@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Jumat, 13 Juli 2012

Trouble Maker

Bandung, September 2000.


Cewek berambut sebahu tampak sibuk dengan kegiatan yang sejak tadi siang telah digelutinya di balkon kamarnya di lantai atas. Mencoba menyulap lembar demi lembar kertas warna-warni untuk menghias sebuah kotak hitam yang diatasnya bertuliskan HAPPY BIRTHDAY and HAPPY ANNIVERSARY tersebut. Sesekali ia sangat merasa kesulitan karena kegiatan itu membutuhkan banyak tangan, sedangkan tangannya yang memegang gunting dan menjepit isolatip harus merapikan kertas kado yang belum di lem itu secara bersamaan supaya gak berantakan. Sejenak ia mengeluh karena usahanya belum juga kelar. Selalu saja gagal.
“Ah, sial! Coba ada yang bisa bantu gue.” omelnya kesal. Namun ia tetap berusaha sampai akhirnya muncul ide cemerlang dari otaknya.
“Aa一haa...” Sivia mendongakan wajahnya seketika.

Ya, cewek tersebut bernama Sivia. Lengkapnya adalah Sivia Azizah. Cewek 16 tahun dengan nama panggilan Via itu langsung berlari ke dalam kamarnya dan mengambil beberapa karet gelang didalam laci belajar. Setelah kembali ke balkon, ia mengikatkan karet itu ke kotak kado yang sudah dibungkus kertas warna-warni. Kakinya ia jepitkan ke kotak, mulutnya menggigit isolatip dan segera menggunting sedikit demi sedikit untuk ditempelkan sebagai perekat. Dan...
“Taraaa... kado istimewa ala Sivia Azizah siap diluncurkan!” heboh Via saat usahanya yang setengah mati itu berbuah manis.

Kotak kado berwarna biru muda dan bermotif hati itu dipeluknya dengan erat. Seakan tidak sabar lagi untuk diberikan pada seseorang yang begitu spesial di hatinya.
“Gue siap-siap dulu, deh. Udah sore, kalo kesorean kan gak enak. Tunggu gue, ya, Kadal Sipit!” Via melirik foto seorang cowok yang ia sebut dengan “Kadal Sipit”. Senyumnya melebar, sejurus kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh keringat.

Kadal Sipit itu adalah pacar Via. Nama lahirnya Alvin Jonathan. Cowok blasteran Indonesia-China yang berbadan tinggi, berwajah sedikit bule dan cuek yang mampu merebut hati Via yang cukup dibilang susah untuk jatuh cinta. Mereka meresmikan hubungan pacarannya tepat dua tahun yang lalu ketika mereka duduk di kelas 3 SMP. Terlebih, hari ini merupakan hari ulang tahun Alvin sekaligus anniversary hubungan mereka yang kedua tahun. Dan itulah alasan mengapa Via bersusah payah merangkai dan menghias kado seharian di kamarnya. Ya, apalagi kalau tujuannya bukan untuk memperingati dan memberi kejutan pada pacarnya, Alvin?

Pasangan ALVIA itu merupakan pasangan romantis. Keduanya enak dipandang, karena mungkin wajah mereka yang sama-sama cakep, easy going, baik dan murah senyum. Bisa dibilang mereka itu Rama dan Shinta nya Era Modern. Serasi banget! Gak pernah terlihat berantem atau jaim-jaiman, pula.

Sekiranya, walaupun ada masalah pasti mereka hadapi secara baik-baik. Dan perjalanan cinta mereka selama dua tahun itu banyak halangan yang kadang membuat mereka Bad Mood. Alvin, peraih predikat “The Most Wanted” itu mungkin salah satu penyebabnya. Tak sedikit cewek-cewek yang suka sama dia. Dari mulai kakak-kakak kelasnya yang nembak dia dilapangan basket, adik-adik kelasnya yang sering memberi bunga secara langsung maupun tidak langsung di meja Alvin, bahkan waktu itu Alvin pernah dijadikan bahan taruhan sama cewek-cewek seangkatannya. Parah memang! Tapi Alvin hanya menanggapinya dengan senyuman. Sebelas duabelas dengan Via. Via juga termasuk “The Most Beautiful Girl” dengan kategori cuek dan blak-blakan. Selain cantik dan baik, Via yang terkesan cuek bebek dan rada galak itu sering membuat semua siswa-siswi SMA Nosztaholic dibuat gemas oleh tingkahnya. Orangnya yang blak-blakan dan doyan banget bercanda membuat Via mudah dikenal dan mempunyai banyak teman. Tapi, yang namanya manusia pasti ada saja yang syirik.

Semenjak ALVIA resmi pacaran. Ada seorang cewek yang paling gak rela dan gak setuju dengan hubungannya. Namanya Ashilla Zahrantiara. Cewek bernama panggilan Shilla tesebut itu mempunyai alasan atas ketidaksetujuannya dengan pasangan ALVIA.

Pasalnya, sejak dari kelas 8 SMP dan sekarang SMA nya juga barengan lagi, Shilla sudah suka pakai banget sama Alvin. Cewek berambut panjang dan berbehel itu sering menggoda Alvin acapkali ada kesempatan, meskipun saat ALVIA sedang jalan berdua. Shilla memang ambisius dan supernekad demi mendapatkan apa yang dia inginkan. Walaupun Via selalu percaya sama Alvin, tapi tetap saja ada rasa takut yang selalu menyelimuti hatinya. Ditambah lagi dengan kelakuan Shilla yang makin hari makin menjadi.

***


Via sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk ekspedisi pemberian kejutan pada Alvin. Kotak kado yang terhias cantik itu bertengger manis diatas meja, didekat Via berdiri. Sedangkan ia sedang sibuk mendandani tubuhnya didepan cermin yang ukurannya lebih tinggi dari badannya. Sekilas, senyuman manis Via terbesit setelah selesai menjepitkan kepangan rambut yang ditarik dari atas dahi hingga kebelakang.
“Selesai!” ucap Via seraya memutar tubuhnya hingga terbentuklah variasi payung dari roknya yang menjuntai diatas lutut.
“Aduh-aduh, anak Mama cantik bener!” kata Mama Via yang entah bagaimana bisa muncul tiba-tiba dibelakang Via. Mendengar itu, Via nyengir sedetik.
“Iya dong, Ma! Via kan mau kasih kejutan buat Alvin. Masa iya mau jelek, mulu?” Via menggamit tangan Mamanya.
“Nah... gitu, dong! Sekali-kali dandan, jangan acak-acakan terus!一” kata Mama sambil mencubit manja hidung Via.
“... Ini tas kamu! Oh, iya. Kamu mau berangkat sekarang? Kalau gitu Mama suruh Mang Asep antar kamu, ya, Sayang!” tanya Mama setelah memberi tas selempang mini milik Via.
“Gak usah, Ma! Via bawa motor matik sendiri, kok. Mang Asep kan mesti jemput Ozy jam 3-an!”
“Oh... ya, udah. Kalau gitu hati-hati, ya! Mama mau pergi arisan dulu. Terus kalau ada apa-apa hubungi Mama, oke?”
“Siap! Hehe...” Via mencium pipi kanan Mamanya, begitupun sebaliknya.
“Awas jangan ngebut-ngebut naik motornya!”
“Iya, Ma. Tenang aja. Babay!” Via melambaikan tangan dan kembali memandang cermin.

Hmmm... gue buka twitter dulu, deh. Siapa tau ada yang bisa bikin gue nyengir. Hehe... kata Via dalam hati. Kemudian ia mengambil BlackBerry nya yang tergeletak samping kotak kado.

@azizahsivia: Ahh... gue galau, nih! Gak sabar pengen ngasih kejutan. Si Kadal Sipit bakal excited ngga, yah?? :D :*

***


“Ish! Apa banget, dah! Kamseupay! Jangan ngarep, deh, loe! Alvin itu punya gue! Dan loe cuma cewek tengil yang jadi penghalang gue buat dekat sama Alvin!” oceh seorang cewek saat membaca tweet Via tanpa sengaja.
“Hmmm... by the way, tuh cewek tengil bikin kejutan apaan, ya? Kayanya seriusan amat,一” langkahnya sibuk mondar-mandir didepan balkon kamarnya.
“一ah, bego!!! Ini kan tanggal 20?! Ultahnya Alvin. Shit, dah! Gue lupa. Kalau gini caranya, gue bakal kalah sama cewek sialan itu! Gue harus ngelakuin sesuatu. Hmmm... loe lihat aja, nanti! Gue gak bakal biarin rencana loe berjalan mulus, SIVIA!” geramnya penuh emosi.

Shilla 一 si cewek tadi, ia langsung pergi memulai siasat perangnya tanpa berias terlebih dahulu. Maklumlah, selain centil juga hobi dandan, jadi gak usah repot lagi membenahi wajahnya didepan cermin. Praktis, kan?! Ckckck.

***


Via memarkirkan motor matiknya didepan pagar rumah Alvin. Senyumnya mengembang, manis banget! Dan tanpa basa-basi Via pun menaruh helm dan berniat langsung masuk membawa sesuatu yang telah ia siapkan dari rumah. Enjoy, kakinya melangkah tanpa canggung sedikitpun. Matanya ia edarkan ke sekitar taman yang cukup luas dan banyak beraneka ragam bunga warna-warni. Ini untuk kesekian kalinya Via menghirup udara segar di rumah Alvin, karena sebelumnya memang Via sering banget diajak Alvin ke rumahnya hanya untuk sekedar main, menghabiskan waktu berdua atau menemani Mamanya ke butik. Jadi, Via sudah gak merasa asing lagi kalau ke rumah Alvin. Pokoknya kaya rumah sendiri gitu, deh!

Langkah Via terhenti sejenak, matanya ia sipitkan untuk melihat siapa yang keluar dari rumah Alvin. Sejurus kemudian, Via kaget bukan main karena yang keluar adalah dua orang manusia yang sudah gak asing lagi di matanya, Alvin dan Shilla. Dilihatnya Shilla dengan mesra menggandeng tangan Alvin diambang pintu rumahnya. Dan...
“Aaaaaaaaa...” teriak Shilla saat sepatu high-heels nya terpelintir dan hendak terjatuh. Refleks, Alvin langsung menangkap Shilla. Tangannya memeluk erat pinggang cewek berbehel tersebut. Melihat kesempatan emas itu, Shilla dengan sengaja merangkul leher Alvin. Dan...
“Chupp...” diciumlah bibir Alvin yang jaraknya cukup dekat dengan bibir Shilla.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

Deg! Jantung Via terasa berhenti berdetak melihat adegan kissing antara Alvin dan Shilla. Butiran-butiran bening mengalir tanpa komando di pipi mulusnya. Bibir Via bergetar, tak mampu mengeluarkan sepatah katapun saat itu juga. Darahnya seakan berdesir lebih cepat serta lutut dan jemari tangannya menjadi sangat lemas,一bruk! Kotak yang sejak tadi dipegangnya terjatuh.
“Ish! Apa-apaan, ini?!” bentak Alvin yang benar-benar kaget dengan apa yang baru saja dilakukan Shilla padanya. Namun...
“PLAK!!!” tiba-tiba Via menampar Alvin, sangat keras.
“O一ow!” ceplos Shilla dengan nada yang dibuat-buat.
“VIA??? Elo, kok一” kata Alvin kaget sambil memegangi pipi kirinya bekas tamparan Via. Tapi suaranya terpotong.
“Dasar cowok gak punya harga diri, loe! Selama ini gue salah nilai loe, Vin. Gue kira elo itu cowok baik-baik, setia! Tapi kenyataannya nggak! Loe sama aja kaya cowok-cowok lain, brengsek!!!” frontal Via sekenanya sambil menunjuk-nunjuk wajah Alvin.
“Eh, loe! Kalau ngomong hati-hati, dong! Dijaga tuh, mulut! Seenaknya aja loe bilang Alvin brengsek. Elo tuh yang brengsek!” Shilla ikut-ikutan frontal.
“Diem, loe!!! Dasar cewek murahan!” tukas Via. Kali ini menunjuk ke wajah Shilla.
“Ah! Apa loe, bilang?! Beraninya loe sama gue! Plak!!!” Shilla menampar pipi chubby Via, keras banget.
“Plak!!! Emangnya gue takut sama loe, hah?!” bentak Via一lagi dan kali ini satu tamparan melayang tepat di pipi kanan Shilla, lebih keras.
“Via! Shilla! Stop!!!” bentak Alvin berusaha melerai adegan tampar-menampar kedua cewek dihadapannya itu.
“Vi... please, dengerin gue dulu! Ini semua hanya一” Alvin mencoba menstabilkan napasnya sebelum melanjutkan ucapannya tersebut.
“...一hanya salah paham doang, Vi!”
Bulshit! Gue... gue gak mau tau dan gak mau dengar semua alasan loe! Mulai sekarang, kita putus! Dan jangan hubungi gue lagi!” Via melengos pergi dihadapan Alvin dan Shilla. Saat itu pula, Shilla mengepalkan tangan kanannya, seakan bilang Yes! Didalam hatinya.

“Vi... Via?! Tunggu dulu!” Alvin hendak mengejar Via. Namun...
“Sudahlah, Vin! Ngapain sih kamu ngurusin cewek munafik kaya Via?! Buang-buang tenaga, tau, nggak!” Shilla mencoba menahan tangan Alvin, tapi ditepisnya keras. Bahkan Shilla hampir terdorong kebelakang. Dan Alvin hilang seketika di mata Shilla. Mengejar Via, tentunya.
“Fuih! Apa sih yang disukai Alvin dari cewek tengil itu?! Norak!” kata Shilla kesal. Tapi ia langsung mengembangkan senyumnya mengingat Via sudah mengucapkan kata “putus” sama Alvin. Sungguh misinya kali ini berjalan mulus, semulus jalan tol.

***


Via terduduk lemas dibalik pintu rumahnya. Menenggelamkan wajah diatas lututnya sambil terus menangis. Mengingat adegan kissing pacarnya dengan cewek lain. Terlebih, cewek itu adalah Shilla一manusia paling menyebalkan yang pernah ia temui dan ia kenal.
“Kalian memang brengsek! Aarrrggghhh...” Via melempar tas selempangnya tak tentu arah.
“Kalau loe emang suka sama Shilla, kenapa gak dari dulu aja putusin gue, Vin?! Bukan gini caranya!一”
“...一Loe benar-benar cowok brengsek, Vin! Gue benci sama, loe! Gue benci!” teriakan Via semakin melemah. Suaranya serak.

GDOR... GDOR... GDOR...

“Via... tolong buka pintunya! Beri gue kesempatan buat jelasin ini semua, Vi!一” suara Alvin terdengar dibalik pintu. Via mendongakan wajahnya pelan.
“...一Please, Vi. Gue mohon,一” Via masih enggan menjawab.
“... 一gue tau, elo ada dibalik pintu, kan? Jadi, gue mohon sama loe, bukain pintunya! Buat gue...” suara Alvin ikut melemah. Dan terbukalah pintu yang sedari tadi ditatapnya. Via keluar dengan langkah gontai dan matanya yang sembab.
“Vi... mata loe sembab! Gue bawa loe ke kamar dulu, ya?” lirih Alvin dengan memegang kedua pipi Via. Namun, Via masih mematung. Matanya menatap Alvin tajam, sayu dan penuh amarah. Entah apa yang harus ia lakukan. Marahkah? Atau justru ia harus rela mendengarkan penjelasan Alvin? Bingung.
“Gue sayang banget sama loe, Vi. Gue tadi一” Alvin menahan ucapannya. Takut, takut kalau-kalau Via gak mau mendengarkannya.
“... 一gue tadi, gak ada... gak ada niat sama sekali mencium Shilla, Vi. Loe percaya kan, sama gue?” Via berontak saat Alvin hendak memeluknya.
“Terus gue percaya, gitu, sama loe?! Nggak! Dan loe pasti tau kan, yang gue rasain, sekarang? Hati gue sakit, Vin!”
“Iya, gue tau. Makanya gue minta maaf sama loe, Vi. Gue benar-benar gak tau kalau Shilla bakal ngelakuin hal bodoh itu ke gue!”
“Gak tau? Apa pura-pura gak tau, hah?!”
“Via... dengerin gue, please! Itu semua bukan kemauan gue. Loe tau sendiri, kan? Kalau gue gak pernah suka sama yang namanya Shilla! Gue hanya suka sama loe, Sivia!” Alvin memegang kedua pundak Via dengan tatapan meyakinkan.
“Ah, Shit! Sekarang loe pergi dari rumah gue! Pergi, Vin! Pergi!” usir Via sambil teriak.

BRAK!!! Dibantingnya pintu keras-keras. Alvin masih mematung. Gak tau mesti ngapain lagi buat meyakinkan Via. Ia benar-benar menyesali kejadian yang barusan dialaminya. Ingin sekali Alvin berteriak sekeras mungkin didepan pintu rumah Via. Tapi itu sungguh kekanak-kanakan.
“Vi... maafin gue! Gue sayang banget sama loe. Tapi kalau ini yang loe mau, gue bakal pergi!” Alvin melangkah mundur, mencoba menuruti perintah Via dengan suasana hati yang gak karuan.
“Gue ingatkan sama loe, mulai sekarang KITA PUTUS! Dan jangan pernah ganggu gue lagi! Ngerti?!” teriak Via dengan kapasitas suara yang hampir habis, namun terdengar jelas di telinga Alvin. Alvin memejamkan mata sejenak, berharap semua ini hanyalah mimpi. Tapi percuma, ini memang kenyataannya. Mereka benar-benar putus.

***


Bandung, Desember 2000.


Hening masih mengembara diantara puluhan siswa yang sedang berada di perpustakaan. Wajarlah, yang namanya perpustakaan itu dari jaman nenek moyang sampai sekarang peraturannya masih sama. Dilarang berisik! Apalagi di SMA Nosztaholic terkenal dengan penjaga perpusnya yang superduper galak dan menyeramkan. Namanya Pak Robert. Kalau didengar memang terkesan bule, tapi dilihat dari fisiknya sih Pak Robert gak sama sekali mirip sama bule. Kumisnya tebal, perutnya buncit, kepalanya botak dan jalannya persis kaya bebek jawa, gitu. Terus kalau Pak Robert lagi marah, kepala botaknya seperti sedang dipanggang diatas bara api yang masih panas, ngebul! Tapi, walaupun Pak Robert galaknya minta ampun, semua itu ia lakukan untuk kebaikan semua siswanya agar lebih mentaati peraturan sekolah. Begitupula peraturan perpustakaan yang dilarang berisik. Dan sudah tiga hari ini Pak Robert gak masuk. Tapi tetap saja kehadiran dan auranya masih terasa didalam perpus. Seram amat, ya? Katanya sih istri Pak Robert lagi ngidam yang aneh-aneh, gitu. Jadi ia mesti nurutin kemauan istri kesayangannya tersebut. Semoga saja anaknya gak nurun seperti bapaknya, ya. Hehe...

Dipojok kanan perpus, tepatnya didekat rak khusus sastra itu ada tiga orang siswi yang sedang duduk berhadapan. Dua dari mereka keasyikan menonton cowok-cowok kelasnya bermain basket lewat jendela ketimbang baca-baca buku yang banyak tersedia disekitar mereka. Sedangkan yang satunya lagi serius membaca novel karangan siswa-siswi berbakat di SMA Nosztaholic.
Yes! Timnya Alvin, menang!” heboh si cewek 1 seketika.
“Gak pakai teriak juga, kali! Berisik, tau?!” kata si cewek 2 ke cewek 1.
“Nyantai aja, lagi. Mumpung gak ada Pak Robert!”
“Iya... tapi, kan一”
“Ify! Prissy! Kalian bisa diem, gak, sih?! Gue lagi baca novel, nih!” cetus cewek 3 kepada kedua sahabatnya yang bernama Ify dan Prissy.
“... 一 tuh, kan! Gue bilang juga, apa?! Via jadi marah sama kita, kan?” Prissy melanjutkan kata-katanya yang tadi sempat terpotong oleh Via.
“Hehehe... sorry, Vi! Abisnya gue kebawa suasana diluar sana. Rame banget!” jelas Ify sekilas dan kemudian duduk kembali disamping Via.
“Hmmm... Vi? Loe beneran gak mau balikan sama Alvin?” tanya Prissy.
“Iya, Vi? Semenjak loe sama Alvin putus tiga bulan lalu, banyak lho cewek-cewek yang deketin Alvin.” sambung Ify spontan.
“Termasuk Nenek Lampir kelas sebelah juga lho, Vi.” timpal Prissy一lagi.
“Maksud loe, Shilla, Pris?” Ify menyambar balik kata-kata Prissy dan direspon dengan sebuah anggukan oleh Prissy.
“Bodoh amat!” Via menjawab ketus dengan mata yang tak lepas dari novel yang dibacanya.
“Loe gak takut kalau Alvin direbut sama Shilla?” tanya Prissy一lagi-lagi.
“Terserah! Gue ikhlas!”
“Lho... kok gitu, sih? Hmmm...”
“Iya, nih! Gue aneh deh ngelihat loe sama Alvin. Dulu loe berdua tuh Rama dan Shinta nya sekolah kita, kenapa sekarang jadi musuhan gitu, sih? Apa karena Shilla pernah cium bibir Alvin, iya?” mendengar pertanyaan tersebut, Via melotot ke arah Ify tajam. Namun ia kembali lagi membaca novel.
“Ayolah, Vi! Wake up! Alvin itu bukan tipe orang yang gampangan. Ke kita aja yang sahabat loe, dia cuek! Apalagi ke Shilla yang notabene nya orang paling centil di dunia, mana mau dia sama Shilla? Gue pikir, cuma loe yang Alvin cinta! Ya... walaupun sudah tiga bulan ini dia cuek sama loe. Tapi percaya deh, di hati Alvin yang paling dalam masih ada nama loe, Sivia Azizah!” tegas Prissy.
“Benar, tuh, Pris! Dan gue juga yakin kalau loe masih cinta sama Alvin. Iya, kan, Vi?” sambung Ify.

Telinga Via mulai panas mendengar argumen-argumen yang dilontarkan kedua sahabatnya. Spontan, ia berdiri dari duduknya dengan membanting novel yang dari tadi dibacanya.
“Udah, deh! Kalian kenapa sih ungkit-ungkit masalah itu? Gak lucu, tau, nggak! Dan asal kalian tau, ya! Gue udah gak suka lagi sama yang namanya Alvin! Titik! Gue ke kelas! Bete sama loe berdua!” bentak Via seketika.
“Yaaahh... Vi? Gue, kan, cuma一” sesal Prissy melihat Via yang marah.
“Gimana, nih, Pris?” potong Ify. Prissy menggeleng pelan.

***


BRAK!!!

Dua buah novel dan satu buku paket kimia yang dibawa Via jatuh berantakan.
“Kalau jalan tuh lihat-lihat, dong! Punya mata, gak, sih?!” bentak Via sambil memunguti buku-bukunya.
“Etdah... elo tuh yang harusnya lihat-lihat! Jelas-jelas dari tadi gue berdiri disini.” tukas seseorang yang barusan ditabrak Via.
“ELO...?!” Via menunjuk muka orang tersebut.
“Iya, gue, kenapa?! Loe seneng, nabrak gue?” jawab orang tersebut sambil mencondongkan tubuhnya ke wajah Via.
What?! Apa loe bilang? Gue seneng, nabrak loe?! Please, deh! Situ siapa?! Artis? Bukan! Kenapa gue mesti seneng.” jelas Via emosi.
“Emang gue artis! Buktinya di sekolah ini banyak yang ngefans sama gue. Termasuk loe! Iya, kan?”
“Hallo... wake up, Alvin Jonathan! Gak usah banyak mimpi, deh! Loe itu cuma Kadal Sipit yang bisanya main basket sambil tebar pesona, doang! Gak lebih!” Via menolak pinggang. Alvin一si cowok tadi hanya mengerutkan keningnya.
“Oh, ya?! Dan loe, Sivia Azizah? Si Cicak Bunting yang bisanya ngelihatin gue kalau lagi main basket sambil senyum-senyum sendiri. Hayo... ngaku deh, loe!一” Alvin melipat tangannya di dada.
“...一Oh, iya. Kalau loe masih sayang sama gue, bilang aja, lagi! Jangan sok jual mahal, deh!” goda Alvin dengan tersenyum jahil.
“Ish! Males gila! Minggir loe, gue mau lewat!” timpal Via tanpa menghiraukan ucapan Alvin.
“Gue masih sayang sama loe!” bisik Alvin pelan.
“Terus, gue perduli, gitu?!” balas Via ketus. Alvin hanya tersenyum simpul mendengarkan ocehan Via.

Pasalnya, sejak putus sama Alvin tiga bulan yang lalu, Via jadi lebih cuek sama Alvin bahkan mereka berdua bisa dibilang musuhan. Walaupun Alvin tidak menganggap Via sebagai musuh, tapi tetap saja ia suka terbawa emosi dengan sikap Via yang sekarang. Dan lagi ditambah dengan kelakuan Shilla yang makin menjadi-jadi ke Alvin, membuat Via tambah kesal sama mereka berdua. Begitupun Alvin yang makin lama makin dibuat bad mood oleh Shilla. Apa sih maunya si Shilla?


Pulang sekolah.


“Beib... aku nebeng mobil kamu, ya?” kata Shilla yang tiba-tiba menggandeng tangan Alvin.
“Apaan, sih?! Bab-beib, bab-beib! Gak salah, loe? Emang kapan kita jadian, ya?” balas Alvin sambil melepaskan tangan Shilla yang nyantol di tangannya.
“Ih... kok kamu gitu, sih? Udah tiga bulan ini kita jadian! Masa kamu lupa?” Shilla menggandeng tangan Alvin一lagi.
“Kapan gue nembak, loe?!” Alvin mengernyit.
“Hmmm... belum, sih. Tapi kita kan, pacaran. Udah deh, gak usah banyak nanya! Yuk, pulang!” Shilla menarik manja tangan Alvin.
“Apaan, sih?! Lepasin!一” bentak Alvin sambil menurunkan tangan Shilla secara kasar.
“...一Via?” teriaknya saat melihat Via cs sedang asyik ngobrol di parkiran sekolah.
“Iiihhh... menyebalkan! Kenapa sih, harus ada cewek tengil itu di sekolah ini!” cibir Shilla kesal. Lalu, Shilla mengikuti Alvin yang menghampiri Via cs dari belakang.

“Vi... pulang bareng gue, yuk!” ajak Alvin tanpa basa-basi.
“Ih, males!”
“Kok gitu, sih? Jarang-jarang lho ada cowok cakep kaya gue ngajak pulang bareng. Apalagi sama loe, ngga ada, kan?!”
“Ish! Serah loe deh, mau bilang apa. Yang pasti gue gak sudi pulang bareng sama loe! Ngerti?!” tolak Via kasar.
“Dih, galak amat!” Alvin mengangkat salah satu alisnya.
“Oh, iya... Vin, Vi. Gue sama Ify duluan, ya? Udah ada yang jemput, tuh! Babay...” pamit Prissy dan Ify.
“Yaaahhh... Pris, Fy? Gue sama siapa, dong?” kata Via memelas. Prissy sama Ify hanya memainkan matanya, seakan berkata Loe terima aja ajakan Alvin. Lalu langkah mereka semakin menjauh.
“Jangan harap gue mau pulang sama loe, ya!” Via tetap jual mahal.
“Yaaa... gue sih cuma nawarin aja. Kalau loe gak mau juga gak apa-apa!” ketus Alvin tanpa menatap Via sedikitpun.

“Beib... tungguin aku dulu, ngapa?!” teriak Shilla dari arah belakang. Tanpa basa-basi lagi, Alvin langsung menarik tangan Via menuju mobilnya dengan paksa.
“Beib Alviiin... tungguin aku! Ih, nyebelin banget, sih. Awas loe, Vi!” Shilla tambah kesal ditinggal Alvin dan Via sendirian.


Didalam mobil.


“Ish! Apaan sih, loe?! Kan gue udah bilang gak mau! Jangan maksa gitu, dong!” Via melepas paksa tangannya dari genggaman Alvin. Tapi percuma, Via sudah terlanjur berada didalam mobil Alvin. Sekali masuk, gak bakal bisa keluar lagi. Seperti masuk kandang macan, gitu.
“Udah, deh. Diem! Daripada gue pulang sama Shilla, nanti loe malah cemburu.” goda Alvin. Sejurus kemudian mobil tersebut melesat kencang. Tetapi Via masih melotot kesal ke arah Alvin. Ia paling gak suka dengan statement Alvin yang barusan terlontar di mulutnya. Ih, nyebelin banget sih jadi orang! batin Via. Setelah itu adegan diam-diaman mengembara didalam mobil. Alvin terlalu fokus memandang lika-liku jalanan. Dan Via lebih memilih melempar pandangannya keluar jendela ketimbang harus ngoceh yang belum tentu didengar oleh Alvin.
“Loe masih marah sama gue, ya?” kata Alvin mencoba mencairkan suasana. Sedetik, Via menatap Alvin dengan sinis.
“Menurut, loe?!” tanya Via dengan pertanyaan yang sungguh tak penting. Tiba-tiba Alvin menghentikan mobilnya di tempat yang lumayan sepi. Ditatapnya Via dengan lekat. Sedangkan yang ditatap hanya berusaha menutup kesaltingannya karena melihat mata Alvin yang begitu dalam.
“Ke一kenapa loe lihatin gue kaya, gitu?” kata Via rada gugup.
“Gue cuma mau lihat kejujuran di mata loe.”
“Maksud, loe? Emang selama ini gue seorang pembohong?!”
“Vi... loe masih sayang sama gue, kan?” tanya Alvin serius, tanpa menggubris ocehan Via sama sekali.

Deg! Jantung Via mendadak berhenti.
“Gu一gue? Masih sayang sama, loe?! Ng一nggak!” jawabnya mantap, meski rada gugup.
“Loe gak jujur sama diri loe sendiri, Vi. Gue yakin, loe masih sayang sama gue, kan? Sorot mata loe itu gak bisa bohong. Mau sebenci apapun loe sama gue, mau sekasar apapun loe sama gue dan mau secuek apapun loe sama gue, tapi sebenarnya loe gak mau ngelakuin itu semua. Iya, kan, Vi? Dan gue一 gue juga gak pernah mau dan gak pernah bisa benci sama loe! Gue tuh benar-benar sayang sama loe, Vi!” Alvin menatap mata Via lekat, lebih lekat dari sebelumnya.
“Gue... gu一gue mau turun, disini! Makasih udah mau nganterin!” Via keluar dari mobil dan berlari kecil tanpa memperdulikan Alvin yang memanggil-manggilnya.

“Vi... Via! Tunggu!” teriak Alvin.

Via masih saja berlari kecil bahkan semakin lebar melangkahkan kakinya. Alvin juga tak mau kalah dengan Via, ia berlari mengejarnya. Via berhenti sejenak, ia menatap Alvin yang masih berlari ke arahnya.
“Alvin...” lirihnya sambil kembali berlari untuk memeluk Alvin. Via tak kuasa menahan air matanya dipelukan Alvin. Mereka berpelukan sangat erat. Menenggelamkan semua kekecewaan yang mereka rasakan tiga bulan belakangan. Alvin memegang kedua pipi Via, ia menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi waktu itu.


Flashback On.


“Gak mau, ah! Alvin ada janji sama Via, Ma.” tolak Alvin saat Mamanya menyuruhnya untuk menemani Shilla pergi ke Mall. Shilla memang kenal dekat dengan Mama Alvin, kebetulan Mama Shilla juga merupakan teman arisan Mama Alvin. Tapi bukannya Via gak kenal dekat sama Mama Alvin, Via juga kenal dekat bahkan ia sangat disayang olehnya. Bedanya, kalau Shilla sering banget yang namanya main ke rumah Alvin bahkan hampir tiap hari. Ya, walaupun tiap hari itu juga Shilla dicuekin sama Alvin saat di rumahnya.
“Alvin... gak boleh gitu, ah! Mama cuma kasihan sama Shilla, dia sudah jauh-jauh datang kesini. Masa kamu tega, sih?”
“Tapi, Ma?一” tolakkan Alvin terpotong.
“Udah, ayo! Kasihan sudah nunggu dari tadi. Tapi, kamu harus bilang dulu sama Via, ya! Di cancel dulu gitu, janjiannya. Besok kan malam minggu tuh, bisa kangen-kangenan berdua. Lebih lama, pula.” kata Mamanya sambil menggoda.
“Iya... Alvin, mau!” jawab Alvin terpaksa.
“Ya sudah, kalau gitu Mama mau ke taman belakang dulu, mau tanam bunga. Hati-hati, ya, Sayang!” kata Mamanya一 lagi. Kemudian Alvin mencium pipi Mama tersayangnya itu.


Di ruang tamu.


Shilla melempar senyum mautnya saat Alvin turun dari tangga. Ia berpikir kalau misi busuknya kali ini bakal berjalan sangat-sangat mulus.
“Haii... Alvin!” Shilla menghampiri Alvin yang sudah menginjak anak tangga terakhir. Ia langsung menggamit tangannya.
“Apaan, sih? Gak usah pegang-pegang, deh!” kata Alvin ketus.
“Iiihhh... kok kamu gitu, sih? Nyebelin, deh! Pegang tangan aja, masa gak boleh!” Shilla kembali menggamit tangan Alvin, kali ini erat banget. Alvin memutar bola matanya kesal.
“Ck... sudahlah, sekarang mau loe, apa?!” tanya Alvin. Shilla langsung tersenyum mendengarnya.
“Aku mau kamu temenin aku shoping ke Mall. Terus kita makan di restoran sampai malam. Gimana?” tanya balik Shilla, bermaksud meminta persetujuan Alvin.
“Serah loe, deh! Ayo, berangkat! Gak usah banyak basa-basi!” Alvin melangkah duluan meninggalkan Shilla. Namun Shilla langsung berlari untuk membukakan pintunya buat Alvin. Kemudian ia langsung menggandeng lagi tangan kanan Alvin. Dan...


Flashback Off.


“Kamu percaya sama aku, kan, Vi?” Alvin memegang pipi Sivia一lagi. Mengusap air matanya yang sedari tadi berlinang. Via tersenyum. Dia memeluk kembali tubuh Alvin, kali ini lebih erat. Seakan ia tak mau kehilangan Alvin untuk kedua kalinya.
“Aku percaya sama kamu, Vin. Waktu itu aku cuma shock aja melihat kamu sama Shilla一ciuman. Sakit banget rasanya kalau aku ingat kejadian itu.” ucap Via pelan. Kemudian Alvin melepaskan pelukkannya.
“Vi... maafin aku, ya? Mungkin itu adalah kesalahan yang sangat terbesar buat aku. Dan waktu itu aku merasa cowok yang paling bodoh karena sudah membuatmu menangis! Tapi aku janji, mulai detik ini gak bakal ada lagi orang yang mampu mencium bibir aku selain一kamu!” bisik Alvin sambil tersenyum tipis. Manis banget.

Tatapan mata kedua insan tersebut begitu lekat dan memancarkan sorotan yang penuh arti. Via mematung, jantungnya seakan berhenti sejenak, darahnya mengalir lebih deras. Ini kedua kalinya Via merasakan hal yang sama. Pertama, saat ia melihat adegan kissing antara Alvin dan Shilla. Tetapi kali ini jauh lebih dahsyat lagi yang ia rasakan. Ingin sekali Via menghentikan waktu selama mungkin saat bibirnya terkunci oleh bibir Alvin. Mesra, hangat dan lembut.
I Love You!” ucap Alvin pelan. Via termangu. Ia masih merasakan wujud kasih sayang yang diberikan Alvin berupa ciuman mesra yang begitu lembut di bibirnya.

Akhirnya, Via pun menatap mata Alvin dalam. Bola matanya berbinar, kali ini giliran Via yang tersenyum manis ke arah cowok blasteran yang mematung dihadapannya.
I Love You Too!” balas Via sangat pelan, namun terdengar jelas di telinga Alvin. Dan tanpa basa-basi lagi, Alvin langsung mengangkat tubuh Via menuju mobil yang jaraknya lumayan jauh dari posisi mereka sekarang. Mereka tertawa bahagia. Sekarang, besok dan seterusnya.


The End!


By : Tatang Heriana [taher].

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar