booming di kalangan remaja saat ini.
“Selain jago nyanyi sama ngedance, loe itu cakep banget sih Beib! Andai aja loe itu pacar gue? Mungkin cewek-cewek di Indonesia pada syirik sama gue! Hahaha.” kata Sivia yang lagi tiduran di atas kasur dengan kedua tangan dalam keadaan memegang poster Justin Bieber yang super duper gede itu. Tak lama kemudian dia bangun dari teparnya. Sejenak, bola matanya menatap keluar jendela. Betapa indahnya langit senja saat itu. Perlahan, dia mencoba mendekati jendela kamarnya. Namun tiba-tiba ...
“Kemprang! Bruk Grompyang!”
“Aaaaaaaaa!!!” sekilas Sivia terkejut dan berteriak. Kedua tangannya menutup telinga dengan kaki yang berjalan di tempat bak seekor kuda yang sedang berancang-ancang mau lari. Dan tanpa pikir panjang, Sivia langsung mengambil bola baseball yang memantul di kakinya dan kemudian berlari turun menuju sumber lemparan tersebut.

“Heh tusuk sate! Sebenernya mau loe itu apa sih? Tiap hari kerjaan loe cuma ngusik ketentreman gue mulu!” tukas Sivia langsung.
“Yee tusuk gigi! Emangnya gue salah apaan sama loe? Maen asal serobot-serobot aja nyalahin orang!” balas Alvin tak mau kalah dengan Sivia.
“Jangan berlagak bego deh loe! Asal loe tau ya, ini untuk ke 7 kalinya loe mecahin kaca jendela kamar gue! Loe mau ganti gak? Kalau nggak ...” ancam Sivia sambil mengarahkan bola baseball yang sejak tadi dipegangnya ke arah Alvin.
“Ayo lempar aja, gue gak takut! Loe kan lemah, palingan juga gak bakal nyampe ke muk ...” belum sempat Alvin selesai berbicara, tubuhnya langsung tumbang saat bola baseball itu mendarat tepat di kening Alvin dengan kerasnya. Alvin pun tergeletak tak berdaya.
“Piiuuhh! Emang enak gue timpuk? Rasain loe!” ejek Sivia sembari mengadukan kedua telapak tangan.

Tubuh Alvin tergeletak 5 meter dihadapan Sivia. Cukup lama. Tetapi Sivia malah masa bodoh dengan keadaan Alvin. Yang dia rasa saat itu hanya senang dan bangga telah melumpuhkan seorang cowok yang sangat-sangat menyebalkan baginya. Karena selama bertahun-tahun Alvin-Sivia bertetangga, mereka itu seperti anjing dan kucing yang tidak pernah ada akurnya.

Dan setelah hampir beberapa menit Sivia menunggu dengan perasaan kesal, Alvin belum terbangun juga. Akhirnya Sivia pun cemas dan dengan terpaksa mendekati tubuh Alvin untuk memastikan keadaannya.
“Udah deh loe gak usah pura-pura gitu. Emangnya gue gak tau sifat bejat loe?” sindir Sivia untuk memastikan kalau Alvin baik-baik saja. Alvin tetap saja diam dan membisu. Dan itu membuat Sivia tambah cemas.
“Vin, Alvin! Elo gak apa-apa kan? Bangun dong! Cemen banget sih loe jadi cowok!” ia menampar wajah Alvin perlahan.
“Aduh, gimana nih? Mau minta tolong sama siapa? Masa gue harus angkat dia sendirian? Hmm… Apa gue kasih napas buatan aja kali ya?” gumamnya bingung.
“Ish! Ogah banget!!! Hmm… Tapi???” saat itu pikiran Sivia mulai tidak karuan. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Sampai akhirnya Sivia dengan hati terpaksa lahir dan batin memilih untuk memberi napas buatan ke Alvin. Perlahan dan sedikit tidak rela dia memegang kedua bibir Alvin. Semakin dekat dan semakin dekat lagi.
“Ish! Gue gak bisa! Ya Tuhan tolonglah. Huuhh, ayo Sivia! Elo pasti bisa!” gerutunya kemudian. Tiba-tiba ...
“Eemmmuuaacchh! Elo cantik banget sih, Vi! Hahaha.” secepat kilat Alvin langsung mencium pipi Sivia yang jaraknya kurang lebih satu jengkal dari wajahnya.
“Ish! Najis! Najis! Najis! Dasar gila loe, Vin!” kesal Sivia sambil mengusap-usap pipinya berkali-kali. Sedangkan Alvin setelah mencium Sivia langsung berlari secepat tiga kali lipatnya kuda sembrani. Lantas ia malah ketawa terbahak-bahak melihat wajah Sivia yang ditekuk tak karuan dan langsung masuk ke rumahnya. Sivia pun sewot dan kemudian melempar sendalnya sekuat mungkin ke arah Alvin yang faktanya sudah lenyap ditelan ruang.

Karena merasa sangat-sangat tidak sudi pipinya di cium Alvin, Sivia langsung tancap gas menuju kamar mandi untuk mencucinya. Ia takut kalau virus yang ditularkan Alvin itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Dan dengan bantuan kantong ajaib milik Doraemon, Sivia berusaha mengeluarkan semua skin cleaner yang dimilikinya. Mulai dari skin cleaner yang harganya 1500-an sampai yang elite sekalipun ia coba semuanya.
“Alhamdulillah ya, sekarang bakteri sama virus yang ada di pipi gue udah ilang. Untung gue punya obatnya, jadi gak usah khawatir lagi bakal mati sama tuh virus Alvin! Awas loe ya, tunggu balesan gue!” Sivia mengelap mukanya pakai handuk dan kemudian duduk di dekat jendela. Kontan ia mengambil file book dan bolpoint mininya itu untuk chattingan dengan oper-operan kertas dengan Alvin yang kebetulan kamarnya bertetangga dekat dengan kamar miliknya. Dan melalui bantuan sebutir kelereng, Sivia melempar kertas chattingnya ke kamar Alvin.

*Pletak!*

Lagi enak-enaknya membaca komik, Alvin terkejut mendengar bunyi lemparan yang menembus kamarnya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil benda tersebut.

*Heh, alien Pluto! Elo harus tanggung jawab atas perbuatan bejat loe ini ke gue?*

Alvin hanya cengengesan membaca isi memo dari Sivia. Dan dengan meniru jurus kilat milik Wiro Sableng, dia langsung melemparkan balasannya.

*Apa? Tanggung jawab? Emangnya gue abis ngelakuin apaan sama loe mesti harus tanggung jawab segala?*

Setelah beberapa detik Sivia membaca balasan dari Alvin, ia bergegas menjawab dengan tulisan cakar ayam dan kemudian melemparkannya kembali ke Alvin.

*Dasar cowok stres loe! Nih pipi gue bengkak akibat terinfeksi virus yang mematikan dari loe. Untung aja gue punya penawarnya. Sini loe tanggung jawab! Bisanya kabur doang kaya pengecut!*

Alvin membalas lagi.

*Huahahaha. Sialan loe, Vi! Emangnya gue virus HIV apa? Wkwkwk.*

Sivia mereply.

*Bahakan virus loe itu lebih mematikan dari virus HIV tau!*

Tak kalah juga Alvin.

*Wuih parah banget loe! Hehehe. Tapi makasih ya untuk pipinya. Bilang aja seneng gue cium. Gak usah munafik deh loe jadi cewek! Masih untung ada orang yang mau cium loe. Iya kan?*

Lantas Sivia membalas dengan nafsu yang bergelora setelah membaca balasan Alvin yang satu ini.

*MAKASIH PALA LOE PEYANG!!! NAJIS BANGET GUE DICIUM SAMA LOE! SAMPAI MATI PUN GUE GAK PERNAH SUDI!!!*

Namun ketika Alvin bermaksud untuk membalasnya lagi, tak taunya jendela kamar Sivia sudah di tutup duluan. Walaupun begitu, Alvin tidak pantang menyerah. Ia terus memandang lekat kamar Sivia dengan serius.

*** 


Kini matahari berganti bulan. Tidak terasa sudah hampir dua jam Alvin menunggu jendela kamar Sivia terbuka kembali. Dan sampai akhirnya, jendela Sivia pun terbuka lebar layaknya seekor buaya yang lagi berjemur. Lantas Alvin tidak mau menyianyiakan kesempatan emas tersebut, Ia langsung berancang untuk melemparkan kertas balasan yang dari tadi sore sudah disiapkannya matang-matang. Tapi, baru juga ia mengumpulkan tenaganya, pandangan mata Alvin dikejutkan dengan tingkah laku Sivia yang sangat aneh. Alvin melihat kalau Sivia sedang nyanyi-nyanyi sambil joged-joged erotis layaknya seorang penyanyi rock profesional yang lagi mentas di panggung spektakuler.
“Busyet dah! Udah gila kali tuh bocah?” kata Alvin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia langsung menyalin kembali jawaban tadi di kertas yang baru dan dilemparkannya ke arah Sivia.

*Pletak!*

“Aw! Apaan tuh?” respon Sivia setelah sesuatu mendarat tepat di kepala belakangnya. Sejenak, Sivia melepaskan earphone yang sejak tadi dipakainya. Ia menengok ke arah luar dan terlihatlah oleh mata Sivia sesosok Alvin yang lagi memamerkan deretan gigi putihnya di seberang sana. Lantas Sivia langsung mengambil kertas tersebut.

*Gue kira Cuma orang waras doang yang bisa joged-joged erotis sambil nyanyi, tapi ternyata orang stres juga bisa. Huahahaha. Eh, ngomong-ngomong gue minta maaf ya buat masalah tadi sore :)*

Sivia menggeram kemudian. Di satu sisi ia merasa malu karena tingkahnya itu dilihatin Alvin, dan di satu sisi ia marah dengan statement Alvin tersebut.

*Kupret! Asem! Sialan loe! Gue itu masih waras tau! Elo tuh yang gila! Hmm… Gimana ya? Oke deh gue maafin. Tapi ada syaratnya!*

Dengan semangat Alvin membalas.

*Apa syaratnya?*

Dan secepatnya Sivia membalas kembali.

*Besok elo ke rumah gue pakai baju kimono lengkap, terus udah gitu loe nyanyi sambil joged di depan muka gue! Jangan lupa juga make-upnya! Gimana?*

Alvin langsung syok membacanya. Ia berpikir sembari mondar-mandir tak jelas dengan memukul-mukul bolpoint ke dagunya. Walaupun sedikit terpaksa, akhirnya Alvin mau menerima syarat dari Sivia tersebut. Kemudian Alvin mengambil selembar kertas putih berukuran besar di atas meja belajar, lalu ia menulis sesuatu di kertas itu dan menempelkannya pada kaca jendela kamarnya. Setelah semuanya selesai, ia mengambil sebuah senter dan mengarahkan sorotan sinarnya ke kamar Sivia.

***


Di sisi lain, Sivia sedang tiduran sambil senyam-senyum menanti lemparan kertas balasan dari Alvin. Tak kuasa ia membayangkan bagaimana jadinya kalau Alvin memakai baju kimono yang ia syaratkan tersebut. Namun sedang asyiknya Sivia mengkhayal, bola matanya dikejutkan dengan seberkas cahaya yang bergerak-gerak di dinding kamar. Lantas ia terpaksa bangun dari kasur dan melihat keluar jendela. Pandangan Sivia tertuju pada sebuah kertas yang menempel di jendela Alvin. Dengan sedikit menjorokkan kepalanya ke depan, Sivia memulai membaca.

*Gue terima semua syarat dari loe itu, Vi. Tapi sekarang gue mau tidur dulu ya, kepala gue masih pusing nih akibat tadi sore kena lemparan loe. GOOD NIGHT SIVIA :)*

Sivia hanya tersenyum lebar saat membaca memo itu. Lalu ia menutup rapat jendela kamarnya.
Good night too, Alvin! Maaf ya gue udah lempar loe pakai bola sampai pingsan gitu. Have a nice dream deh buat elo yang super menyebalkan.” batin Sivia berbicara. Kemudian ia mencoba menutup mata untuk mempercepat hari esok.

***


Sinar mentari memaksa menerobos celah-celah kamar Sivia. Kicauan burung pun terdengar merdu seakan sengaja membangunkan Sivia dari lelapnya. Kini, kedamaian yang ia rasakan saat tertidur mulai terusik. Jiwa yang ada di tubuhnya memaksa Sivia untuk membuka mata. Secara perlahan, kelopak mata Sivia mulai membuka. Ia meregangkan otot-ototnya sebisa mungkin. Dan saat itulah mulai terlihat sosok yang begitu aneh, karena mungkin sosok itu belum jelas terlihat oleh Sivia. Lantas ia mengedipkan kelopak matanya berulang kali, bermaksud untuk memperjelas penglihatannya. Tiba-tiba ...
“Han, han, hantuuuuuuu!!!” Sivia berteriak sekuat tenaganya saat wilayah pandangnya menangkap sosok makhluk yang aneh sedang tersenyum di depan wajah sleepynya.
“Woy,  Vi! Ini gue, Alvin.” ucap Alvin sambil menutup mulut Sivia yang berteriak. Sivia terdiam sesaat, keadaan pun kembali menjadi tenang. Lantas Alvin melepaskan tangannya dari mulut Sivia.
“Alvin? Ini elo, Vin? Hahaha ... Sumpah, loe jelek banget! Gue kira loe itu hantu.” Ledek Sivia setelah Alvin berhasil membuat Sivia sadar dari syoknya melihat penampilan dirinya yang aneh. Mungkin maksudnya sih mau mengikuti gaya cewek jepang yang pakai baju kimono gitu. Tapi ya begitulah jadinya, berantakan.
“Sialan loe, Vi! Emangnya gue sejelek itu ya? Gue kan ngelakuin semua ini buat loe, Vi. Eh malah diketawain, dibilang jelek lagi. Dasar!” kesalnya tiba-tiba.
“Iya-iya deh, maaf. Senyum dong! Jelek beneran tau kalau lagi ngambek.” Sivia mencolek perut Alvin kemudian. Alvin langsung tersenyum.
“Hehehe. Oh iya Vi, hari ini kan ultah gue tuh, gue mau mempersembahkan sesuatu nih buat loe.” kata Alvin yang tepat bertatapan mata dengan Sivia.
“Hari ini ultah loe, Vin? Ups! Happy birthday ya! Wish you all the best deh. Nanti nyusul ya kadonya.” Ucap Sivia seraya menjabat tangan Alvin.
“Oke, thanks. Tapi gue pengen banget nih nyanyi buat loe.” pintanya sambil mundur satu langkah ke belakang. Dan Sivia pun duduk manis di kasurnya

KU INGIN KAU TAU ISI HATIKU
KAULAH YANG TERAKHIR DALAM HIDUPKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

KU INGIN KAU SELALU DIPIKIRANKU
KAU YANG SLALU LARUT DALAM DARAHKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

Alvin berjalan mendekati Sivia.
“Vi, elo mau gak jadi kado terindah buat gue?” kata Alvin dengan berlutut sambil memegang jemari Sivia.
“Maksud loe?” tanya Sivia kebingungan.
“Maksud gue, tepat di hari ulang tahun gue sekarang ini, gue mau nembak loe. Elo mau kan jadi pacar gue?” tembak Alvin penuh senyum. Sivia hanya mengangkat kedua alisnya heran.
“Gue tau kok, elo gak suka sama gue kan? Apa karena kaca jendela loe yang sering gue pecahin? Kalau gitu gue minta maaf deh. Itu semua gue lakuin demi menarik perhatian loe, Vi. Karena perasaan gue jauh lebih tenang kalau udah lihat wajah loe yang indah ini. Gue,” kata-kata Alvin pun terpotong saat jari telunjuk Sivia menempel di bibirnya.
“Sssttt! Gak usah panjang lebar deh. Intinya sih elo itu mau nembak gue kan, Vin? Hmm… Gimana ya? Ya udah deh gue terima.” jawab Sivia spontan dan santai.
“Serius loe, Vi? Yes! Yes! Yes! Gue di terima.” balas Alvin sumringah.
“Tapi loe jangan seneng dulu!”
“Lho kok? Maksudnya gimana?”
“Karena gue punya syarat buat loe.”
“Syarat? Apaan syaratnya?”
“Syaratnya itu loe mesti gendong gue dari sini sampai taman sana!” kata Sivia sambil nunjuk ke arah taman yang ada disamping rumah mereka berdua.
“Abis itu, baru deh gue terima loe bener-bener. Gimana?” tawarnya kemudian. Alvin terdiam sejenak. Menghela napas perlahan.
“Oke, siapa takut! Walaupun berat badan loe itu keliatannya 3x lipat dari gue. Tapi gue sanggup kok!”
“Sialan loe! Ya udah ayo cepetan!” seru Sivia seraya menepuk punggung Alvin galak.

Dan dengan semangat 45, Alvin pun menggendong Sivia sampai ke tempat yang Sivia inginkan.
“Huh, akhirnya sampai juga!” kata Alvin dengan napas terpenggal-penggal.
“Makasih banyak ya, Vin. Emmuuaach! Itu kado dari gue buat ulang tahun loe.” Ucap Sivia sambil mencium pipi Alvin cepat. Alvin terdiam lagi. Ia tak menyangka kalau Sivia akan menciumnya seperti baru saja ia rasakan.
“Sekarang gue baru nyadar kalau gue itu sayang banget sama loe, Vin. Dan selama ini perasaan gue sama seperti yang loe rasakan. Cuma gue gengsi aja mengakuinya. Hehehe.” lanjutnya dengan memeluk erat tubuh Alvin yang duduk disampingnya.
“Gue juga sayang banget sama loe, Vi. Makasih ya udah mau jadi pacar gue. Gue janji deh gak bakal nyakitin loe. Dan gue janji akan selalu setia nemenin loe dalam keadaan apapun. I Love You!” Alvin membalas pelukkan Sivia lebih erat.
I Love You Too, Alvin!” Sivia tersenyum mendengar kata-kata Alvin tersebut.

***


Dear Diary

Begitulah segelintir kisah yang pernah gue alami baru-baru ini. Sedikit gak jelas sih, tapi itu so sweeeeeet banget buat gue. Gue gak nyangka banget kalau gue itu bakal jadian sama Alvin. Padahal sebelum-sebelumnya gue berantem mulu sama dia. Bahkan mungkin sangat mustahil buat akur. Ya siapa tau aja semua itu udah di takdirkan sama Tuhan kalau gue sama Alvin itu emang jodoh hehehe. Mana bisa nolak coba? Eh iya, gak nyadar banget kalau sekarang udah larut malem. Saking asyiknya nih gue cerita sama loe, Dear. Bantal guling udah nungguin gue tuh di sana, saatnya gue untuk tidur. Gue pengen cepet-cepet besok. Karena besok adalah hari pertama gue menyandang status PACARAN sama Alvin Jonathan Sindunata hahaha. Kalau gitu gue pamit duluan ya, udah ngantuk banget nih. Suer deh! Sumpah deh! Beneran gak bohong :D.
See You Later!

SIVIA AZIZAH :)

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar