Bandung, September 2000.
Cewek
berambut sebahu tampak sibuk dengan kegiatan yang sejak tadi siang
telah digelutinya di balkon kamarnya di lantai atas. Mencoba menyulap
lembar demi lembar kertas warna-warni untuk menghias sebuah kotak hitam
yang diatasnya bertuliskan HAPPY BIRTHDAY and HAPPY ANNIVERSARY
tersebut. Sesekali ia sangat merasa kesulitan karena kegiatan itu
membutuhkan banyak tangan, sedangkan tangannya yang memegang gunting
dan menjepit isolatip harus merapikan kertas kado yang belum di lem itu
secara bersamaan supaya gak berantakan. Sejenak ia mengeluh karena
usahanya belum juga kelar. Selalu saja gagal.
“Ah, sial! Coba ada
yang bisa bantu gue.” omelnya kesal. Namun ia tetap berusaha sampai
akhirnya muncul ide cemerlang dari otaknya.
“Aa一haa...” Sivia mendongakan wajahnya seketika.
Ya,
cewek tersebut bernama Sivia. Lengkapnya adalah Sivia Azizah. Cewek 16
tahun dengan nama panggilan Via itu langsung berlari ke dalam kamarnya
dan mengambil beberapa karet gelang didalam laci belajar. Setelah
kembali ke balkon, ia mengikatkan karet itu ke kotak kado yang sudah
dibungkus kertas warna-warni. Kakinya ia jepitkan ke kotak, mulutnya
menggigit isolatip dan segera menggunting sedikit demi sedikit untuk
ditempelkan sebagai perekat. Dan...
“Taraaa... kado istimewa ala Sivia Azizah siap diluncurkan!” heboh Via saat usahanya yang setengah mati itu berbuah manis.
Kotak
kado berwarna biru muda dan bermotif hati itu dipeluknya dengan erat.
Seakan tidak sabar lagi untuk diberikan pada seseorang yang begitu
spesial di hatinya.
“Gue siap-siap dulu, deh. Udah sore, kalo
kesorean kan gak enak. Tunggu gue, ya, Kadal Sipit!” Via melirik foto
seorang cowok yang ia sebut dengan “Kadal Sipit”. Senyumnya melebar,
sejurus kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya
yang penuh keringat.
Kadal Sipit itu adalah pacar Via.
Nama lahirnya Alvin Jonathan. Cowok blasteran Indonesia-China yang
berbadan tinggi, berwajah sedikit bule dan cuek yang mampu merebut hati
Via yang cukup dibilang susah untuk jatuh cinta. Mereka meresmikan
hubungan pacarannya tepat dua tahun yang lalu ketika mereka duduk di
kelas 3 SMP. Terlebih, hari ini merupakan hari ulang tahun Alvin
sekaligus anniversary hubungan mereka yang kedua tahun. Dan
itulah alasan mengapa Via bersusah payah merangkai dan menghias kado
seharian di kamarnya. Ya, apalagi kalau tujuannya bukan untuk
memperingati dan memberi kejutan pada pacarnya, Alvin?
Pasangan ALVIA itu merupakan pasangan romantis. Keduanya enak dipandang, karena mungkin wajah mereka yang sama-sama cakep, easy going,
baik dan murah senyum. Bisa dibilang mereka itu Rama dan Shinta nya
Era Modern. Serasi banget! Gak pernah terlihat berantem atau
jaim-jaiman, pula.
Sekiranya, walaupun ada masalah pasti
mereka hadapi secara baik-baik. Dan perjalanan cinta mereka selama dua
tahun itu banyak halangan yang kadang membuat mereka Bad Mood. Alvin, peraih predikat “The Most Wanted”
itu mungkin salah satu penyebabnya. Tak sedikit cewek-cewek yang suka
sama dia. Dari mulai kakak-kakak kelasnya yang nembak dia dilapangan
basket, adik-adik kelasnya yang sering memberi bunga secara langsung
maupun tidak langsung di meja Alvin, bahkan waktu itu Alvin pernah
dijadikan bahan taruhan sama cewek-cewek seangkatannya. Parah memang!
Tapi Alvin hanya menanggapinya dengan senyuman. Sebelas duabelas dengan
Via. Via juga termasuk “The Most Beautiful Girl” dengan
kategori cuek dan blak-blakan. Selain cantik dan baik, Via yang
terkesan cuek bebek dan rada galak itu sering membuat semua siswa-siswi
SMA Nosztaholic dibuat gemas oleh tingkahnya. Orangnya yang
blak-blakan dan doyan banget bercanda membuat Via mudah dikenal dan
mempunyai banyak teman. Tapi, yang namanya manusia pasti ada saja yang
syirik.
Semenjak ALVIA resmi pacaran. Ada seorang cewek
yang paling gak rela dan gak setuju dengan hubungannya. Namanya Ashilla
Zahrantiara. Cewek bernama panggilan Shilla tesebut itu mempunyai
alasan atas ketidaksetujuannya dengan pasangan ALVIA.
Pasalnya,
sejak dari kelas 8 SMP dan sekarang SMA nya juga barengan lagi, Shilla
sudah suka pakai banget sama Alvin. Cewek berambut panjang dan
berbehel itu sering menggoda Alvin acapkali ada kesempatan, meskipun
saat ALVIA sedang jalan berdua. Shilla memang ambisius dan supernekad
demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Walaupun Via selalu percaya sama
Alvin, tapi tetap saja ada rasa takut yang selalu menyelimuti hatinya.
Ditambah lagi dengan kelakuan Shilla yang makin hari makin menjadi.
***
Via
sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk ekspedisi pemberian kejutan
pada Alvin. Kotak kado yang terhias cantik itu bertengger manis diatas
meja, didekat Via berdiri. Sedangkan ia sedang sibuk mendandani tubuhnya
didepan cermin yang ukurannya lebih tinggi dari badannya. Sekilas,
senyuman manis Via terbesit setelah selesai menjepitkan kepangan rambut
yang ditarik dari atas dahi hingga kebelakang.
“Selesai!” ucap Via seraya memutar tubuhnya hingga terbentuklah variasi payung dari roknya yang menjuntai diatas lutut.
“Aduh-aduh,
anak Mama cantik bener!” kata Mama Via yang entah bagaimana bisa
muncul tiba-tiba dibelakang Via. Mendengar itu, Via nyengir sedetik.
“Iya dong, Ma! Via kan mau kasih kejutan buat Alvin. Masa iya mau jelek, mulu?” Via menggamit tangan Mamanya.
“Nah... gitu, dong! Sekali-kali dandan, jangan acak-acakan terus!一” kata Mama sambil mencubit manja hidung Via.
“...
Ini tas kamu! Oh, iya. Kamu mau berangkat sekarang? Kalau gitu Mama
suruh Mang Asep antar kamu, ya, Sayang!” tanya Mama setelah memberi tas
selempang mini milik Via.
“Gak usah, Ma! Via bawa motor matik sendiri, kok. Mang Asep kan mesti jemput Ozy jam 3-an!”
“Oh... ya, udah. Kalau gitu hati-hati, ya! Mama mau pergi arisan dulu. Terus kalau ada apa-apa hubungi Mama, oke?”
“Siap! Hehe...” Via mencium pipi kanan Mamanya, begitupun sebaliknya.
“Awas jangan ngebut-ngebut naik motornya!”
“Iya, Ma. Tenang aja. Babay!” Via melambaikan tangan dan kembali memandang cermin.
Hmmm... gue buka twitter dulu, deh. Siapa tau ada yang bisa bikin gue nyengir. Hehe... kata Via dalam hati. Kemudian ia mengambil BlackBerry nya yang tergeletak samping kotak kado.
@azizahsivia: Ahh... gue galau, nih! Gak sabar pengen ngasih kejutan. Si Kadal Sipit bakal excited ngga, yah?? :D :*
***
“Ish!
Apa banget, dah! Kamseupay! Jangan ngarep, deh, loe! Alvin itu punya
gue! Dan loe cuma cewek tengil yang jadi penghalang gue buat dekat sama
Alvin!” oceh seorang cewek saat membaca tweet Via tanpa sengaja.
“Hmmm... by the way, tuh cewek tengil bikin kejutan apaan, ya? Kayanya seriusan amat,一” langkahnya sibuk mondar-mandir didepan balkon kamarnya.
“一ah, bego!!! Ini kan tanggal 20?! Ultahnya Alvin. Shit,
dah! Gue lupa. Kalau gini caranya, gue bakal kalah sama cewek sialan
itu! Gue harus ngelakuin sesuatu. Hmmm... loe lihat aja, nanti! Gue gak
bakal biarin rencana loe berjalan mulus, SIVIA!” geramnya penuh emosi.
Shilla
一 si cewek tadi, ia langsung pergi memulai siasat perangnya tanpa berias
terlebih dahulu. Maklumlah, selain centil juga hobi dandan, jadi gak
usah repot lagi membenahi wajahnya didepan cermin. Praktis, kan?!
Ckckck.
***
Via memarkirkan motor
matiknya didepan pagar rumah Alvin. Senyumnya mengembang, manis banget!
Dan tanpa basa-basi Via pun menaruh helm dan berniat langsung masuk
membawa sesuatu yang telah ia siapkan dari rumah. Enjoy,
kakinya melangkah tanpa canggung sedikitpun. Matanya ia edarkan ke
sekitar taman yang cukup luas dan banyak beraneka ragam bunga
warna-warni. Ini untuk kesekian kalinya Via menghirup udara segar di
rumah Alvin, karena sebelumnya memang Via sering banget diajak Alvin ke
rumahnya hanya untuk sekedar main, menghabiskan waktu berdua atau
menemani Mamanya ke butik. Jadi, Via sudah gak merasa asing lagi kalau
ke rumah Alvin. Pokoknya kaya rumah sendiri gitu, deh!
Langkah
Via terhenti sejenak, matanya ia sipitkan untuk melihat siapa yang
keluar dari rumah Alvin. Sejurus kemudian, Via kaget bukan main karena
yang keluar adalah dua orang manusia yang sudah gak asing lagi di
matanya, Alvin dan Shilla. Dilihatnya Shilla dengan mesra menggandeng
tangan Alvin diambang pintu rumahnya. Dan...
“Aaaaaaaaa...” teriak Shilla saat sepatu high-heels
nya terpelintir dan hendak terjatuh. Refleks, Alvin langsung menangkap
Shilla. Tangannya memeluk erat pinggang cewek berbehel tersebut.
Melihat kesempatan emas itu, Shilla dengan sengaja merangkul leher
Alvin. Dan...
“Chupp...” diciumlah bibir Alvin yang jaraknya cukup dekat dengan bibir Shilla.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
Deg! Jantung Via terasa berhenti berdetak melihat adegan kissing
antara Alvin dan Shilla. Butiran-butiran bening mengalir tanpa komando
di pipi mulusnya. Bibir Via bergetar, tak mampu mengeluarkan sepatah
katapun saat itu juga. Darahnya seakan berdesir lebih cepat serta lutut
dan jemari tangannya menjadi sangat lemas,一bruk! Kotak yang sejak tadi
dipegangnya terjatuh.
“Ish! Apa-apaan, ini?!” bentak Alvin yang benar-benar kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Shilla padanya. Namun...
“PLAK!!!” tiba-tiba Via menampar Alvin, sangat keras.
“O一ow!” ceplos Shilla dengan nada yang dibuat-buat.
“VIA??? Elo, kok一” kata Alvin kaget sambil memegangi pipi kirinya bekas tamparan Via. Tapi suaranya terpotong.
“Dasar
cowok gak punya harga diri, loe! Selama ini gue salah nilai loe, Vin.
Gue kira elo itu cowok baik-baik, setia! Tapi kenyataannya nggak! Loe
sama aja kaya cowok-cowok lain, brengsek!!!” frontal Via sekenanya
sambil menunjuk-nunjuk wajah Alvin.
“Eh, loe! Kalau ngomong
hati-hati, dong! Dijaga tuh, mulut! Seenaknya aja loe bilang Alvin
brengsek. Elo tuh yang brengsek!” Shilla ikut-ikutan frontal.
“Diem, loe!!! Dasar cewek murahan!” tukas Via. Kali ini menunjuk ke wajah Shilla.
“Ah! Apa loe, bilang?! Beraninya loe sama gue! Plak!!!” Shilla menampar pipi chubby Via, keras banget.
“Plak!!!
Emangnya gue takut sama loe, hah?!” bentak Via一lagi dan kali ini satu
tamparan melayang tepat di pipi kanan Shilla, lebih keras.
“Via! Shilla! Stop!!!” bentak Alvin berusaha melerai adegan tampar-menampar kedua cewek dihadapannya itu.
“Vi... please, dengerin gue dulu! Ini semua hanya一” Alvin mencoba menstabilkan napasnya sebelum melanjutkan ucapannya tersebut.
“...一hanya salah paham doang, Vi!”
“Bulshit!
Gue... gue gak mau tau dan gak mau dengar semua alasan loe! Mulai
sekarang, kita putus! Dan jangan hubungi gue lagi!” Via melengos pergi
dihadapan Alvin dan Shilla. Saat itu pula, Shilla mengepalkan tangan
kanannya, seakan bilang Yes! Didalam hatinya.
“Vi... Via?! Tunggu dulu!” Alvin hendak mengejar Via. Namun...
“Sudahlah,
Vin! Ngapain sih kamu ngurusin cewek munafik kaya Via?! Buang-buang
tenaga, tau, nggak!” Shilla mencoba menahan tangan Alvin, tapi
ditepisnya keras. Bahkan Shilla hampir terdorong kebelakang. Dan Alvin
hilang seketika di mata Shilla. Mengejar Via, tentunya.
“Fuih! Apa
sih yang disukai Alvin dari cewek tengil itu?! Norak!” kata Shilla
kesal. Tapi ia langsung mengembangkan senyumnya mengingat Via sudah
mengucapkan kata “putus” sama Alvin. Sungguh misinya kali ini berjalan
mulus, semulus jalan tol.
***
Via terduduk lemas dibalik pintu rumahnya. Menenggelamkan wajah diatas lututnya sambil terus menangis. Mengingat adegan kissing pacarnya dengan cewek lain. Terlebih, cewek itu adalah Shilla一manusia paling menyebalkan yang pernah ia temui dan ia kenal.
“Kalian memang brengsek! Aarrrggghhh...” Via melempar tas selempangnya tak tentu arah.
“Kalau loe emang suka sama Shilla, kenapa gak dari dulu aja putusin gue, Vin?! Bukan gini caranya!一”
“...一Loe benar-benar cowok brengsek, Vin! Gue benci sama, loe! Gue benci!” teriakan Via semakin melemah. Suaranya serak.
GDOR... GDOR... GDOR...
“Via...
tolong buka pintunya! Beri gue kesempatan buat jelasin ini semua,
Vi!一” suara Alvin terdengar dibalik pintu. Via mendongakan wajahnya
pelan.
“...一Please, Vi. Gue mohon,一” Via masih enggan menjawab.
“...
一gue tau, elo ada dibalik pintu, kan? Jadi, gue mohon sama loe, bukain
pintunya! Buat gue...” suara Alvin ikut melemah. Dan terbukalah pintu
yang sedari tadi ditatapnya. Via keluar dengan langkah gontai dan
matanya yang sembab.
“Vi... mata loe sembab! Gue bawa loe ke
kamar dulu, ya?” lirih Alvin dengan memegang kedua pipi Via. Namun, Via
masih mematung. Matanya menatap Alvin tajam, sayu dan penuh amarah.
Entah apa yang harus ia lakukan. Marahkah? Atau justru ia harus rela
mendengarkan penjelasan Alvin? Bingung.
“Gue sayang banget sama loe, Vi. Gue tadi一” Alvin menahan ucapannya. Takut, takut kalau-kalau Via gak mau mendengarkannya.
“...
一gue tadi, gak ada... gak ada niat sama sekali mencium Shilla, Vi. Loe
percaya kan, sama gue?” Via berontak saat Alvin hendak memeluknya.
“Terus gue percaya, gitu, sama loe?! Nggak! Dan loe pasti tau kan, yang gue rasain, sekarang? Hati gue sakit, Vin!”
“Iya, gue tau. Makanya gue minta maaf sama loe, Vi. Gue benar-benar gak tau kalau Shilla bakal ngelakuin hal bodoh itu ke gue!”
“Gak tau? Apa pura-pura gak tau, hah?!”
“Via... dengerin gue, please!
Itu semua bukan kemauan gue. Loe tau sendiri, kan? Kalau gue gak
pernah suka sama yang namanya Shilla! Gue hanya suka sama loe, Sivia!”
Alvin memegang kedua pundak Via dengan tatapan meyakinkan.
“Ah, Shit! Sekarang loe pergi dari rumah gue! Pergi, Vin! Pergi!” usir Via sambil teriak.
BRAK!!!
Dibantingnya pintu keras-keras. Alvin masih mematung. Gak tau mesti
ngapain lagi buat meyakinkan Via. Ia benar-benar menyesali kejadian yang
barusan dialaminya. Ingin sekali Alvin berteriak sekeras mungkin
didepan pintu rumah Via. Tapi itu sungguh kekanak-kanakan.
“Vi...
maafin gue! Gue sayang banget sama loe. Tapi kalau ini yang loe mau,
gue bakal pergi!” Alvin melangkah mundur, mencoba menuruti perintah Via
dengan suasana hati yang gak karuan.
“Gue ingatkan sama loe,
mulai sekarang KITA PUTUS! Dan jangan pernah ganggu gue lagi! Ngerti?!”
teriak Via dengan kapasitas suara yang hampir habis, namun terdengar
jelas di telinga Alvin. Alvin memejamkan mata sejenak, berharap semua
ini hanyalah mimpi. Tapi percuma, ini memang kenyataannya. Mereka
benar-benar putus.
***
Bandung, Desember 2000.
Hening
masih mengembara diantara puluhan siswa yang sedang berada di
perpustakaan. Wajarlah, yang namanya perpustakaan itu dari jaman nenek
moyang sampai sekarang peraturannya masih sama. Dilarang berisik!
Apalagi di SMA Nosztaholic terkenal dengan penjaga perpusnya yang
superduper galak dan menyeramkan. Namanya Pak Robert. Kalau didengar
memang terkesan bule, tapi dilihat dari fisiknya sih Pak Robert gak
sama sekali mirip sama bule. Kumisnya tebal, perutnya buncit, kepalanya
botak dan jalannya persis kaya bebek jawa, gitu. Terus kalau Pak
Robert lagi marah, kepala botaknya seperti sedang dipanggang diatas
bara api yang masih panas, ngebul! Tapi, walaupun Pak Robert galaknya
minta ampun, semua itu ia lakukan untuk kebaikan semua siswanya agar
lebih mentaati peraturan sekolah. Begitupula peraturan perpustakaan
yang dilarang berisik. Dan sudah tiga hari ini Pak Robert gak masuk.
Tapi tetap saja kehadiran dan auranya masih terasa didalam perpus.
Seram amat, ya? Katanya sih istri Pak Robert lagi ngidam yang
aneh-aneh, gitu. Jadi ia mesti nurutin kemauan istri kesayangannya
tersebut. Semoga saja anaknya gak nurun seperti bapaknya, ya. Hehe...
Dipojok
kanan perpus, tepatnya didekat rak khusus sastra itu ada tiga orang
siswi yang sedang duduk berhadapan. Dua dari mereka keasyikan menonton
cowok-cowok kelasnya bermain basket lewat jendela ketimbang baca-baca
buku yang banyak tersedia disekitar mereka. Sedangkan yang satunya lagi
serius membaca novel karangan siswa-siswi berbakat di SMA Nosztaholic.
“Yes! Timnya Alvin, menang!” heboh si cewek 1 seketika.
“Gak pakai teriak juga, kali! Berisik, tau?!” kata si cewek 2 ke cewek 1.
“Nyantai aja, lagi. Mumpung gak ada Pak Robert!”
“Iya... tapi, kan一”
“Ify!
Prissy! Kalian bisa diem, gak, sih?! Gue lagi baca novel, nih!” cetus
cewek 3 kepada kedua sahabatnya yang bernama Ify dan Prissy.
“...
一 tuh, kan! Gue bilang juga, apa?! Via jadi marah sama kita, kan?”
Prissy melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat terpotong oleh Via.
“Hehehe... sorry, Vi! Abisnya gue kebawa suasana diluar sana. Rame banget!” jelas Ify sekilas dan kemudian duduk kembali disamping Via.
“Hmmm... Vi? Loe beneran gak mau balikan sama Alvin?” tanya Prissy.
“Iya, Vi? Semenjak loe sama Alvin putus tiga bulan lalu, banyak lho cewek-cewek yang deketin Alvin.” sambung Ify spontan.
“Termasuk Nenek Lampir kelas sebelah juga lho, Vi.” timpal Prissy一lagi.
“Maksud loe, Shilla, Pris?” Ify menyambar balik kata-kata Prissy dan direspon dengan sebuah anggukan oleh Prissy.
“Bodoh amat!” Via menjawab ketus dengan mata yang tak lepas dari novel yang dibacanya.
“Loe gak takut kalau Alvin direbut sama Shilla?” tanya Prissy一lagi-lagi.
“Terserah! Gue ikhlas!”
“Lho... kok gitu, sih? Hmmm...”
“Iya,
nih! Gue aneh deh ngelihat loe sama Alvin. Dulu loe berdua tuh Rama
dan Shinta nya sekolah kita, kenapa sekarang jadi musuhan gitu, sih?
Apa karena Shilla pernah cium bibir Alvin, iya?” mendengar pertanyaan
tersebut, Via melotot ke arah Ify tajam. Namun ia kembali lagi membaca
novel.
“Ayolah, Vi! Wake up! Alvin itu bukan tipe orang yang gampangan. Ke kita aja yang sahabat loe, dia cuek! Apalagi ke Shilla yang notabene
nya orang paling centil di dunia, mana mau dia sama Shilla? Gue pikir,
cuma loe yang Alvin cinta! Ya... walaupun sudah tiga bulan ini dia
cuek sama loe. Tapi percaya deh, di hati Alvin yang paling dalam masih
ada nama loe, Sivia Azizah!” tegas Prissy.
“Benar, tuh, Pris! Dan gue juga yakin kalau loe masih cinta sama Alvin. Iya, kan, Vi?” sambung Ify.
Telinga
Via mulai panas mendengar argumen-argumen yang dilontarkan kedua
sahabatnya. Spontan, ia berdiri dari duduknya dengan membanting novel
yang dari tadi dibacanya.
“Udah, deh! Kalian kenapa sih
ungkit-ungkit masalah itu? Gak lucu, tau, nggak! Dan asal kalian tau,
ya! Gue udah gak suka lagi sama yang namanya Alvin! Titik! Gue ke
kelas! Bete sama loe berdua!” bentak Via seketika.
“Yaaahh... Vi? Gue, kan, cuma一” sesal Prissy melihat Via yang marah.
“Gimana, nih, Pris?” potong Ify. Prissy menggeleng pelan.
***
BRAK!!!
Dua buah novel dan satu buku paket kimia yang dibawa Via jatuh berantakan.
“Kalau jalan tuh lihat-lihat, dong! Punya mata, gak, sih?!” bentak Via sambil memunguti buku-bukunya.
“Etdah...
elo tuh yang harusnya lihat-lihat! Jelas-jelas dari tadi gue berdiri
disini.” tukas seseorang yang barusan ditabrak Via.
“ELO...?!” Via menunjuk muka orang tersebut.
“Iya, gue, kenapa?! Loe seneng, nabrak gue?” jawab orang tersebut sambil mencondongkan tubuhnya ke wajah Via.
“What?! Apa loe bilang? Gue seneng, nabrak loe?! Please, deh! Situ siapa?! Artis? Bukan! Kenapa gue mesti seneng.” jelas Via emosi.
“Emang gue artis! Buktinya di sekolah ini banyak yang ngefans sama gue. Termasuk loe! Iya, kan?”
“Hallo... wake up,
Alvin Jonathan! Gak usah banyak mimpi, deh! Loe itu cuma Kadal Sipit
yang bisanya main basket sambil tebar pesona, doang! Gak lebih!” Via
menolak pinggang. Alvin一si cowok tadi hanya mengerutkan keningnya.
“Oh,
ya?! Dan loe, Sivia Azizah? Si Cicak Bunting yang bisanya ngelihatin
gue kalau lagi main basket sambil senyum-senyum sendiri. Hayo... ngaku
deh, loe!一” Alvin melipat tangannya di dada.
“...一Oh, iya. Kalau loe masih sayang sama gue, bilang aja, lagi! Jangan sok jual mahal, deh!” goda Alvin dengan tersenyum jahil.
“Ish! Males gila! Minggir loe, gue mau lewat!” timpal Via tanpa menghiraukan ucapan Alvin.
“Gue masih sayang sama loe!” bisik Alvin pelan.
“Terus, gue perduli, gitu?!” balas Via ketus. Alvin hanya tersenyum simpul mendengarkan ocehan Via.
Pasalnya,
sejak putus sama Alvin tiga bulan yang lalu, Via jadi lebih cuek sama
Alvin bahkan mereka berdua bisa dibilang musuhan. Walaupun Alvin tidak
menganggap Via sebagai musuh, tapi tetap saja ia suka terbawa emosi
dengan sikap Via yang sekarang. Dan lagi ditambah dengan kelakuan Shilla
yang makin menjadi-jadi ke Alvin, membuat Via tambah kesal sama mereka
berdua. Begitupun Alvin yang makin lama makin dibuat bad mood oleh Shilla. Apa sih maunya si Shilla?
Pulang sekolah.
“Beib... aku nebeng mobil kamu, ya?” kata Shilla yang tiba-tiba menggandeng tangan Alvin.
“Apaan,
sih?! Bab-beib, bab-beib! Gak salah, loe? Emang kapan kita jadian,
ya?” balas Alvin sambil melepaskan tangan Shilla yang nyantol di
tangannya.
“Ih... kok kamu gitu, sih? Udah tiga bulan ini kita jadian! Masa kamu lupa?” Shilla menggandeng tangan Alvin一lagi.
“Kapan gue nembak, loe?!” Alvin mengernyit.
“Hmmm... belum, sih. Tapi kita kan, pacaran. Udah deh, gak usah banyak nanya! Yuk, pulang!” Shilla menarik manja tangan Alvin.
“Apaan, sih?! Lepasin!一” bentak Alvin sambil menurunkan tangan Shilla secara kasar.
“...一Via?” teriaknya saat melihat Via cs sedang asyik ngobrol di parkiran sekolah.
“Iiihhh...
menyebalkan! Kenapa sih, harus ada cewek tengil itu di sekolah ini!”
cibir Shilla kesal. Lalu, Shilla mengikuti Alvin yang menghampiri Via cs
dari belakang.
“Vi... pulang bareng gue, yuk!” ajak Alvin tanpa basa-basi.
“Ih, males!”
“Kok gitu, sih? Jarang-jarang lho ada cowok cakep kaya gue ngajak pulang bareng. Apalagi sama loe, ngga ada, kan?!”
“Ish! Serah loe deh, mau bilang apa. Yang pasti gue gak sudi pulang bareng sama loe! Ngerti?!” tolak Via kasar.
“Dih, galak amat!” Alvin mengangkat salah satu alisnya.
“Oh, iya... Vin, Vi. Gue sama Ify duluan, ya? Udah ada yang jemput, tuh! Babay...” pamit Prissy dan Ify.
“Yaaahhh... Pris, Fy? Gue sama siapa, dong?” kata Via memelas. Prissy sama Ify hanya memainkan matanya, seakan berkata Loe terima aja ajakan Alvin. Lalu langkah mereka semakin menjauh.
“Jangan harap gue mau pulang sama loe, ya!” Via tetap jual mahal.
“Yaaa... gue sih cuma nawarin aja. Kalau loe gak mau juga gak apa-apa!” ketus Alvin tanpa menatap Via sedikitpun.
“Beib...
tungguin aku dulu, ngapa?!” teriak Shilla dari arah belakang. Tanpa
basa-basi lagi, Alvin langsung menarik tangan Via menuju mobilnya dengan
paksa.
“Beib Alviiin... tungguin aku! Ih, nyebelin banget, sih. Awas loe, Vi!” Shilla tambah kesal ditinggal Alvin dan Via sendirian.
Didalam mobil.
“Ish!
Apaan sih, loe?! Kan gue udah bilang gak mau! Jangan maksa gitu, dong!”
Via melepas paksa tangannya dari genggaman Alvin. Tapi percuma, Via
sudah terlanjur berada didalam mobil Alvin. Sekali masuk, gak bakal
bisa keluar lagi. Seperti masuk kandang macan, gitu.
“Udah, deh.
Diem! Daripada gue pulang sama Shilla, nanti loe malah cemburu.” goda
Alvin. Sejurus kemudian mobil tersebut melesat kencang. Tetapi Via
masih melotot kesal ke arah Alvin. Ia paling gak suka dengan statement Alvin yang barusan terlontar di mulutnya. Ih, nyebelin banget sih jadi orang!
batin Via. Setelah itu adegan diam-diaman mengembara didalam mobil.
Alvin terlalu fokus memandang lika-liku jalanan. Dan Via lebih memilih
melempar pandangannya keluar jendela ketimbang harus ngoceh yang belum
tentu didengar oleh Alvin.
“Loe masih marah sama gue, ya?” kata Alvin mencoba mencairkan suasana. Sedetik, Via menatap Alvin dengan sinis.
“Menurut,
loe?!” tanya Via dengan pertanyaan yang sungguh tak penting. Tiba-tiba
Alvin menghentikan mobilnya di tempat yang lumayan sepi. Ditatapnya
Via dengan lekat. Sedangkan yang ditatap hanya berusaha menutup
kesaltingannya karena melihat mata Alvin yang begitu dalam.
“Ke一kenapa loe lihatin gue kaya, gitu?” kata Via rada gugup.
“Gue cuma mau lihat kejujuran di mata loe.”
“Maksud, loe? Emang selama ini gue seorang pembohong?!”
“Vi... loe masih sayang sama gue, kan?” tanya Alvin serius, tanpa menggubris ocehan Via sama sekali.
Deg! Jantung Via mendadak berhenti.
“Gu一gue? Masih sayang sama, loe?! Ng一nggak!” jawabnya mantap, meski rada gugup.
“Loe
gak jujur sama diri loe sendiri, Vi. Gue yakin, loe masih sayang sama
gue, kan? Sorot mata loe itu gak bisa bohong. Mau sebenci apapun loe
sama gue, mau sekasar apapun loe sama gue dan mau secuek apapun loe sama
gue, tapi sebenarnya loe gak mau ngelakuin itu semua. Iya, kan, Vi?
Dan gue一 gue juga gak pernah mau dan gak pernah bisa benci sama loe!
Gue tuh benar-benar sayang sama loe, Vi!” Alvin menatap mata Via lekat,
lebih lekat dari sebelumnya.
“Gue... gu一gue mau turun, disini!
Makasih udah mau nganterin!” Via keluar dari mobil dan berlari kecil
tanpa memperdulikan Alvin yang memanggil-manggilnya.
“Vi... Via! Tunggu!” teriak Alvin.
Via
masih saja berlari kecil bahkan semakin lebar melangkahkan kakinya.
Alvin juga tak mau kalah dengan Via, ia berlari mengejarnya. Via
berhenti sejenak, ia menatap Alvin yang masih berlari ke arahnya.
“Alvin...”
lirihnya sambil kembali berlari untuk memeluk Alvin. Via tak kuasa
menahan air matanya dipelukan Alvin. Mereka berpelukan sangat erat.
Menenggelamkan semua kekecewaan yang mereka rasakan tiga bulan
belakangan. Alvin memegang kedua pipi Via, ia menceritakan apa yang
sesungguhnya terjadi waktu itu.
Flashback On.
“Gak
mau, ah! Alvin ada janji sama Via, Ma.” tolak Alvin saat Mamanya
menyuruhnya untuk menemani Shilla pergi ke Mall. Shilla memang kenal
dekat dengan Mama Alvin, kebetulan Mama Shilla juga merupakan teman
arisan Mama Alvin. Tapi bukannya Via gak kenal dekat sama Mama Alvin,
Via juga kenal dekat bahkan ia sangat disayang olehnya. Bedanya, kalau
Shilla sering banget yang namanya main ke rumah Alvin bahkan hampir tiap
hari. Ya, walaupun tiap hari itu juga Shilla dicuekin sama Alvin saat
di rumahnya.
“Alvin... gak boleh gitu, ah! Mama cuma kasihan sama Shilla, dia sudah jauh-jauh datang kesini. Masa kamu tega, sih?”
“Tapi, Ma?一” tolakkan Alvin terpotong.
“Udah, ayo! Kasihan sudah nunggu dari tadi. Tapi, kamu harus bilang dulu sama Via, ya! Di cancel
dulu gitu, janjiannya. Besok kan malam minggu tuh, bisa
kangen-kangenan berdua. Lebih lama, pula.” kata Mamanya sambil
menggoda.
“Iya... Alvin, mau!” jawab Alvin terpaksa.
“Ya
sudah, kalau gitu Mama mau ke taman belakang dulu, mau tanam bunga.
Hati-hati, ya, Sayang!” kata Mamanya一 lagi. Kemudian Alvin mencium pipi
Mama tersayangnya itu.
Di ruang tamu.
Shilla
melempar senyum mautnya saat Alvin turun dari tangga. Ia berpikir
kalau misi busuknya kali ini bakal berjalan sangat-sangat mulus.
“Haii... Alvin!” Shilla menghampiri Alvin yang sudah menginjak anak tangga terakhir. Ia langsung menggamit tangannya.
“Apaan, sih? Gak usah pegang-pegang, deh!” kata Alvin ketus.
“Iiihhh...
kok kamu gitu, sih? Nyebelin, deh! Pegang tangan aja, masa gak boleh!”
Shilla kembali menggamit tangan Alvin, kali ini erat banget. Alvin
memutar bola matanya kesal.
“Ck... sudahlah, sekarang mau loe, apa?!” tanya Alvin. Shilla langsung tersenyum mendengarnya.
“Aku mau kamu temenin aku shoping ke Mall. Terus kita makan di restoran sampai malam. Gimana?” tanya balik Shilla, bermaksud meminta persetujuan Alvin.
“Serah
loe, deh! Ayo, berangkat! Gak usah banyak basa-basi!” Alvin melangkah
duluan meninggalkan Shilla. Namun Shilla langsung berlari untuk
membukakan pintunya buat Alvin. Kemudian ia langsung menggandeng lagi
tangan kanan Alvin. Dan...
Flashback Off.
“Kamu
percaya sama aku, kan, Vi?” Alvin memegang pipi Sivia一lagi. Mengusap
air matanya yang sedari tadi berlinang. Via tersenyum. Dia memeluk
kembali tubuh Alvin, kali ini lebih erat. Seakan ia tak mau kehilangan
Alvin untuk kedua kalinya.
“Aku percaya sama kamu, Vin. Waktu itu aku cuma shock
aja melihat kamu sama Shilla一ciuman. Sakit banget rasanya kalau aku
ingat kejadian itu.” ucap Via pelan. Kemudian Alvin melepaskan
pelukkannya.
“Vi... maafin aku, ya? Mungkin itu adalah kesalahan
yang sangat terbesar buat aku. Dan waktu itu aku merasa cowok yang
paling bodoh karena sudah membuatmu menangis! Tapi aku janji, mulai
detik ini gak bakal ada lagi orang yang mampu mencium bibir aku
selain一kamu!” bisik Alvin sambil tersenyum tipis. Manis banget.
Tatapan
mata kedua insan tersebut begitu lekat dan memancarkan sorotan yang
penuh arti. Via mematung, jantungnya seakan berhenti sejenak, darahnya
mengalir lebih deras. Ini kedua kalinya Via merasakan hal yang sama.
Pertama, saat ia melihat adegan kissing antara Alvin dan
Shilla. Tetapi kali ini jauh lebih dahsyat lagi yang ia rasakan. Ingin
sekali Via menghentikan waktu selama mungkin saat bibirnya terkunci
oleh bibir Alvin. Mesra, hangat dan lembut.
“I Love You!”
ucap Alvin pelan. Via termangu. Ia masih merasakan wujud kasih sayang
yang diberikan Alvin berupa ciuman mesra yang begitu lembut di
bibirnya.
Akhirnya, Via pun menatap mata Alvin dalam. Bola
matanya berbinar, kali ini giliran Via yang tersenyum manis ke arah
cowok blasteran yang mematung dihadapannya.
“I Love You Too!”
balas Via sangat pelan, namun terdengar jelas di telinga Alvin. Dan
tanpa basa-basi lagi, Alvin langsung mengangkat tubuh Via menuju mobil
yang jaraknya lumayan jauh dari posisi mereka sekarang. Mereka tertawa
bahagia. Sekarang, besok dan seterusnya.
The End!
By : Tatang Heriana [taher]. Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar