Angin pagi berhembus ria menerpa pohon-pohon rindang yang masih
enggan terbangun dalam lelapnya. Sedangkan tetesan embun terjatuh
lembut menimpa rerumputan yang terhampar luas di pekarangan.
Burung-burung seakan menyanyi dan menari diatas dahan. Hingga sang
suryapun mulai tergoda untuk menampakkan sosoknya ke bumi.
Suasana
kota Bandung masih berkabut. Jam dinding telah membentuk sudut lurus
180 derajat dari angka 6. Namun ternyata penghuni kamar yang ber-cat
biru muda pada sebuah rumah mewah itu belum juga tergugah untuk bangun
melepas mimpinya. Jam weker terus dan terus berbunyi. Mentari pagi
semakin meninggi dan sinarnya pun sudah ikut menerobos celah-celah rumah
tersebut. Terdengar langkah kaki dibalik pintu kamar itu tampak seorang
anak cowo yang bertubuh mungil, berkulit putih, berambut hitam pekat
serta berpakaian seragam putih merah membawa sebuah ember berisi air.
Wajahnya terlihat ceria. Semakin lama langkah anak cowo tersebut semakin
bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Setelah sampai ditempat
tujuannya. Dia terdiam sejenak untuk menghela nafas sekuatnya. Dan
tiba-tiba...
"Byuuuurrrrr!!!" disiramkannya air tersebut pada dua sosok manusia yang masih tertidur pulas
"Huuaaaaa... Banjiiiiirrr! Maah, Paah tolong ada banjir!" teriak sang penghuni kamar, yakni Sivia dan Shilla
Suasana
kamar menjadi kacau balau. Sivia langsung menarik selimut bermaksud
untuk berlindung dari banjir. Sedangkan Shilla hanya mengikuti Sivia
berlindung dibelakangnya. Melihat kejadian yang super langka tersebut,
Deva hanya tertawa ria se-ria-rianya #ampun dah
"Ha ha ha... Emang enak Deva siram?!" sontak Deva seraya menolak pinggang
"Devooong! Kurang ajar banget sih loe!" sewot Shilla
"Assem loe ah! Dasar curut got!" sambung Sivia dengan memasang wajah garang
"Rasain nih!" lempar Shilla pake bantal
"Eitss ga kena! Weee :P. Kabuuurr!" Bocah jail itu kabur dengan kecepatan 2000 m/detik
"Devaa sini loe!" teriak Sivia dan Shilla yang kemudian berlari mengejar Deva dengan keadaan tubuh yang lumayan basah kuyup
###
Semilir
angin masih berhembus. Semakin hangat karena mentari kini semakin
beranjak tinggi. Terlihat sesosok gadis remaja seusia SMP sedang berdiri
didepan rumahnya. Tangan gadis tersebut memegang tali tas yang terikat
menggantung indah di pundaknya. Kalo dilihat dari fisik, gadis itu
memang terlihat manis. Dari ujung rambut hingga telapak kaki sungguh
sangatlah perfecto. Rambut yang dikuncir dua kebelakang, bedak yang
terpoles tipis diwajah, lengan yang dilipat satu kali keatas, rok mini
yang menggantung 1 cm diatas lutut, disambung dengan kaos kali putih
yang menyelubungi betisnya serta sepatu casual yang berwarna hitam itu
ikut mewarnai keanggunan sang pemakainya #kebayang ga tuh cantiknya??
"Riiooo! Ngapain aja sih loe didalem? Lama banget ikh" ceplos Ify (gadis tadi) sangat kesal
"Loe kira nunggu itu enak, apa?" gumamnya lagi. Lalu ia masuk kedalam
Sesampainya
didalam rumah, terlihatlah sosok anak cowo berbaju seragam putih
bercelana boxer sedang asyik makan chitato sembari menonton kartun
favoritnya, Spongebob. Ketika sedang asyiknya berduduk sila diatas
kursi. Tiba-tiba...
"Plaakkk!"
"Adaawwhh! Sakit ikh" rintih Rio kesakitan karena kepalanya dibanting tas oleh Ify
"Emang enak gue pukul?!" sinis Ify melipat tangan
"Elo
tuli, apa? Tadikan gue udah bilang sakit, S.A.K.I.T = SAKIT!. Elo masih
pagi udah ngajak ribut sama gue? Seenaknya aja maen pukul-pukul kepala
gue. Kalo gue insomnia gimana?" emosi Rio
"Amnesia kali. Elo tuh bego boongan apa bego beneran sih? Noh liat jam berapa?" menyodorkan jam tangan
"Astaga
naga! Kenapa loe ga bilang dari tadi sih? Gaswat nih, bisa telat!" Rio
terlihat panik. Dia memasukkan semua buku kedalam tasnya dan langsung
memakai sepatu
"Ayo berangkat! Nanti bisa telat!" ajak Rio
menarik paksa tangan Ify. Sedangkan Ify hanya pasrah walaupun
diseret-seret sama Rio sampe ngesot gitu #haha lebay
"Ayo naik Fy!" suruh Rio yang udah siap diatas motornya. Ify hanya terdiam menolak pinggang
"Ayo cepetan naik! Tadi ngebet banget ngajak berangkat!" oceh Rio lagi
"Woy! Ayo cepetan naik. Malah bengong"
"Sumpah demi apapun Yo. Loe tuh bener-bener bego! Idiot!" bales Ify
"Elo ngeledek gue, Fy? Bukannya yang idiot itu Debo, yah?" Rio tak mau kalah dengan Ify
"PLAKKK!! Sembarangan loe kalo ngomong"
"Adaawwhh!
Sakit tau. Lagian loe doyan banget sih nabok gue? Ayolah berangkat!"
samber Rio lagi sambil mengusap kepala bekas pukulan Ify
"Elo serius mau berangkat?" Ify mendekatkan mukanya ke Rio
"Ga usah gitu juga kali, serem tau muka loe. Hehe peace!. Ya iyalah serius, emang ada apa sih? Binggung gue sama loe"
"ELO KAN MASIH PAKE BOXER, BEGO!!" bentak Ify. Rio langsung respect liat kebawah
"Busyet dah! Haduuhh parah" gumamnya sambil menepuk jidat. Kemudian Rio langsung lari kedalam rumah
"Dasar orang aneh. Dosa apa gue punya sepupu kaya gitu, NGGA BANGET" ucap Ify kesal
###
At Idola's Junior High School.
Sekolah
terfavorite di wilayah Bandung Dua. Sarananya yang sangat lengkap serta
tempatnya yang strategis itu membuat sekolah ini terlihat sangat mewah.
Bahkan lingkungan yang Go Green pula menambah suasana yang indah dan
sejuk. Sehingga tak sedikit juga siswa yang betah di sekolah. Bukan
hanya itu aja, sekolah ini sangat berprestasi lho dibidang akademik
maupun non akademik. Banyak piala-piala dan piagam-piagam yang didapat
setiap bulannya #assikk. Terutama dalam bidang olahraga, tepatnya
Basket. Mungkin bisa dikatakan hanya tim basket IdolStar-lah yang sering
menyumbang piala tiap event-nya. Tim gawangan RiDebo cs ini merupakan
tim terhebat dan terfavorite di wilayah Bandung #hehe.
Bel
masuk berbunyi nyaring terdengar disetiap penjuru kelas. Anak-anak
berhamburan seperti rombongan kambing yang terbebas dari kandangnya
#haha.
Di sebuah koridor kelas, Debo sedang jalan dengan santainya ditemani alunan lagu band kesukaannya.
"Deboo!" tegur seeorang yang berjarak 4 meter dibelakangnya. Dan ia menengok...
"Oppp...
(?)" cowo tadi ternyata melempar bola basket kearah Debo dan hampir
mengenai kepalanya. Untung si Debo tangkas, jadi ga kena deh #good job
De.. Hehe
"Wiisstt... Keren loe, De. Hehe :D" puji Cakka, sang pelempar
"Huuhh! Untung aja ga kena muka gue, Kka. Kalo kena, gue bisa brabe juga" respon Debo seraya mendribble bola basket tadi
"Hehe.. Sorry deh, masbro. Oh iya, Rio mana yah? Ko tumben belum dateng?" tanya Cakka
"Kaga tau gue juga, Kka. Mau ngerasain telat kali? Hehe"
"Kalo Ify? Loe ko ga bareng Ify??" tanya Cakka lagi #haha
"Busyett
dah! Banyak nanya juga loe, Kka. Atau jangan-jangan loe sepupunya dora,
yah? Hahaha. Kan biasanya juga dia bareng sama Rio berangkatnya" jawab
Debo lagi
"Oh iya-yah gue lupa. Tapi kenapa gue jadi pikun gini, sih?" tanya Cakka pada diri sendiri
"Yaa mungkin karena faktor usia, kali. Hahaha" mereka ketawa ria berjamaah sambil jalan menuju kelas
###
"Yaa Tuhan. Makasih banget, Engkau telah memberi keselamatan pada hamba. Amin" doa Ify ketika sampe di parkiran sekolah
"Lebay loe, Fy!"
"Eh suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue, doa-doa gue, kenapa elo yang repot?!" bales Ify
"Tapi thanks yah grandong, atas tumpangannya" ceplosnya lagi dan berlalu begitu aja
"Eh Ify! Tunggu dulu, ngapa? Maen tinggal-tinggal aja. Dasar lampir, loe!" celoteh Rio ga mau kalah
"Bodo amatt! Weeeh :P"
"Sini loe! Ketangkep, gue jitak" Rio mengejar Ify
"Haaaaaaa...
Kabuuurr!" Ify melesat sangat cepat bahkan lebih cepat dari jet coster
yang sedang masa percobaan di lapangan. Dan Rio juga ga mau kalah dengan
Ify, dia berlari dengan kecepatan 200 KM kecepatan cahaya #haha. Namun
saat Ify mencoba belok dari persimpangan kelasnya, dia dikagetkan oleh
sosok Shilla yang mendadak ada didepannya #loe kira jin tomang, apa? :D.
"Brraaaakkk!!"
"Adaawwhh!" rintih keduanya
"Eh sorry-sorry, Shil. Elo ga apa-apa, kan?" tanya Ify
"Iya.
Gue ga apa-apa, ko. Elo lagi ngapain, sih? Pake lari-larian segala,
kaya dikejar setan aja" tanya Shilla setelah bangun dari jatohnya
"Ya elah Shil, yang ini lebih serem lagi dari setan!"
"Hahh?! Serius loe?" kaget Shilla
Sosok Rio mulai terlihat Ify dari jauh. Suaranya semakin dekat dan semakin menggema ditelinga Ify.
"Nenek Lampir! Sini loe?!" teriak Rio dari jauh
"Itu Shil, itu orangnya. Gue kabur dulu yah. Byee!"
"Ify. Tunggu dulu! Yaaahh, dasar aneh tuh bocah"
Lima detik setengah kemudian Rio nyampe ke tempat Shilla tadi
"Huuhh.. huhh.. Eh Shil, kemana perginya tuh Nenek Lampir?" kata Rio ngos-ngosan
"Apa? Nenek Lampir? Gue kan belum kenalan sama tuh orang, jadi gue ga tau deh" jawab Shilla memasang wajah polos
"Tadi lho yang barusan sama loe, disini" tegas Rio lagi
"Maksud loe, Ify? Tadi sih kesana. Eh tapi, lagi ngapain sih kalian?! Pake acara kejar-kejaran segala" tanya Shilla balik
"Ceritanya panjaaaaanngg banget. Pokonya lebih panjang dari jalan tol Cipularang :D"
"Lah, ko bisa sih?" Shilla mengerutkan kening
"Pokonya
bisa deh. Hehe, gue cabut dulu yah. Daaahh!" tanpa ngasih jawaban yang
pasti, Rio langsung kabur ninggalin Shilla sendirian #waduh parah!
"Haduuuuhh! Roman-romannya tuh dunia ini mau kiamat deh?! Pada aneh semua" gumam Shilla seraya melanjutkan langkahnya ke kelas
###
@kelas 9.2
Kelas
terindah dan terfavorite yang digawangi sama Rio itu terlihat rame.
Setiap baris kursinya terisi penuh oleh siswa. Berjuta kegiatanpun sudah
mulai dijalani para penghuni kelas 9.2 tesebut. Dari mulai bercanda
ria, bergosip ria, lempar-lemparan kertas ria, bahkan sampai ber-ria-ria
lainnya juga #hehe
"Muka loe kenapa sih, Siv? Ga seperti biasanya deh" tanya Zahra yang lagi duduk disebelah Sivia
"Oh. Ngga apa-apa ko, Ra. Gue cuma lagi kesel aja sama adik gue" jawab Sivia yang mengubah posisi duduknya kehadapan Zahra
"Maksud loe, Shilla?!" ceplos Zahra sedikit keras. Sampe-sampe Shilla yang lagi duduk sama Agni didepan, menengok
"Elo pada ngomongin gue?" kata Shilla respect setelah mendengar namanya disebut
"Ngga ko. Ngapain juga ngomongin loe? Kurang kerjaan banget. Hahaha" tembal Sivia
"Huuhh... Dasar gembrot!"
"Enak aja loe ngatain gue gembrot. Daripada loe, ganjen!" bales Sivia ga mau kalah
"Iiikkkhhh.. Ngajak ribut nih anak" tantang Shilla yang menyingsingkan sedikit lengan bajunya
"Oke. Siapa takut?! Sini loe!" tantang balik Sivia
Sedangkan Zahra dan Agni yang ga tau apa-apa hanya terheran-heran dan berbalas isyarat satu sama lain
"Kenapa sih?" tanya Agni secara isyarat ke Zahra
"Gue juga ga tau, Ag" bales Zahra mengangkat pundak
"Please! Please, Agni. Jangan pisahin gue, gue mohon" serobot Shilla yang mendorong-dorongkan badannya ke Agni
"Jangan pegangin gue, Ra. Please, Ra. Jangan pegangin!" Sivia juga kumat
"Stooooppppp!!" lerai Agni dan Zahra
"Kalian berdua tuh kenapa sih?!" tanya Agni sedikit kesal
"Iya nih. Pada aneh semua" sambung Zahra
"Hehehe. Gue juga ga tau" Sivia dan Shilla nyengir
"Hhhuuuuuuuuu dasaaaarr!" Zahra dan Agni mengacak rambut mereka berdua
Namun sesaat kemudian, suasana kelas 9.2 itu semakin ga jelas ketika Gabriel, Cakka dan Debo tiba disana
"Halloooohhhaaaa... Hai semua?? Gue. Berdiri. Disini. Cuma. Ingin. Bilang. Kalo..." ucap Gabriel sedikit gagap
"Elo kenapa sih, Yel? Perasaan tuh tadi elo baik-baik aja deh" tanya Cakka
"Oke-oke
deh. Semuanya harap tenang yah, berhubung Gabriel lagi gagap serta
seorang Rio yang ga tau lagi dimana adanya? Jadi terpaksa deh gue yang
ngomong. Gue cuma mau nyampein aja kalo sekarang tuh kita... kita...
GA JADI ULANGAN MATEMATIKA!!!" jelas Debo
"Yeeaayy! Horeeee!" teriak semua siswa kelas 9.2
"Yaaahh... Kenapa ga jadi?" tanya Zahra si Mrs. Clever
"Huuuhh belagu loe, Ra!" senggol Sivia
"Yang belagu siapa?"
"Ello!"
"terus, MASALAH BUAT LOE?!" ledek Zahra
"MASALAH BANGET BUAT GUE! Weee :P" Sivia ga mau kalah
"Oh iya, De. Emang mau ada apaan sih?" lanjut Sivia, nanya ke Debo
"Hari
ini kan hari guru se-indonesia, Siv. Jadinya kita semua tuh dibebasin
dari pelajaran gitu. Haha bahasanya lebay, yah?" jawab Debo #assiik
"Ouh.. Syukur deh. Ngga ko. Hehe" bales Sivia lagi sambil berjalan
"Siv! Mau kemana, loe?" teriak Agni
"Gue mau ke toilet, bentar!"
"Kebelet yah, bu Sivia? Hahaha" sambung Shilla
"Sotoy, loe!" Sivia semakin buru-buru
"Awas ada yang nyulik! Hehe" lanjut Zahra
"Weee :P. Biarin!" Sivia melet dan kemudian dia langsung melanjutkan langkahnya menuju toilet
###
"Wadduuhh!! kebelet nih gue" gumam Sivia sambil memegang perutnya serta berlari kecil
Sesampainya deket toilet, tiba-tiba dia menabrak seseorang yang tak dikenalnya..
"Brraakkkkk!!!"
"Addaawwhh!!"
"Eh sorry-sorry yah gue buru-buru soalnya" kata Sivia
"Oh iya ga apa-apa ko, nyantai aja" jawab orang itu sambil tersenyum manis
"Sorry banget, yah. Abisnya gue kebelet banget, nih" lanjut Sivia yang langsung masuk ke toilet
"Oh iya ko ga apa-apa" respon cowo tadi. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkan toilet
5 menit berlalu #hehe
"Huuftt! Akhirnya lega juga. Eh! Cowo tadi kemana, yah? Ko ga ada, sih? Perasaan tuh tadi disini, deh?"
"Tapi tau akh. Emangnya gue pikirin? Belum tentu juga dia mikirin gue. Hehe :D" kata Sivia bermonolog
Sivia
pergi dari toilet. Dengan wajah yang cerah dan sedikit senyum
dibibirnya, dia melangkah menuju kelas. Langkahnya mulai dipercepat
bahkan 5X lebih cepat dari sebelumnya. Ditengah perjalanan, Sivia
berhenti. Dia melihat sesuatu yang aneh terjadi di sekolah ini. Sejenak
tangannya menggaruk perlahan kepala yang keliatan tidak gatal itu.
"Anak-anak pada kenapa, yah? Berlarian ga jelas, gitu" gumam Sivia
Tanpa
disadari olehnya, ternyata anak-anak cewe kelas 9.2 pun ikut menghilang
terbawa arus kelas tetangga. Akhirnya terpaksa Sivia ikut berlari
menuju lapangan basket yang menjadi pusat pelarian tersebut #gue ga
ngerti-_-?
"Eh Shill, ada apaan sih? Rame banget disini.
Emang ada pembagian sembako di sekolah ini?" tanya Sivia ke Shilla yang
kebetulan udah duluan nyampe disana
"What? Sembako? Yang
bener aja, loe? Disini tuh ya, bukan tempat pembagian sembako. Noh,
disana baru iya! Silahkan ngantri, bu" ledek Shilla mencubit 2 pipi
milik Sivia
"Ikh apaan sih, loe?! Pake acara pegang-pegang pipi gue segala. Pipi gue ini mahal, tau?!"
"Sumpeh, loe? Mahal?! Apa ga salah? Di pasar loak tuh ya, model kaya gini goceng dapet 3 :D" ledek Shilla lagi
"Plakk! Sembarangan kalo ngomong. Ada apaan sih, ini?" Sivia makin penasaran
"Emh..
Ini.. Apa.. Anu? Gue juga kaga tau, sumpah? Gue kan cuma ngikutin
anak-anak doang :D" jelas Shilla sembari nyengir tanpa dosa
"Gubrraakk! Kenapa loe ga bilang dari tadi, sih?"
"Hehe. Peace!" kata Shilla. Lalu mereka menyelundup untuk menerobos kerumunan anak-anak
"Alvin??" kata Shilla
"Alvin siapa, Shill?" tanya Sivia yang ga dihiraukan oleh Shilla
"Huuaaaaa Alviiiiiiinn..." histeris Shilla
"Eh Shill. Elo kenapa, sih? Kesurupan? Apa kemasukan setan?" tanya Sivia respect
"Sama aja, bego! Itu lho, Siv. Alvin, Alvin Jonathan. Tau ngga?"
"Ouhh Alvin Jonathan, yah? Hehe. Gue ga tau, Shill" ucap polos Sivia
"Yaahh.. Gubraakk! Masa loe ga tau, sih? Dia kan Cover Boy"
"Alviiiinn.. I LOVE YOU SO MUCH" teriak Shilla lagi sambil mencium telapak tangannya dan mengarahkannya ke Alvin
"Ampun
dah tuh bocah. Kampungan banget sih? Baru juga liat cowo bening dikit,
udah nyosor aja kaya bebek. Heeuuh dasar GANJEN, loe!"
"Oh
iya. Cowo itu kaya cowo yang gue tabrak di toilet, yah? Akh. Masa,
sih? Emangnya dia artis, yah? Tapi ga tau juga deh" batin Sivia
berbicara
"Alviiiinn... Alviiiinn..." teriak semua cewe
disitu. Sivia mulai merasa risih akan hal tersebut. Dia mencoba keluar
dari kerumunan. Walaupun sangat sulit sih, tapi harus tetep berusaha
yah, Sivia #kowawa! :D
"Itu bukannya cewe yang nabrak gue
di toilet, yah? Tapi kenapa dia pergi? Jadi penasaran, gue. Dasar cewe
misterius" kata Alvin dalam hati
"Eh tunggu bentar yah,
gue ada perlu. Nanti gue kesini lagi, ko. Maaf yah :D" jelas Alvin
kepada para fans-fansnya yang lagi minta foto or cuma minta tanda
tangan doang
Alvin mengejar Sivia yang lagi berjalan sedikit gancang. Dia mencoba memanggilnya walaupun belum tau nama Sivia
"Hei? Tunggu!" teriak Alvin sedikit lari. Sivia mulai berhenti dari langkahnya dan menengok kearah Alvin
"Elo manggil gue, barusan?" tanya Sivia
"Iya. Emh.. Anu.. Gue cuma mau minta maaf aja soal tadi pagi di toilet"
"Ohehe. Ga apa-apa ko, nyantai aja. Lagian gue juga sih yang salah" Sivia nyengir dengan terpaksa
"Gue Alvin. Kalo boleh tau, nama loe siapa?" kata Alvin menyodorkan tangan
"Sivia.."
"Oh iya. Gue ko baru liat elo di sekolah ini, yah?" tanya Sivia
"Hehe. Ya iyalah, gue kan murid baru disini"
"Ouuhh
murid baru toh? Eh tapi. Anak-anak lain ko udah pada kenal loe, sih?
Lah, gue? Gue ga kenal loe sama sekali" tanya Sivia sambil meniup
poninya yang menggantung indah di jidat
"Emh iya. Anu.. Gu.. Gue juga ga tau. Mereka bisa kenal gue darimana. Iya bener itu" jawab Alvin sedikit gugup
"Ya udah deh. Gue ke kelas dulu, yah?"
"Gue ikut dong, boleh?" Alvin meminta
"Apa?! Ikut? Emang loe kelas apa?" sontak Sivia
"Gue kelas.. Gue kelas apa, yah?" gumam Alvin sambil menggaruk kepalanya
"Ka Alviiiinnn! Darimana aja sih, loe?! Dari tadi gue cariin, juga!" oceh Oik (adik Alvin) yang baru dateng
"Dari tadi juga gue disini, kali. Loe tuh yang keganjenan pergi kemana-mana" bales Alvin sedikit males
"Ikh sotoy banget sih, loe. Terus ini, siapa? Gebetan baru?!" tanya Oik. Sivia hanya mengangkat alis. Tanda keheranan
"Bukan! Sotoy!" ucap Alvin sambil menyubit pundak Oik
"Auwh.. Sakit tau!"
"Ya udah deh gue duluan, yah!" kata Sivia berlalu
"Sivia, tunggu!" teriak Alvin mencoba mengikuti Sivia
"Ka Alviiinn! Gue ikut!" teriak Oik
"Sana ke kelas loe aja!"
"Heeuuhhh! Nyebelin ikh" kesal Oik dan kemudian pergi ke kelas barunya
###
"Eh-eh-eh. Kalo diliat dari deket sih, yayang Alvin itu cakep buangett, sumpah!" gehger Shilla
"Iya bener banget, Shill. Senyumnya itu lho? Huuaa ga nahan, gue" sambung Agni
"Yaaahh. Kalian sih enak bisa liat Alvin dari deket. Lah, gue? Gue cuma keinjek-injek sama anak-anak doang" kata Zahra manyun
"Itu sih derita loe, yah? Hehe. Peace!" bales Agni
"Ikh jahat loe, Ag!" bibir Zahra makin manyun 2 cm
"Ehh. Kalian tau Ify, ngga? Dari pagi gue belum liat dia ke kelas, sih?" tanya Shilla
"Oh iya, yah. Sivia juga kemana?" sambung Zahra
"Emh.. Setau gue sih ya, si Ify tuh tadi pagi lari-larian ga jelas" jelas Agni sambil memukul-mukul dagu pake jari telunjuknya
"Iya bener. Gue juga sampe ditabraknya, malah" bales Shilla. Zahra hanya diam, ga tau apa-apa #hehe
Beberapa detik kemudian. Sosok Sivia datang menghampiri Shilla CS
"Viiong! Kemana aja sih, loe?" tanya Shilla
"Iya nih. Kabur-kabur mulu kaya tarzan" timpal Agni
"Elo udah ketemu Alvin belum, Siv?" lanjut Zahra
"Jadi gue harus jawab yang mana dulu, nih?"
"Terseraaaahh!" teriak Shilla, Agni dan Zahra
"Oke-oke
gue ceritain deh kronologisnya. Gini nih, tadi pagi kan gue tuh ke
toilet. Pokonya ga tau kenapa perut gue super duper kebelet, suer!.
Terus pas gue nyampe sana, gue ga sengaja nabrak seorang cowo yang
mukanya tuh asing banget buat gue" penggalan kata Sivia
"Cowo siapa?!" tanya mereka semangat
"Sabar dulu, ngapa?! Tadi katanya suruh dijawab satu-satu"
"Oke deh, peace!" kata Agni
"Terus?" ucap Zahra
"Nah. Disitu gue sempet minta maaf ke dia, tapi gue langsung masuk ke toilet. Kalian tau sendiri kan kalo gue kebelet, gimana?"
"Lalu?"
"Yaa disitu gue buang air, lah" ceplos Sivia
"Yang itu jangan diceritaiiinn!" sontak Shilla
"Eh
santai bos. Peace! Damai-damai. Abis itu gue langsung balik dah ke
kelas. Eehh.. Tapi pas nyampe kelas, gue super panik! Keliatan kan dari
mimik muka gue?" jelas Sivia sambil menunjuk-nunjuk mukanya
"Kaga!! Lebay loe, Siv. Emang panik kenapa?" kata Shilla lagi
"Yaa
gimana mau ga panik? Orang pas gue ke kelas ga ada manusia sama
sekali. Gue bingung, dong? Makannya gue ngikutin anak-anak kelas
tetangga sebelah yang kaga tau pada mau ngapain berlarian ke lapangan
basket?"
"Terus??"
"Nabrak!! Puas, loe?! Hahaha" ledek Sivia
"Siviiaaaaaa!!!" teriak Shilla CS mulai garang
"Oke
peace! Sabar mba, sabar. Kalian tau ngga? Disana tuh ya, udah kaya
pasar dadakan deh. Rame banget!! Terus disana gue juga ketemu sama ini
nih, Shillong" Sivia memainkan matanya kearah Shilla
"Ouh.. Kalo yang ini gue tau" ucap Shilla
"Oh iya. Tadi tuh loe nanya apa, Ra? Si Ipin?!" tanya balik Sivia
"Hah! Ipin?! Alvin, mungkin?" sontak Zahra
"Oh
iya, itu. Sebenernya sih gue tuh ga tau juga sama yang namanya Ipin
atau Alvin, pokonya itu deh. Malahan gue baru tau pas tadi di lapangan
basket. Yaa itu juga dari si Shillong, sih. Kata dia yang dikerumunin
cewe-cewe itu namanya Alvin. Nah, disitu gue baru inget kalo..." Sivia
terdiam sejenak
"Kalo apa?!"
"Kalo.. Kalo dia itu yang nabrak gue waktu di toilet!" lanjut Sivia
"Serius loe, Siv?!"
"Dua rius malah. Gue masih hafal ko mukanya" lanjutnya lagi
"Eh.
Kantin, yuk? Laper sangat, nih. Tadi kan gue udah cerita banyak sama
kalian, traktir kek atau apa gitu?" ajak Sivia dengan tangan yang
mengelus-elus perutnya
"Itu sih maunya. Hehe. Ya udah, ayo. Gue juga laper" bales Agni
"Tapi nanti cerita lagi yah, Siv?" lanjut Zahra
"Siap, mba!"
###
"Please, Yo! Ampun! Gue cape banget, sumpah!" kata Ify ngos-ngosan sambil jongkok
"Hhuuh!
Gue juga cape, Fy. Lagian siapa sih yang ngajak ribut terus lari
duluan? Elo, kan?! Dasar lampir, loe. Hehe. Oh iya. elo haus, ga?
Kantin, yuk? Gue traktir deh" timpal Rio yang ikut jongkok deket Ify
kemudian ngajak ke kantin dan merangkulnya
"Aiihhh! So akrab banget, loe. Pake acara rangkul-rangkul gue segala. Lepasin, kaga?!" ledek Ify
"Iddiikkh.. So jual mahal banget, sih. Model kaya gini tuh ya, di eceran juga banyak, noh"
"PLAAKKK!! Sembarangan loe kalo ngomong!"
"Adaawwhh! Please deh, Fy? Loe tuh doyan banget sih nabok gue? Sakit, tau?!" rintih Rio kesakitan
"Hehe. Sorry mba yori deh, bang" Ify nyengir
"Sorry-sorry pala loe peyang?! Kalo gue itung-itung nih ya, loe nabok gue udah ke 10 kalinya, tau" jelas Rio
"Masa, sih? Emh.. Apa ngga nanggung, Yo? Jadi 11, gitu?"
"Oh tidak bisa!" bales Rio sedikit menjauhkan jarak dari Ify
"Oh gitu, yah? Satu.. Dua.. Tiga.. Seraaaaanngg!" teriak Ify #ga jelas, sumpah! :D
"Ampuuunn, Fyy!" teriak Rio juga sambil melindungi kepalanya pake tas
"Eiitss.
Siapa juga yang mau mukul, loe? Gue cuma mau ngerangkul loe aja, ko.
Katanya tadi mau traktir gue ke kantin. Ayo, capcus!" goda Ify
"Hhuuh untung, aja. Dasar lampir loe, Fy!" Rio membalas rangkulan Ify
"Biarin. Weeeh :P"
Rio
dan Ify pergi ke kantin dengan ketawa-ketawa ga jelas. Tetapi pas
mereka lewat di koridor kelas 9.4, langkah Rio terhenti. Dia melihat
seseorang yang tak asing lagi di matanya
"A.. A.. Alvin?!"
"Riio?!"
"Heii..Alvin?? Gue kangen banget sama loe. Gue ga nyangka bakal ketemu loe disini, Vin" kata Rio sambil memeluk Alvin
"Iya.
Gue kan pindahan di sekolah sini. Gimana kabar loe, Yo? Gue seneng
banget bisa ketemu loe disini. Ini siapa?" kata Alvin sambil menjabat
tangan Rio layaknya seorang sahabat yang udah lama ga ketemu.
"Oh.
Loe pindah kesini? Wah ko bisa, sih? Eh iya. Kenalin ini sepupu gue,
Ify. Ini Alvin, Fy. Sahabat gue dulu waktu di Jakarta" jelas Rio
"Hai.. Seneng bisa kenal loe, disini" kata Ify
"Iya.." bales Alvin singkat
"Oh iya, Vin. Rencananya loe mau kemana, sekarang?" tanya Rio
"Emh..
Gue juga bingung mau kemana, Yo. Abisnya gue belum ada yang kenal
disini. Lagipula gue juga belum tau betul sarana di sekolah ini"
"Kalo
gitu ikut kita aja ke kantin. Tempatnya asyik lho? Sekalian nanti gue
kenalin loe sama temen-temen gue dan temen-temen Rio. Katanya mereka
juga ada disana. Gimana, mau ngga?" sambung Ify
"Emh. Boleh deh kalo gitu"
"Ayo!"
Mereka
bertiga pergi ke kantin. Alvin yang kebetulan sahabat lamanya Rio
merasa beruntung banget bisa bertemu Rio kembali di sekolah barunya
tersebut. Soalnya semenjak dulu ketika Rio bilang kalo dia mau pindah ke
Bandung untuk menetap dan tinggal bersama bokapnya, Alvin merasa
sangat kehilangan Rio. Menurut dia hanya Rio-lah sahabat satu-satunya
yang selalu ada ketika dia merasa down dengan keadaan yang memaksa dan
merampas kebebasannya. Dan selalu pengertian serta care bahkan mau
percaya ketika dia kehilangan kepercayaan dari orang lain
Flashback On
"Kenapa?! Kenapa mesti loe yang harus pindah, Yo?!" kaget Alvin seakan tak percaya mendengar kata-kata Rio
"Sebenernya
gue juga ga mau pindah, Vin. Tapi harus gimana lagi? Nyokap gue
meninggal karena kecelakaan, dan sekarang gue sendiri. Sedangkan usia
gue yang saat ini, gue masih butuh belai kasih orang tua. Gue perlu
dibimbing, dijaga dan diberi perhatian lebih sama mereka. Dan loe juga
tau kan, Vin? Ketika dulu bonyok gue cerai, gue sempet putus asa dan
kehilangan kontrol. Gue merasa berat banget harus memilih salah satu
dari 2 orang yang sangat gue sayangi. Terpaksa gue milih nyokap gue.
Tapi sekarang?! Nyokap gue udah ga ada. Gue sakit banget, Vin" jelas Rio
yang mulai meneteskan air matanya disamping Alvin yang duduk deket
ring basket
"Rio..." Alvin menatap Rio dengan berkaca-kaca. Rio memeluk Alvin, dan Alvinpun membalasnya
"Maafin
gue yah, Vin. Gue udah ga bisa menjadi sahabat yang terbaik buat loe.
Gue seneng bisa sahabatan sama loe. Tapi gue harus pergi, gue harus
tinggal di Bandung bareng bokap gue" Rio mengusap air matanya
"Gue
ngerti, Yo. Mungkin gue juga akan melakukan hal yang sama kalo gue ada
diposisi loe sekarang. Tapi elo ga usah minta maaf ke gue, Yo. Asal
loe tau, loe itu sahabat gue yang paling baik bahkan paling terbaik.
Jujur... Kalo boleh memilih, gue lebih milih ditinggal sama pacar
ketimbang harus ditinggal sama sahabat terbaik gue. Karena bagi gue
sahabat itu paling penting dari segalanya. Rio.. Makasih yah. Selama ini
loe selalu care sama gue, selalu ada dan selalu memberi petuah-petuah
baik buat gue. Kalo memang ini yang terbaik buat loe dan buat gue, gue
rela dan ikhlas ko ditinggal sama loe, disini. Tapi gue yakin, suatu
saat nanti kita bisa bertemu lagi. Rio.. Ini buat loe. Jangan sampe
hilang. Itu kenang-kenangan dari gue" Alvin memberikan bola basket
kesayangannya ke Rio
"Makasih banyak, Vin. Gue janji bakal
ngejaga bola basket kesayangan loe ini. Dan gue juga janji, suatu saat
nanti kita bakal ketemu lagi. Percaya sama gue, Tuhan masih ada buat
kita" Rio merangkul Alvin
"Alvin.. Karena nanti gue bakal pisah sama loe. Gue mau minta sesuatu sama loe."
"Minta apa, Yo? Gue pasti kasih" Alvin nyengir
"Gue pengen maen basket untuk terakhir kalinya sama loe" Rio melempar bolanya ke Alvin
"Oke. Siapa takut?!"
Mereka
bermain basket di sore itu. Walaupun sebenernya hati Rio merasa ga
tega untuk meninggalkan Alvin dan hati Alvin yang harus rela
ditinggalkan sahabatnya, Rio. Tapi mereka sadar. Tak selamanya
persahabatan itu indah. Pasti ada aja hal yang sangat pahit dalam
persahabatan tersebut. Dan mereka yakin. Mereka tetep sahabat. Sahabat
sejati yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu. Meskipun raga mereka
jauh, tetapi mereka masih mempunya hati yang selalu dekat. Merekapun
masih punya Tuhan. Tuhan yang selalu ada. Dan mungkin suatu saat nanti
Dia pasti akan mempertemukan mereka kembali dilain hari.
Flashback Off
###
Mentari masih menampakkan diri dengan gagahnya. Tidak terlalu
tinggi. Masih hangat tetapi sejuk. Karena saat itu bisa dibilang masih
pagi, sekitar pukul 09:30 wib. Suasana kantin terlihat sangat padat
bahkan nyaris tak ada satupun tempat yang tersisa disana. Debo, Cakka,
dan Gabriel yang baru nyampe di kantin sempet bengong bahkan lebih dari
bengong melihat kursi-kursi yang begitu rapat terisi. Tapi tunggu
dulu! Setelah lama mereka melirik kanan kiri, akhirnya pandangan
merekapun tertuju pada sebuah meja yang berada dipojok kantin deket
penjual bakso dan sekaligus tak berpenghuni. Tanpa ada basa-basi lagi
Debo CS langsung ke target sasaran
"Eh.. Eh.. Eh.. Kalian mau ngapain ?!" heboh Shilla CS yang kebetulan mau duduk juga ditempat tersebut
"Yaa
kita mau duduk disini, lah?! Emang kenapa? Ga boleh?" bales Cakka
kemudian duduk dengan menaruh tasnya diatas meja. Gabriel juga sama
"Ya jelas ga boleh, dong! Tempat ini kan kita duluan yang nemuin" Shilla menarik Cakka
"Iya
bener, Shill. Kalian kan baru dateng. Lagian dari jaman dulu tempat
ini tuh udah jadi basecame kita, tau?!" sambung Zahra. Sedangkan Agni
dan Sivia hanya terdiam
"Ow.. Ow.. Ow.. Loe kira meja ini punya nenek moyang loe, apa?! Maen sabotase seenaknya gitu" bela Gabriel
"Pokonya
gue ga mau tau. Kalian harus cepet-cepet pindah dari sini! Gue, Sivia,
Zahra sama Agni mau makan bakso. GET OUT, NOW!!" Shilla mulai sangar
"Loe
bantu kita ngapa, De? BBM-an mulu dari tadi. Gue udah kewalahan nih.
Liat tuh, Shilla! Kalo udah marah kaya Nyi Pelet, tau?!"
"Iya nih. Sibuk sendiri mulu loe, De" Cakka dan Gabriel minta bantuan ke Debo yang sedang senyam-senyum ga jelas dengan BBnya
"Ohehe.
Sorry maaf deh HAMPURA (baca 'maaf'). Kalian itu ribet tau ga, sih?
Tinggal suit aja tuh ya, apa susahnya? Daripada harus cape-cape adu otot
gitu"
"Ide bagus tuh, De. Gimana kalo kita suit? Yang kalah harus segera enyah dari sini" ajak Cakka
"Gimana?" tanya Shilla ke temen-temennya
"Terserah loe, deh. Gue sih fine-fine aja" jawab Agni sambil melirik ke Zahra dan Sivia
"Oke. Gue ga takut" kata Shilla
"Udah pasti gue yang menang deh, Shill"
"Udahlah jangan banyak omong. Ayo!"
Cakka-Shilla memulai perang suitnya
"Kertas.. Gunting.. Batu..!"
"Kertas.. Gunting.. Batu..!"
"Kertas.. Gunting.. Batu..!"
"Yess!
Gue menang. Gue bilang juga, apa?! Pokonya sekarang kalian harus enyah
dari tempat ini. Hahaha" kata Cakka yang memenangkan persuitan itu
"Yaaahh.. Tapi gue tetep kaga mau pergi dari sini! Loe curang tadi, Kka!"
"Yeehh. Kalo kalah tuh kalah aja, jangan pake alesan! Ayo sana-sana"
"Udah-udah,
stop! Mendingan gini aja deh. Berhubung ga ada yang mau pergi dari
tempat ini, gimana kalo gabung aja? Lagian meja ini kan ada 10 kursi.
Kita cuma ber-7. Apa susahnya sih, gabung? Gue traktir loe pada, deh"
"Nah bener banget tuh, De. Gue setuju sama loe" Sivia mulai menyerobot kata-kata Debo
"Huuuhh..
Dasar! Kalo denger kata TRAKTIR aja langsung setuju. Emang dalam
rangka apaan, De? Tumben loe traktir kita-kita?" kata Agni. Shilla,
Cakka, Gabriel sama Zahra hanya terdiam
"Pokonya DALAM RANGKA MENGISI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA, deh" gurau Debo
"Jiahahaha.. Ada-ada aja, loe. Apa jangan-jangan... Loe punya pacar baru, yah?!" sambung Shilla
"Loe ulang tahun?!"
"Apa dikasih motor baru?!"
"Emh.. Punya mama baru? Atau papa baru, yah?"
"Huhh..
Sialan loe, Yel. Haha. Pokonya ada deh. Hehehe. Ya udahlah, sekarang
dimakan dulu aja baksonya" Debo mulai menumpahkan saus ke mangkoknya
"Gue minta saus dong, De" kata Gabriel
"Nih..? Awas kena kepala Cakka. Hehe"
"Kalo sampe kena kepala gue? Gue jitak, sumpah"
"Eittss..
Nyantai brad. Hehe. Selamat makan semuanya. Emh.. Tapi bentar deh.
Sivia? loe ga makan? Atau lagi puasa?" kata Debo yang melihat Sivia lagi
bengong ga jelas
"Oh.. Emh. Anu. Gu.. Gue. Gue udah abis
baksonya, De. Emh.. Gue boleh minta satu porsi lagi ga, De? Please,
yah-yah? Gue masih laper nih :D" Sivia nyengir kuda. Sedangkan yang lain
hanya geleng kepala melihat tingkahnya Sivia
"Oh.. Ya udah atuh sok. Ga apa-apa, ko"
"Makasih yah, De. Loe baik banget deh"
"Huuhh dasar! Kalo ada maunya aja, muji" ledek Agni. Sivia hanya membalasnya dengan menjulurkan lidah
"Punya kembaran tuh gitu amat, sih? Memalukan. Rakus pula?! Haduh.. Tobat deh" kata Shilla
"Yaa ga jauh beda juga sih sama adiknya" sindir Cakka. Gabriel cekikikan. Begitu juga Debo
"Loe ngeledek gue, Kka?"
"Yeehh.. Sotoy banget sih, loe. Siapa juga yang ngeledek, loe? Hahaha"
"Shill.. Kaya gitu juga kaka loe, tau?!" Debo melerai Cakka dan Shilla
"Iya juga sih, De. Tapi kan?? Emh.." Shilla manyun
"Ahahahaha..." mereka ketawa ga jelas
Suasana
makan baksopun jadi tambah seru dan menyenangkan. Karena selalu
diselingi lawakan serta tingkah laku yang kocak. Cakka-Gabriel yang jail
dan usil. Sivia yang cablak. Shilla yang tak pernah mau kalah.
Agni-Zahra yang ceria dan pendiam. Serta Debo yang baik dan murah
senyum. Mereka digabung disatu tempat. Membuat suasana tambah berwarna,
ceria dan tak jarang mengundang tawa
Disela-sela canda tawa mereka. Ify datang menghampiri. Sedangkan Rio dan Alvin masih lumayan jauh dibelakang Ify
"Hai guys! Sorry nih, gue telat. Lagi pada makan-makan, yah?" kata Ify
"Iya nih, say. Ayo duduk, sini. Oh iya, Rio mana? Ko ga bareng?" bales Debo yang menyuruh Ify duduk disampingnya
"Makasih sayang. Hehe. Emh.. Apa? Si Rio? Tuh dia!" tunjuk Ify
"Eh Fy. Si Rio sama siapa, deh? Gue baru liat anak itu, sih" tanya Cakka. Ify hanya senyum
"Gue juga baru liat dia, Kka" sambung Gabriel
"Alviinn?!" sontak Shilla, Zahra dan Agni barengan
"Hai guys! Sorry yah baru gabung. Kayanya seru nih, makan bakso bareng?" kata Rio
Debo,
Cakka, dan Gabriel hanya senyum sewajarnya. Ya mungkin karena belum
kenal Alvin kali, yah? Shilla, Zahra serta Agni malah shock berat
melihat kedatangan Rio dengan seseorang yang dikaguminya. Dia itu Alvin.
Iya bener. Mereka berasa sedang bermimpi indah saat itu. Cowo yang
selama ini mereka puja-puja ternyata sekarang berada dihadapan mereka.
Bahkan sempat senyum sama mereka. Sedangkan tidak dengan Sivia. Dia
masih sibuk dengan baksonya yang ke-3 #haduh parah :D haha
"Ko pada bengong, sih? Ada yang salah, yah?" Rio mikir
"Astaga!
Gue lupa. Kenalin. Ini Alvin. Dia sahabat gue waktu kecil. Tapi ga
waktu kecil juga, sih. Yang jelas waktu SMP kelas 7, deh. Sekarang dia
murid baru juga di sekolah ini. Alvin.. Kenalin ini temen-temen gue"
jelas Rio sambil memperkenalkan Alvin
"Hai.. Seneng bisa ketemu kalian. Gue Alvin"
"Hai.. Kenalin gue Debo" kata Debo menjabat tangan Alvin. Begitupun yang lainnya
"Gue Gabriel"
"Cakka.."
"Hai Alvin. Gue Ashilla Zahrantiara. Tapi biasa dipanggil Shilla"
"Gue Agni"
"Zahra.." jelas mereka satu-persatu. Tapi tidak dengan Sivia. Dia masih asyik dengan baksonya
"Via.. Loe ga kenalan dulu sama Alvin?" tanya Rio
"Ohh.. Maaf-maaf. Gue udah kenalan ko, tadi pagi" jawab Sivia. Kali ini dia menyedot es teh manis milik Zahra
"Via! Itu punya gue. Aahh.." sontak Zahra
"Eh maaf, salah. Hehe sorry, Ra" Sivia nyengir. Zahra kesel. Dan yang lain hanyal ketawa terbahak-bahak
"Oh iya. Silahkan duduk, Yo-Vin. Gue traktir juga, yah?" kata Debo
"Oh.. Makasih, yah. Seneng deh liat kalian. Baik dan kompak banget. Pantesan Rio betah disini" bales Alvin sedikit nyindir Rio
"Akh
elo, Vin. Nyindir gue mulu. Hehe. Gue jadi ngerasa bersalah, deh. Tapi
bukan karena saking betahnya gue disini terus bikin gue ga ngirim loe
e-mail. Gue jarang kirim e-mail ke elo karena anu.. Apa.. Itu tuh si
Ify. Setiap gue pinjem laptopnya, selalu ga dibolehin. Laptop gue-nya
error" jelas Rio
"Lah. Ko gue, Yo? Sumpah deh, Vin. Gue
sih ga pelit ini. Abisnya kalo gue minjemin laptop gue ke Rio, pasti
ada aja file-file gue yang ilang. Ga tau dikemanain tuh anak. Jadi gue
males banget minjemin laptop ke dia" Ify membela diri
"Suer
deh, Fy! Gue ga pernah nyolong file-file punya loe. Ya mungkin itu sih
file punya loe-nya aja yang keganjenan. Pake sembunyi-sembunyi segala.
Hehe"
"Heuu.. Dasar gerandong, loe!" Ify mulai garang. Debo, Cakka, Gabriel, Shilla, Agni, Zahra serta Alvin mulai kebingungan
"Ya udah-ya udah. Ga usah ribut lagi. Gue cuma becanda ko, Yo" Alvin mulai melerai
"Siviiiaaaa...!" teriak Shilla
Mendengar
teriakan Shilla barusan. Rio yang lagi adu mulut sama Ify dan Debo,
Cakka, Gabriel, Alvin, Zahra serta Agni yang lagi kebingunganpun
pandangannya reflek tertuju pada Sivia yang kedua pipinya udah kaya
bola basket yang dibelah dua. Serta bakso-bakso yang masih bulat
bergerombol di mulutnya hampir tak muat lagi ditampung #haha. Muka
Sivia mulai memerah dan matanya melotot, sepertinya dia udah ga tahan
lagi dengan baksonya itu
"Viiongg! Itu bakso gue. Loe tuh rakus banget, sih?!" oceh Shilla lagi
"Emb.. Emb.. Oo.. Aa.. Uek!" Sivia hampir ga bisa ngomong
"Bluukkh!
Ooaaa..! Huh.. Huh.. Huh.." Alvin memukul punggung Via (panggilan
Sivia) agak keras. Sampe semua bakso dan jeroan-jeroannya keluar dengan
paksa di mulut Sivia #ikh jorok haha :D
"Heuh.. Huh.. Makasih yah, Ipin"
"Alvin, Via. Bukan Ipin!" ceplos Agni
"Nih minum dulu aja. Makanya kalo makan tuh jangan buru-buru, coba. Jadi keselek gitu, kan?" kata Alvin
"Iya.. Hehe"
"Via.. Nih tishunya. Mulut loe belepotan, tuh" tawar Rio
"Makasih, Yo"
"Loe makan berapa porsi, sih? Ga puas-puas dari tadi" tanya Cakka
"Gimana mau puas? Orang baru 4 porsi. Biasanya kan 5 porsi" jawab Via
"Elo tuh udah gembrot, Viong! Rakus banget sih jadi orang!" sinis Shilla
"Loe ngatain gue -gembrot- mulu, sih?!"
"Tapi kan kenyataannya gitu?!"
"Elo tuh, ya?! Ngajak ribut mulu bisanya" sewot Sivia
"Udah-udah-udah.. Mendingan kita pulang aja, deh. Udah siang. Kantin ini juga mau ditutup kayanya" usul Gabriel
"Gue setuju, Yel. Kita pulang yuk!" kata Debo
"Ya udah deh. Ayo!" bales mereka semua
Pukul
11:45 wib. Kantin tersebut bener-bener tutup total. Sekolah mulai
sunyi dari hawa manusia. Desir angin yang menerpa pohon beringinpun
ikut menggenapkan suasana sekolah yang damai.
"Gue sama Agni pulang duluan, yah?" pamit Cakka menyusul Debo, Zahra, Shilla+Sivia
"Iya. Ati-ati yah, Kka-Ag" bales Ify
Rio,
Ify dan Alvin masih berada didepan gerbang sekolah. Mereka hendak
pulang bersama. Karena Alvin berniat untuk bermain dulu di rumah Rio.
Mereka
melesat pulang ke rumah. Rio dan Ify naik motor, sedangkan Alvin naik
mobil beserta supirnya mengikuti motor Rio dari belakang
"Hallo, mah? Ada apa?" ucap Alvin saat BBnya berbunyi dan ternyata mamanya nelpon
"Kamu udah pulang, belum?"
"Udah, mah. Ini lagi dijalan. Kenapa deh?"
"Ohh..
Ya udah hati-hati. Kamu langsung pulang, yah? Jangan maen dulu! Siang
ini kan ada pemotretan. Kamu harus banya-banyak istirahat"
"Emh.. Tapi, mah?! Alvin mau ke rumah Rio sekarang?"
"Itu sih terserah kamu, sayang. Tapi mama ga mau tau lho kalo nanti kamu kecapean"
"Akh mamaa.. Emh.. Ya udah deh, Alvin langsung pulang"
"Iya, sayang. Sampai ketemu di rumah"
"Iya, mah. I Love You :)"
Dengan
terpaksa akhirnya Alvin membatalkan untuk maen ke rumah Rio. Walaupun
udah terlanjur ngikutin Rio sih. Ya udah, lanjutin aja dulu :D
15 menit kemudian
"Alhamdulillah
ya Allah. Akhirnya nyampe rumah juga dengan selamat serta sentosa
damai dan abadi. Sumpah deh! Gila kalo naik motor sama loe, Yo. Udah
kaya Valentino Rossi aja" kata Ify seraya membuka helmnya
"Udah?!" bales Rio
"What?! Apanya yang udah?"
"NGOCEHNYA!!"
"Ohahaha.. Udahlah. Kenapa emang?"
"Kalo udah, yaa... Cepetan turun dari motor gue! Berat, tau?!" timpal Rio
"Dari tadi juga gue udah turun, kali?! Makanya buka coba, helmnya! Heuuhh.. Plakkk!!!"
"Addaawwhh.. Kebiasan loe, Fy!" reflek Rio kesakitan
Mobil Alvin berhenti didepan garasi rumah Rio-Ify. Dia membuka lebar kaca mobilnya
"Rumah loe disini, Yo?" tanya Alvin
"Iya, Vin. Ayo masuk! Bokap gue pasti seneng banget deh bisa ketemu loe lagi"
"Iya,
Yo. Padahal gue pengen banget ketemu sama bokap loe. Tapi gue harus
cepet-cepet pulang, nih. Nyokap gue nelpon, barusan. Sorry, yah? Lain
kali gue maen deh" jelas Alvin
"Ohh.. Sampe sekarang masih anak mami juga loe, Vin? Hehe" ledek Rio
"Hehe.. Sialan, loe! Kaga ko, gue ada schedule hari ini tuh. Mau ada pemotretan. Jadi butuh istirahat yang cukup"
"Aiihh.. Assiikk dah! Keren loe, Vin" sambung Ify
"Gue duluan, yah? Bye.."
"Iya.. Ati-ati yah, Vin?"
"siippp!!!" kata Alvin sambil mengangkat jempol kanannya
###
"Kita pulaaangg.." salam Shilla dan Sivia ketika nyampe rumah
"Eh,
putri mama udah pada pulang. Gimana di sekolah? Seru?" tanya mama Via
dan Shilla sambil melayani ciuman tangan kedua anak kembarnya
"Yaa
gitu deh, mah. Ada senengnya, ada juga yang ngejengkelinnya. Salah
satunya orang ini, nih!" Shilla melirik kearah Via dan langsung pergi ke
kamar
"Via.. Adik kamu kenapa? Ko bad mood banget kelihatannya" tanya mama
"Tau, deh? Kesambet jin sekolah kali, mah?" jawab Via, enteng
"Husshh.. Ga boleh ngomong gitu. Kalo jinnya denger, gimana? Iiih.. Serremm!" goda mama sambil menggelitik perut Via
"Iiikkhh.. Mama, geli? Udah dong, mah. Ampun!" pinta Via menahan geli
"Ya udah. Kamu mandi dulu, gih. Biar makin cantik. Terus makan. Mama udah siapin di meja. Ajak Shilla juga, jangan lupa"
"Oke, mom! Cium dulu deh. Emmuuaachh.. Via ke kamar dulu, yah" Sivia langsung meninggalkan mamanya di ruang keluarga
"Iya, sayang :)"
###
5
menit setelah mengantarkan Zahra ke rumahnya #Zahranya nebeng :D.
Akhirnya Debo sampe juga di rumah tercintanya. Setelah memarkirkan
motornya di garasi, Debo melangkah menuju pintu
"Assalamualaikum.. Debo pulaang.." salam Debo tepat didepan pintu
"Kkrrreeekkk!!"
1.. 2.. 3.. GO !
"Bbbyyyuuuuurrrr!!! Brraakkk... Hhuuuuaaaaaaa....!!" Debo teriak kenceng banget. Sampe kampung sebelah kedengaran #haha
"APRIL MOOOOOPPPPP!! HAHAHAHAHA.."
"Aarrrrggggghhh.. Oozzyy!! Assemm loe, akh. Sini, loe?!"
Debo
terguyur air+tepung yang menggantung diatas pintu. Itu jebakan. Memang
bener itu jebakan. Jebakan buatan Ozy (adik Debo). Sedangkan Ozy hanya
tertawa terbahak-bahak dan puas banget melihat kakanya basah
kuyup+putih kaya adonan kue #haha
"Hahaha... April Mop, ka! Peace!" mengacungkan dua jari
"Aiihh.. Tapi ga gini juga, kali?!"
"Hehe.. Weeehh :P"
"Ozzyy!" teriak Debo lagi
"Ozy. Kamu kenapa, sayang?" tanya mama (Debo-Ozy) heran saat Ozy bersembunyi dibelakangnya
"Ozy takut, mah. Itu.. Itu mah ada setan putih!" Ozy menunjuk kearah Debo
"Setan putih? Manaa? ... Debo?! Badan kamu kenapa, sayang? Ko pada kotor gitu"
"Tuh mah, Ozy! Masa Debo baru dateng dari sekolah langsung dikerjain" Debo mengadu #haha parah
"Oozy.. Jangan jail gitu, dong. Kasian tuh ka Debonya pada kotor"
"Tapi, mah? Kan cuma iseng doang. Lagian cuma tepung sama air ini. Ga sakit kan, ka? Hehe" Ozy nyengir kebo
"Ga sakit pala loe peyang?! Heuuu dasar!" Debo menjitak kepala Ozy. Ozy kesakitan
"Udah-udah, De. Mandi dulu, gih. Biar mama aja yang hukum Ozy" tegas mama
"Sip deh, mah! Biar kapok. Hehe.. Babay Ozy. Weehh :P" Debo pergi ke kamar mandi dengan hati senang dan gembira #hehe
"Maah.. Ma-mah. Mama cantik, deh. Ozy jangan dihukum, yah?" rayu Ozy dengan nada yang manja
"Ngga
ko, sayang. Tapi liat deh lantainya. Kotor banget, kan? Jadi Ozy harus
bersihin, yah. Nanti mama kasih uang jajan tambahan, deh. Gimana?"
"Emh..
Serius, mah?! Ya udah deh. Siap laksanakan!" sontaknya sambil bersiap
membersihkan lantai. Mama hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala
melihat tingkah Ozy serta Debo yang ada-ada aja
###
Panas
kian mendera. Angin sayup menghempas pohon beringin yang berdiri tepat
didepan kamar gadis kembar. Didepan balkon lantai 2. Sivia duduk manis
bersama sebidang kanfas yang bertengger setinggi kepalanya. Kuas-kuas
dan cat yang beraneka ragam warnapun turut serta menemani Via untuk
berimajinasi, melukis apa aja yang terlindas dibenaknya
"Via.. Lagi ngapain? Serius amat" tanya Shilla yang tiba-tiba muncul dibelakang Via
"Gue lagi buang air. Kenapa? Masalah buat, loe?!" sinis Via yang merasa terganggu dengan kedatangan Shilla
"Eiittss. Galak amat mba?!"
"Abisnya loe udah tau gue lagi ngelukis, malah nanya"
"Hehe.. Ngelukis siapa, sih?"
"Emh.. Kaga tau gue juga, Shill. Gue cuma pengen ngelukis cowo yang selalu setia hadir di mimpi gue aja" jelas Via
"Eciiieee.. So sweet banget, dah. Akhirnya kembaran gue normal juga. Hihihi" ledek Shilla
"MAKSUD LOE?! Sebelumnya gue ga normal, gitu?! Sialan banget, loe!"
"Peace
mba, peace! Gue becanda. Oh iya, Via. Menurut loe si Alvin itu cakep
ga, sih?" tanya Shilla yang kini berdiri deket balkon dengan memandangi
susana perumahan sekitar
"Emh.. Alvin? Gimana yah. Menurut gue sih ya, dia itu ga cakep-cakep amat. Bisa dibilang STANDAR-lah. Kenapa, deh? Loe suka?"
"Eitss..
Kaga, ko! Gue cuma pengen tau komentar loe aja tentang Alvin. Hehe.
Emh.. Tapi emang iya sih, dulu gue pernah ngefans berat sama dia dan
bahkan bisa dibilang kalo gue suka sama Alvin waktu gue liat fotonya
nampang di majalah. Gue pengen banget ketemu sama dia. Bahkan nih ya,
gue ngebet banget buat jadi pacarnya. Tapi.."
"Tapi apa? Dia udah punya pacar?" tanya balik Sivia saat kata-kata Shilla terpotong
"Bukan!
Emh.. Gimana, yah. Semenjak gue ketemu bahkan kenalan sama dia tadi
pagi. Gue malah ngerasa biasa-biasa aja tuh. Yaa walaupun awalnya sempet
seneng banget sih bisa ketemu dia. Tapi pertemuan gue sama Alvin ini
kaya ga ada something special gitu loh, Vi. Pokonya biasa aja, deh.
Aneh"
"Ouh.. Gue jadi bingung, deh. Tapi, Shill? Emang mungkin udah takdirnya kali, yah? Mau gimana lagi" kata Sivia santai
"Maksud, loe?!"
"Maksud
gue tuh, ya. Bertemunya elo sama Alvin itu emang udah ditakdirkan sama
Tuhan biar elo ga terlalu fanatic lagi sama Alvin. Loe pikir, deh!
Kasian kan si Alvin kalo terus-terusan dikejar-kejar sama anak cewe di
sekolah ini, termasuk loe! Lama kelamaan kan dia akan ngerasa risih
bahkan cape sendiri. Dan otomatis dia mulai pengen mencari temen yang
bisa menganggap dia seperti anak biasa bukan seperti artis yang
dipuja-puja" jelas Via. Shilla mulai mikir dan membalikkan badannya
kearah Sivia
"Ohh.. Sekarang gue ngerti, Vi. Jadi menurut
loe si Alvin itu kepengen kalo kita menganggap dia sebagai temen biasa?
Bukan artis, gitu?"
"Iyaps.. Bisa dibilang gitu" respon Sivia
"Pantesan
aja Alvin ngejar-ngejar loe waktu di lapangan basket. Soalnya elo kan
ga begitu fanatic banget sama dia. Mungkin dia pengen temenan sama loe
kali, yah? Iya, kan?!"
"Maybe!" Via masih memainkan kuasnya
"Oke,
deh. Mulai besok gue mau nganggep Alvin sebagai temen biasa bukan
sebagai fansnya dia. Oh iya, sini lukisan loe. Gue pengen tau!" pinta
Shilla
"Bentar dulu ada yang kurang. Eum.. Yaps selesai deh. Taarraaa... Keren, ga?!"
"Emh.. Lumayan :D Sejak kapan loe jago ngelukis?"
"Belum lama, ko. Baru kemaren-kemaren" kata Via dengan santainya
"Hah?! Seriiuss?"
"2 juta rius!!"
"Emh.. Bagus juga :). Tapi bentar, deh?" kata Shilla saat menilai hasil lukisan Sivia tiap titiknya
"Apaan?! Ada yang salah?"
"Gue
kaya kenal deh..! Tapi siapa, yah?" Shilla mengerutkan dahinya tanda
sedang mikir. Sedangkan Via hanya heran serta penasaran menanti ucapan
yang akan keluar dari mulut Shilla
"Ohh iyaaa.. Inikan mukanya siii .... (?)"
"STOPP!!! Jangan diterusin, Shill. Disitukan ada namanya" potong Via
"Mr. C ?? Serius, namanya Mr. C ? Tapi ko mukanya kaya...(?). Jangan-jangan loe suka sama dia, yah?" goda Shilla
"Ahh..
Apaan sih, loe! Emang menurut loe ini siapa, sih? Gue ga kenal orang
ini, suer! Cuman, orang ini selalu hadir di mimpi gue, Shill" jelas
Sivia gugup
"Ohh.. Ya udah, deh. Gue ke bawah dulu, yah?
Pesan gue satu, kalo suka sama seseorang jangan dipendem, yah. Babay
:P" pamit Shilla sambil berbisik ditelinga Via
"Hahh! Maksud, loe?" Sivia ga ngerti dengan pesan Shilla barusan
"Emh..
Masa, sih?! Kenapa gue baru nyadar, yah? Kalo lukisan gue ini mirip
banget sama anak itu. Apa jangan-jangan? Aiihh.. Tidak-tidak! Gue mikir
apaan, sih?" gumam Sivia sambil senyam-senyum. Lalu dia langsung
membereskan alat-alatnya
###
"Heii.. Fy?! Lagi ngapain, loe?" gebrak Rio ke Ify yang lagi duduk di kursi taman sendirian
"Gue lagi nge-blog, Yo. Ada apa?" jawab Ify masih menatap laptopnya
"Emh.. Gue.. Gue suka sama loe, Fy!" kata Rio agak gugup
DEG!! JEDDEEERRR!! (sound efek ceritanya :D
"Riio? Loe becanda, kan??" Ify menatap tajam mata Rio
"Gue
serius! Gue suka sama loe udah lama. Sejak gue pindah kesini. Gue suka
senyum loe yang manis, sikap loe yang kadang menyebalkan, dan loe juga
perhatian sama gue. Sekarang, loe mau ga jadi pacar gue?" sambung Rio
"Yo. Loe nyadar ga sih kalo kita tuh sepupuan?!" tegas Ify
"Gue
tau, Fy! Kita memang sepupuan. Tapi apa salahnya kita pacaran? Kalo
loe mau, kita bisa kawin lari!" kata Rio lagi. Ify membisu seribu kata.
Wajahnya dipenuhi rasa bingung
"HAHAHAHAHAHA... Ga usah bingung gitu kali, bu. Gue BECANDA, ko. Hehehe peace! :P" teriak Rio membuyarkan lamunan Ify
"ARRGGGHHH.. Elo!! Nyebelin banget, sih. Bikin gue spot jantung, aja. Jangan sampe loe jadi Malin Kundang, deh"
"Ohh tidak bisa!! Yang pasti gue lebih cakep daripada Malin Kundang. Hehe"
"PEDE NYOO.. Haha. Elo lagi kenapa sih, Yo? Kasmaran?!"
"Biarin. Weehh :P. Emh.. Anu.. Gue lagi galau, Fy. Ya bener, GALAU"
"Galau kenapa? Tumben, loe"
"Gue
lagi suka sama someone, Fy. Tapi bukan LAGI, sih. Emang udah dari dulu
sukanya. Cuman.. Gue ga yakin aja sama diri gue sendiri. Dan gue juga
takut kalo cewe yang gue suka itu ga punya perasaan apa-apa sama gue.
Nanti kalo gue tembak, ujung-ujungnya gue malah ditolak?!" jelas Rio
"Cemen
banget, deh. Jangan pesimis gitu dong, Yo. Lagian cewe mana sih yang
ga klepek-klepek sama loe?! Loe kan cakep, pinter, perhatian, penyayang
dan baik hati. Yaa walaupun sering nyebelin juga, sih. Tapi percaya,
deh. Elo ga bakal ditolak sama cewe yang loe suka. Oh iya, namanya
siapa?" tanya Ify
"Emh.. Tapi loe jangan ember! Sini gue bisikin (?)"
"Oke. No problemo" bales Ify
"Hahh! Seriuss? Loe suka sama Cakka?! Iikkhh.." Ify sedikit menjauh dari posisi sebelumnya
"PLAKK!! Budeg loe ah. Dengerin, coba!"
"Ouhh.. Sama itu toh. Selera loe tinggi juga, yah? Sejak kapan, suka?" ledek Ify
"Assem,
loe. Emh.. Udah lama. Semenjak gue jadi murid baru waktu kelas 7. Dia
terlihat beda banget sama cewe lain. Apa adanya. Loe bisa bantu gue
kaga, Fy?" kata Rio
"Ohh.. Oke tenang aja. Gue pasti bantu loe, Yo" tawar Ify
"Seriuss?! Siplah. Sepupu gue tuh emang bener-bener baik :D. Gue minjem, yah?" kata Rio
"Aaahh Rio! Gue kan belum selesai nge-blognya"
"Dilanjutin nanti malem aja, ngapa? Yah-yah-yah? Gue pengen buka twitter, nih. Udah lama ga dibuka"
"Heuuhh.. Terserah loe, deh! Tapi gue minjem BB loe, sini?!" rebut Ify dari tangan Rio
"Mau ngapain?!"
"Mau BBM pacar gue!" sinis Ify #haha
To : Deboys
Say.. Nanti malem kita dinner yok? Udah lama ga dinner bareng sama loe. Kangeenn.. :D. Mau kan? Please..
By Ify :)
=>
From : Deboys
Suer
deh, say. Kalo ga ada kata 'by Ify' diakhir sms tadi. Gue kira itu sms
dari Rio?! Shock berat gue! Masa iya Rio ngajak gue dinner?! Hehe :D
Oke deh, say. Nanti malem gue jemput, yah?
=>
To : Deboys
Ohaha.. Sorry deh. Soalnya gue pake BB-nya Rio :P. Oke. Gue tunggu, yah. Babay :*
=>
From : Deboys
Yaps. Dandan yang cantik, yah?
Miss you :*
"Yeay!! Akhirnya nanti malem ada acara juga" ceplos Ify
"Apa?! Acara? Maksud, loe?" kaget Rio yang lagi mem-polbek followersnya #aku udah di polbek belum yah? Hehe
"Nanti malem gue mau dinner sama Debo. Hehe. Nih! Makasih, yah?" Ify mengembalikan BB Rio
"Ouhh.. Gue boleh ikut ga, Fy? Boleh, yah? Masa elo tega sih ninggalin gue sendirian di rumah?!"
"Whatts?! Kaga mau! Inikan dinner gue sama Debo. Masa iya loe ikut, sih?!"
"Pleasee.. Gue jadi supir loe, deh. Ga apa-apa, ko. Yah-yah-yah?" goda Rio
"Gue bilang ga mau ya ga mau! Titik. Gue ke kamar dulu. Ngantuk! Awas tuh laptop gue?!" Ify pergi
"Ify! Yaahh.. Tega banget sih loe sama gue?. Emh.. Ya udahlah. Gue puasin dulu aja twitteran. Mumpung gratis. Hehe :D"
Siang
menghilang dan senja menjelang. Rio masih termangu meratapi twitternya
yang penuh dengan sarang buaya. Soalnya ga pernah dibuka sama Rio.
Rencananya dia mau mem-polbek followersnya yang berjumlah lebih dari 1
juta #semoga aku kena polbek ._.v
"Aiihh.. Kenapa pake
acara mati segala, sih? Baru juga polbek 15 orang. Huuh!" sesal Rio
saat laptop Ify mati alias lemah baterai
"Taarraaa.. Sms diterima.." nada pesan BB milik Rio
From : My Lampir
Heh
Gerandong! Nanti malem loe boleh ikut sama gue. Tapi cuma nganterin
doang, yah?! Jam 19.00 kita berangkat. Pake baju yang keren!
NO REPLY!!
"Aiihh..
Kejem amat nih bocah. Tapi ga apa-apa dah, yang penting malem ini gue
bisa maen. Yaa walaupun cuma jadi bodyguard. Heumh.." gumam Rio dan
mulai melangkah pergi
###
"Shill. Loe kenapa, sih? Gue bingung. Pake nyuruh gue jadi kelinci percobaan, lagi! Pegel, nih?!" oceh Via
"Udah deh, ya! Loe nurut aja apa kata gue. Gue mau ngerubah loe jadi sesuatu" jelas Shilla sambil membongkar isi lemari
"Ayolah Shill. Udah jam 18.30 nih. Laper! Loe tega amat sih sama gue?!"
"Whatts?!
Aduh gaswat nih. Ya udah, pake yang ini aja. Yaps.. Okay. Emh.. You
look so beautiful, Sivia" kata Shilla saat memakaikan gaun berwarna
putih di tubuh Via
"Cepetan ganti! Gue tunggu dibawah, yah? NO LELET!" ceplos Shilla
"Iya-iya deh. Bawel!"
###
"W-O-W!! Rapi amat, pak? Mau kondangan? Hehe" kata Ify melihat dandanan Rio
"Asem, loe! Ngapain aja sih, didalem? Lama amat!" oceh Rio
"Hehe. Gue beres-beres kamar dulu. Bentar deh, Yo. Sini dulu, mau dikasih poni dikit. Biar tambah cakep! Okeh.. Sip!"
"Okeh. Thanks. Ayo berangkat! Loe udah BBM Debo?"
"Ayo! Udah ko, tadi" kata Ify sambil menggandeng Rio #romantis ga? Hehe
Malam
itu lagi terang bulan. Hangat. Serta bertaburan bintang. Setelah
memakai helm, Rio-Ify melesat mengikuti alur jalanan dengan enjoy.
Hamparan aspal yang hitam juga ikut serta menemani perjalanan mereka.
Lampu-lampu dipinggir jalan seakan tersenyum menyambut muda-mudi yang
lewat. Malam minggu. Benar! Malam yang indah. Sinkron dengan cuaca yang
cerah kali ini. Romantis!
"Stop, Yo! Disini aja" pinta Ify
"Oke"
"Yo. Gue ke minimarket dulu, yah? Haus, nih. Elo mau pesen apa?" tawar Ify
"Oh ya udah. Gue sih biasa aja deh, Chitato rasa sapi panggang :D"
"Oke. Sip! Bentar, yah. Jangan kemana-mana!"
"Siap bos! :D"
Rio duduk dengan enjoy diatas motornya. Bersila sambil bermain BB.
Sesekali
dia membalas senyum setiap muda-mudi yang lewat menyapanya. Di Taman
Kota memang sangat rame kalo malam minggu. Apalagi malam ini lagi
terang bulan. Sempurna deh!
20 menit berlalu. Rio mulai
gelisah. Rasa kesalnya tak dapat lagi dibendung. Karena saking lamanya
menunggu Ify yang tak kunjung datang. Tiba-tiba..
"Plettakk! Adaawwhh.. Ify?! Jangan becanda, deh!" sontak Rio ketika sesuatu mendarat di kepalanya
"Lah.. Siapa, sih?! Emh.. Ini apaan?" Rio mengambil bungkusan kertas kecil yang tadi mengenai kepalanya
"KLU ?!" #tulisannya bener ga tuh? Hehe
- 10 Meter
- Putih
- Percaya Diri
"Maksudnya apaan? 10 meter. Putih. Percaya Diri?!" ucap Rio tengak-tengok
"Ouhh.. Ya-ya-ya.. Sekarang gue ngerti!" gumam Rio lagi saat melihat tanda panah yang tercecer pada tanah yang dia injak
Tanpa
pikir panjang, Rio melangkah mengikuti tanda panah tersebut. Entah apa
maksud dari semua itu. Jebakan kah? Surprize kah? Atau apa?! Yang
jelas Rio ga tau. Dia hanya nurut mengikuti tanda panah. Kemudian dia
terhenti saat menemukan pertigaan ditengah-tengah perjalanannya. Rio
sangat bingung memilih jalan mana yang harus diikutinya
"Haduh..
Ini jebakan atau apa, sih? Ko gue jadi dikerjain gini! Si Ify kemana,
lagi? Ahh.. Shit dah. Mending gue pulang aja" pasrah Rio
"Plettakk! Adaawwhh.. Siapa lagi, sih?!"
Belok kanan, bego! Udah. Jangan banyak mikir! Ikutin apa kata gue aja. Loe ga bakal nyesel deh.
"Aiihh..
Siapapun yang nulis ini. Sumpah! Kejem banget! Oke gue nurut sama loe"
oceh Rio lagi dan langsung mengikuti petunjuk tadi
"Busyet,
dah! Loe becanda kali, yah?! Gue kaga mau, ah. Serem, tau ga?!" sewot
Rio saat melihat kursi panjang berwarna putih dan diduduki sesosok
makhluk yang bergaun putih juga. Entah itu manusia atau hantu
"Ya
Tuhan. Ga salah lagi. Itu kuntilanak! Emh.. Hhuh.. Tenang Yo, tenang!
Itu bukan setan, ko. Elo liat sekali lagi, deh. Punggungnya ga bolong!
Rambutnya juga sebahu. Berarti dia bukan setan. Elo harus samperin dia
sekarang! Jangan takut!" ucap Rio rada gugup dan mencoba memenangkan
diri
Dengan tubuh yang berkeringat dingin, Rio mencoba
mendekati makhluk tersebut. Langkahnya sangat kaku. Jantungnya berdetak
lebih kencang 2 kali lipat dari lantunan musik rock. Semakin dekat.
Rio mencoba membuka mulut walaupun sedikit takut
"Heeii.. Ka.. Kamu Si.. Siapa?!" tanya Rio gugup
"Santai
Yo, santai. Jangan panik! Dia bukan setan! Dia itu manusia. Ya bener!
Dia manusia biasa. Bukan setan!" batin Rio dan cewe tersebut menengok
"Huuaaaa... Se.. Se.. Settaaann!!!" teriak Rio menutup mata
"Riiio??!"
"Sse.. Ss.. Ssiviaa?!"
"Ya Tuhan. Syukurlaah" lanjutnya sambil berlutut menahan tungkainya yang sempet lemes
"Elo ngapain disini, Yo?" tanya Via heran
"Emh.. Anu.. El. Elo sih ngapain disini?" Rio masih gugup #akibat kuntilanak kali yah? :D
"Gue lagi nunggu Shilla. Katanya sih dia mau ke toilet dulu, tadi. Tapi lama banget! Sini duduk, Yo!"
"Iya, makasih. Hehe. BTW, tadi kenapa loe pake topeng?"
"Hehe. Iya. Gue nemu disini, terus iseng-iseng aja dipake. Sorry yah, udah bikin loe kaget. Oh iya, mau ice cream?"
"Makasih, yah :)"
"Elo sama siapa? Sendirian?"
"Emh..
Ngga, ko. Gue bareng Ify. Tadi dia minta berhenti disana, mau ke
minimarket dulu katanya. Tapi tau deh, sampe sekarang belum balik juga"
"Ohh gitu, yah. Ayo dimakan. Mumpung belum leleh"
"He'emh :D" Rio memakan ice cream
Mereka
hening. Asyik dengan ice creamnya. Sinkron dengan suasana sekitar yang
sepi namun romantis. Penuh bunga disekeliling mereka. Via terlihat
anggun memakai gaun putih. Rambutnya di urai dengan belahan bando
berwarna putih juga. Begitupun Rio. Dia sangat tampan. Seperti pangeran
istana yang mencari permaisuri. Entah karena jodoh atau hanya kebetulan
saja pakaian mereka berdua sama-sama putih
"Ehem.. Via??" ucap Rio memecah suasana
Wajahnya
serius. Menatap tajam mata Sivia. Dan kini Rio berusaha mendekati
wajahnya ke wajah Via. Lantas, Via terlihat gugup. Entah apa yang akan
terjadi padanya. Dia hanya memejamkan mata karena ga kuat akan tatapan
Rio yang tak biasa
"Via.. Mulut loe belepotan. Kalo makan
pelan-pelan, yah?" ucap Rio sambil menghapus butiran-butiran ice cream
yang menempel sekitar bibir Via
"Emh.. Oh i.. iya :)" jawab Via gugup
"Rio?" - "Via?" kata mereka barengan #kaya di film-film gitu lho. Tau kan? :D
"Emh.. Elo duluan, deh :)" sambung Via. Rio tersenyum
"10
Meter. Putih. Percaya Diri?! Dari ketiga klu tersebut tuh cuma percaya
diri aja yang belum gue kaji. Maksudnya apaan, yah?" pikir Rio
"Yo?!"
"Iya, Vi. Ada apa?" kagetnya
"Itu kertas apaan nempel dibaju loe?" tunjuk Via. Rio langsung mengambil+membacanya
Ayo!! Elo jangan banyak bertele-tele. Ini kesempatan. Jangan pesimis! Harus tetep PeDe. Okeh!
"Ini
tuh setan apa sih, ya?! Tau aja yang gue pikirin. Ouh. Ya-ya-ya..
Sekarang, gue baru ngerti apa maksud dari kata percaya diri itu" batin
Rio
"Apaan Yo?" kata Via penasaran
"Bukan
apa-apa, ko. Emh.. Oh iya, Via. Gu.. Gue.. Gue mau jujur sama loe.
Boleh, yah? Hmm.. Gue kan kenal sama loe udah hampir 2 tahun lebih tuh,
sering maen bareng, becanda-becanda bareng bahkan nangis barengpun
kita pernah alami. Tapi jarang banget kita bisa duduk dan ngobrol kaya
gini. Cuma berdua elo sama gue. Viia.. Sebenernya, waktu gue pindah
dari Jakarta ke Bandung dan masuk ke sekolah SMP 5 Bintang. Disana gue
ketemu loe dan temen-temen loe. Tapi elo beda dari yang lain. Elo
cantik, friendly, baik. Yaa walaupun sedikit galak juga sih. Tapi elo
tau ga yang gue rasain saat itu? Ya. Gue suka sama loe pada pandangan
pertama. Gue juga sempet ga percaya sama perasaan gue sendiri. Tapi gue
udah kepalang suka sama loe, Vi. Gue ngerasa seneng banget bisa
ketemu, kenal dan deket sama loe" Rio memegang tangan Via
"Teruss??"
"Ya.. Ya gue mau nembak loe, sekarang. Gue siap ko jikalau nanti gue ditolak. Elo mau kan jadi pacar gue??" lanjutnya
"Taapiii..?" ucap Via ragu
"Via? Rio?" tegur Alvin yang tiba-tiba lewat didekat tempat Rio dan Via duduk.
"Alvin?!" respect mereka berdua. Sedetik, Rio langsung melepaskan genggaman tangannya yang sejak tadi memegang jemari Sivia.
"Kalian lagi ngapain, deh? Nge-date?" tanya Alvin spontan.
"Nge-date??
Ngga, ko! Gue tadi kebetulan aja ketemu Rio disini. Soalnya gue lagi
nganterin Shilla jalan-jalan." jawab Sivia enteng tapi rada gugup. Rio
menganggukan kepalanya, bermaksud menyetujui kata demi kata yang terucap
dari bibir Sivia barusan.
"Gue juga lagi nganter Ify,
terus ketemu Via disini. Ya udah, kita berdua ngobrol deh. Loe sendiri
ngapain disini, Vin?" tanya balik Rio.
"Oh.. Kalo gue sih
abis beli camilan, buat begadang malem ini." jawab Alvin sambil
menggaruk kepalanya yang ga gatal itu. Setelah itu, suasana berubah
hening. Mereka lebih memilih diam dan saling berpandangan ga jelas.
10 menit kemudian.
Bunyi handphone milik Rio menyeruak memecah keheningan. Tanda message masuk.
From : My Lampir
Yo,
sorry yah gue ninggalin loe. Abisnya pas tadi gue mau ke minimarket,
kebetulan ketemu Debo disana. Jadi gue langsung aja deh makan malem
sekaligus nge-date gitu deh. Hehe :D
Emh.. Kalo loe mau pulang sih duluan aja! Gue bisa dianter sama Prince gue. Babay :*
Setelah membaca message dari sepupunya itu, Rio mendengus kesal. Dan langsung membalasnya dengan penuh emosi.
To : My Lampir
SIALAN LOE, FY!!! Kenapa ga bilang-bilang dulu dari tadi?! Nyesel gue ikut sama loe. Heuh! :@
From : My Lampir
Yeee..
Pan gue udah bilang berkali-kali sama loe kalo gue itu mau nge-date
bareng Debo. Elonya maksa aja minta ngikut. Gini deh jadinya, loe nyesel
kan? Haha. Peace, Yo!
Rio melotot. Alvin dan Sivia yang heran melihat ekspresi wajah Rio, mereka langsung melontarkan pertanyaan.
"Siapa, Yo? Gitu amat ekspresi loe."
"IFY! Dia nyuruh gue balik sendirian. Nyebelin banget, kan?! Ga ngucap terimakasih, lagi!" jawab Rio agak keras.
"Berarti habis manis sepah dibuang, dong?" ceplos Alvin sambil menepuk pundak Rio.
"COCOK!
Yang tabah, ya? Hidup itu memang keras, nak!" sambung Sivia layaknya
emak-emak yang lagi menasehati anaknya. Sontak, mereka bertiga tertawa
terpingkal-pingkal. Tapi, ada satu orang yang masih memendam pertanyaan
di kepalanya. Dia itu, ALVIN.
###
Didalam
kamar bercat putih itu masih tampak sunyi. Dua orang anak cowo
terlihat sedang berada diatas kasur bergambarkan sebuah tokoh games
kartun, Angry Birds. Satu dari mereka sedang terbaring lemas dengan
dengan dahinya yang ditumpangi handuk putih yang basah. Sedangkan yang
satunya dengan ekspresi wajahnya yang terlihat kesal itu terduduk malas
disamping anak yang terbaring tadi.
"Kenapa pake acara sakit segala sih, loe?! Acara malmingan gue kan jadi berantakan. Apes, gue!" gerutu cowo itu kesal.
"Makanya kalo jadi anak tuh jangan suka usil! Kena karma kan, loe?! Dasar anak tengil." dumelnya lagi.
"Kayanya udah mendingan, deh. Gue ke kamar ajalah, ngantuk!" ucapnya setelah memegang lembut kening adiknya tersebut.
###
"Shilooonnnggg!!!
Ini semua pasti kerjaan loe, kan?! Ngaku deh, loe?!" sungut Sivia saat
baru nyampe ke kamarnya. Shilla yang lagi maskeran kaget
sekaget-kagetnya.
"Ettdaaahh, Viaa! Loe ngagetin gue aja!
Bisa ga sih ga pake nyolot, gitu?! Budeg, tau! Loe kira di hutan, apa?!
Teriak-teriak mulu kaya Tarzanwati." cibir Shilla. Masih tetap sibuk
dengan maskernya.
"Bomaaaattt! Udah deh, ga usah so sibuk gitu! Kenapa tadi loe ngilang?!" Sivia menoyor kepala Shilla agak keras.
"Adaww! Gila loe, yeh! Sakit, tau!" Shilla meringis.
"Jawab pertanyaan gue! Sebelum gue makan, loe!" Sivia meremas kepala Shilla, keras banget.
"Oke-oke. Kapan gue ninggalin loe, yah? Hmm.." Shilla pura-pura mikir.
"Waktu
di Taman Kota. Loe kemana? Ngilang gitu aja. Ninggalin gue sendiri,
lagi. Untung ada Rio, jadi gue ada temennya. Apa loe yang rencanain ini
semua?" ketus Sivia.
"Terus-terus, Rio ngapain? Bilang
apa sama loe? Nembak loe, gitu? Atau apa?" heboh Shilla tanpa
memperdulikan pertanyaan Sivia tadi.
"Shillaaa! Jawab pertanyaan gue dulu, ngapa! Ini semua rencana loe, kan? Seriusan, coba!"
"Tapi Rio nembak loe, kan?" ucap Shilla pelan. Bisa dibilang menggoda.
"Arrgghh.. Iya! Rio nembak gue, puas?! Tapi belum gue jawab. Dan kemungkinan bakal gue tolak! 100%." ceplos Sivia sekenanya.
"Kenapa ga loe jawab? Ah, ga asik banget loe, Vi. Payah!"
"Gimana
gue mau jawab, kalo tiba-tiba si Alvin muncul gitu aja kaya jin."
celetuk Sivia. Dia duduk di kasur, Shillapun mengikuti.
"Alvin??" kata Shilla yang air wajahnya berubah jadi ekspresi penasaran.
"Iya. Ini rencana busuk loe, kan?! Ngaku deh!" Sivia masih melontarkan pertanyaan yang sama.
"Ya
Tuhan, gue lupa ingatan! Please, Via? Loe jangan ngasih pertanyaan
yang begitu menyulitkan, gue takut ga lulus. Gue bener-bener hilangan
ingatan!" ceplos Shilla dengan gaya alaynya sambil memegangi dahinya.
Dia langsung tiduran. *ya allah, bagian ini GAK JELAS BANGET! Sumpah!
"Shilla! Udah deh, ga lucu!" Via memukul Shilla pake bantal. Semakin keras dan semakin keras lagi.
"Ampun Vi, ampun! Iya-iya, gue jawab! Ehemm.."
"Cepetan!" kata Sivia saat mendapati Shilla masih senyum-senyum jahil kearahnya.
"Hehe. Sebenernya ini idenya Ify." ucap Shilla.
"Hah! Ify?! Ko gitu?" bales Sivia heran.
"Iya,
Ify. Dia bilang kalo Rio itu suka sama loe! Padahal itu tuh rahasia
antara mereka berdua. Tapi ga tau deh, si Ify malah bilang ke gue."
jelas Shilla males-malesan.
"Terus? Bisanya Rio ke Taman Kota?" tanyanya lagi.
"Ya
tanya aja sama Ify, gue pan cuma nurut bawa loe ke Taman Kota, doang.
Selebihnya sih urusan dia. Gue pikir, loe juga suka sama Rio." Shilla
menaruh telunjuknya di bibirnya.
"Pasti ada hubungannya sama lukisan itu, kan?! Loe salah, Shilla. Itu bukan Rio! Tapi, hmm.." ucap Via terpotong.
"Hehehe. Bukan! Sotoy loe. Gue juga tau kalo lukisan itu bukan Rio, tapi Alvin!"
"Lho? Ko bisa tau, sih? Tapi jangan bilang-bilang sama dia ya, Shil? Please."
"Tau, ah! Gue ngantuk. Tidur dulua, yah? Babay.." Shilla menenggelamkan diri dibawah selimutnya.
"Yaaahhh..
Shillaaa..." frontal Sivia sambil mengobrak-abrik Shilla. Tapi nihil,
Shilla sudah ga ada reaksi apa-apa lagi. Akhirnya, diapun terpaksa
ikutan berbaring disamping lembarannya itu.
###
Malam
kian melarut. Bunyi jarum jam terdengar merdu, sehingga mampu memecah
keheningan yang merajalela saat itu. Jutaan bintang masih senantiasa
menghiasi langit bagaikan lukisan raksasa yang terbentang diatas sana.
Entah kenapa, di suatu tempat masih ada seseorang yang belum juga
menutup matanya untuk beristirahat. Pikirannya seakan masih
melayang-layang di Taman Kota yang belum lama ia kunjungi malam tadi.
"Ck.
Kenapa gue mikirin dia terus, sih?!" desahnya sedikit kesal sambil
memukul bantal dan kemudian beranjak bangun mendekati jendela. Matanya
menatap bulan yang malam itu terlihat begitu sempurna membentang di bima
sakti.
"Dia itu memang gadis yang cantik, apa adanya,
blak-blakan. Ga seperti gadis lainnya." gumamnya sambil senyum sendiri.
Dia merasa bahwa sosok gadis yang baru saja dipujinya muncul diantara
bintang-bintang.
"Apa gue jatuh cinta sama dia? Apa
mungkin? Gue bingung, kenapa cewe itu selalu muncul begitu saja di mata
gue. Ah, tapi ga mungkin! Gue belum lama kenal sama dia." Alvin
menutup rapat jendela kamarnya.
"Ayolah, Vin! Ini udah malem, loe ga usah mikirin dia mulu!" ajaknya pada diri sendiri. Cowo itu Alvin. Sahabatnya Rio.
###
Matahari
tersenyum renyah. Ia mampu memancarkan sinarnya keseluruh
pelosok-pelosok komplek, seakan memberi semangat baru untuk beraktifitas
di minggu ini.
Rio bener-bener kaget saat Sivia sudah
berada didepan pintu rumah pamannya itu. Jelas aja dia kaget, ini kan
masih pagi? Masih pagi banget malah. Tapi, Sivia sudah ada didepan
matanya. Dilihatnya Sivia dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung
kakinya. Sivia mengenakan kaos biru panjang dan celana sport panjang
juga. Lengkap dengan sepatu yang selalu dia pake kalo hari minggu pagi.
Sudah seperti atlet maraton 1000 meter aja. Hehe.
"Sivia??" ucap Rio heran.
"Iya. Gue, Sivia! Kenapa? Cantik, yah?" Sivia mesem.
"Lagian pake nanya segala. Udah tau ini gue, Sivia!" ceplos Sivia lagi.
"Ohehe. Sorry, deh! Oh iya, loe mau ketemu siapa? Gue, apa Ify?" tanya Rio.
"IFY-laah.
Dia udah bangun, belum?" ucap Sivia berbalik nanya. Dia maen ngeloyor
aja masuk kedalam tanpa dipersilahkan sama Rio. Sivia emang gitu, udah
kebiasaan. Si Rio hanya geleng-geleng kepala.
"Itu kamar gue!" cegah Rio saat melihat Sivia hendak membuka pintu salah satu kamar. Sivia mengerutkan dahinya sejenak.
"Engga, ah! Ini kamar Ify." protesnya yakin.
"Itu kamar gue, Via! Loe ga percayaan amat, sih?"
"Masa, sih? Emang kamar Ify udah pindah, yah? Pindah kapan?!" Sivia menggaruk kepalanya pelan.
"Pindah?? Kaga, ah! Dari dulu juga kamar gue disitu. Dan gue kasih tau lagi ya, kamar Ify tuh bukan disitu."
"Terus? Dimana kamar Ify?"
"Noohh..!" tunjuk Rio dengan dagunya. Kemudian dia langsung kembali lagi ke ruang tengah untuk nonton televisi.
"Oohh.." balas Sivia pelan sambil nyengir ga jelas.
CKREK!
Pintu kamar Ify dibuka. Didalam, Ify terlihat sedang duduk sambil
memakaikan sepatu sport berwarna pink di kakinya. Ya, mereka mau lari
pagi keliling komplek. Sivia cs memang sering lari pagi bareng, bahkan
sudah menjadi kegiatan rutin tiap minggunya bagi mereka. Namun,
kebetulan hari ini si Agni, Shilla dan Zahra lagi absen. Ga tau, kenapa?
:D
Begitu selesai memakai sepatu dan melihat Sivia yang
membukan pintu kamarnya, Ify langsung menggandeng tangan Sivia tanpa
basa-basi lagi.
"Yuk, get out!" ucap Ify semangat.
"Ish!
Gila loe, Fy. Baru juga gue mau masuk kamar loe, udah maen cabut aja!
Basa-basi dulu, kek? Atau apa, gitu?" protes Sivia yang pasrah
digandeng Ify.
"Udahlah. Kelamaan, tau!" Ify menyeret Sivia hingga ke ruang tengah. Disana, Rio sedang duduk sambil makan snack favoritnya.
"Tadi malem loe kemana, hah?!" tanya Rio ketus saat Ify-Sivia lewat dibelakangnya.
"Hah! Semalem?? Emang kenapa sama gue?" tanya balik Ify yang masih bingung dengan pertanyaan Rio.
"Jangan berlaga pikun, deh! Nanti pikun beneran baru tau rasa."
"Maksud loe apaan sih, Yo? Gue bingung, deh! Semalem?" Ify masih belum ngeh dengan pertanyaan Rio.
"Iya,
semalem?! Loe ko ga bilang-bilang dulu sih kalo loe udah ketemu Debo
di minimarket. Mana gue ga diajak dinner, lagi!" kata Rio rada marah.
"Ohaha. Masalah itu, toh? Pan gue udah sms loe. Gimana, sih?!" jawab Ify enteng.
"Smsnya telat! Gue udah ketemu Via duluan, kali! Untung ada temennya."
"Oh, yah? Terus? Loe ngapain sama Via? Hayo ngaku!" tagih Ify maksa.
"Hmm.. Guee..." ucap Rio pelan. Namun Sivia menyambungnya.
"RIO
NEMBAK GUE! PUAS, LOE?! Ah, elo mah ga asik, Fy! Kalo mau nyomblangin
gue tuh milih-milih, ngapa?" ceplos Sivia. Ify hanya berusaha nahan
tawa yang hampir tumpah. Si Rio malah ngedumel.
"Aduh, mampus! Pedes amat, Vi?!"
"Aciee
Rio nembak Via, niyeeh? Ahelah, Via. Si Rio itu cakep, lagi. Loe
lihatin deh!" suruh Ify ke Via. Sambil menggoda tentunya.
"Iya juga, sih. Tapi..."
"Udah,
stop!!! Loe berdua bikin harga diri gue turun, tau ngga! Ya udah,
daripada banyak basa-basi, lagian udah terlanjur blak-blakan juga. Jadi
intinya gimana, nih? Gue diterima apa ngga, Vi? Please, jawab
sekarang!" tagih Rio didepan Sivia dan Ify.
"Kacang...kacang...tempe...tahu...gurih...renyah!!!"
sahut Ify memecah kebingungan Sivia yang sedari tadi mikir ga
selesai-selesai.
"Aduh, mampus! Gue mau bilang apa, coba?!
Ko jadi gini, yah? Gue kan niatnya mau lari pagi bareng nih KUNTI
satu!" dumel Sivia sambil melirik Ify. Pelaaan bangeett.
"Ko malah diem sih, Vi? Ayolah! Apa sih susahnya jawab IYA atau TIDAK?!" goda Ify dibarengi anggukan Rio.
"Gue...emh..anu..
Gimana, yah? Gue ga bisa, Yo! Sorry, yah? Gue pikir kita sahabatan
dulu aja. Lagian kalo gue terima, nanti anak-anak sekolah pada kecewa
sama loe, sama gue juga. Secara gitu, loe itu ketua OSIS, ketua kelas,
bahkan kapten tim basket pula! Selain ganteng, loe juga pinter. Dan
otomatis banyak cewe yang naksir sama loe. Pastinya banyak yang lebih
baik dari gue, Yo." jelas Sivia sangat rinci.
"Hmm.. Satu
lagi, Yo! Gue juga takut kalo temen-temen loe di Facebook dan semua
followers loe di Twitter itu pada nyerang gue. Bisa berabe, kan? Kalo
gue dibunuh, gimana? Hehe...becanda! Pokonya sih gue kepengen kita
sahabatan aja, Yo. Kaya dulu. Loe ga kecewa, kan?" sambung Sivia lagi
sambil menyentuh pundak Rio.
"Yaaaaaaahhh... Penonton kecewa sama loe, VIA!!!" ceplos Ify sangat keras. Tapi tidak dihiraukan oleh Rio dan Sivia.
"Emh..
Gue ngerti ko, Vi. Gue juga udah punya firasat bakal ditolak sama loe.
Ya kecewa ga kecewa, sih. Gue harus terima dengan lapang dada." Rio
menyentuh punggung tangan Sivia yang masih berada di pundaknya.
"Ini semua gara-gara IFY!!!" sindir Rio keras banget. Ify langsung melongo.
"Lho, ko gue?!" bela Ify.
"Iya, elo! Siapa lagi?! Soalnya loe itu..."
"GA BAKAT JADI MAK COMBLANG!!!" teriak Rio dan Sivia barengan. Ify hanya menutup telinganya sambil manyun ga jelas.
"Hahahaha..." mereka bertiga tertawa keras banget.
"Tapi
tunggu dulu! Yang jadi Mak Comblang gagal itu jangan gue aja, dong!
Shilla juga! Dia kan ikut berpartisipasi." protes Ify. Sivia hanya
mengerutkan dahinya.
"Ga usah bawa-bawa orang, deh! Ini
semua idenya elo, kan? Si Shilla hanya nurutin kata-kata loe doang.
Dasar." Sivia menoyor kepala Ify pelan. Disusul oleh Rio. Hahaha.
"Iya juga, sih. Tapi, kan..." ucap Ify pelan.
"Udah,
ah! Gue lari pagi bareng Rio aja, deh. Babay... Hahaha." ledek Sivia
sambil menggandeng paksa tangan Rio. Si Rio hanya pasrah diseret-seret
sama Via. Terpaksa deh ikut lari pagi dengan pakaian tidur seadanya.
Parah! Ckck.
"Sivia! Rio! Tungguin gue, ngapa? Gue kan mau
ikut lari pagi juga. Ga asik, ah!" Ify mengomel sendiri dan langsung
mengejar Sivia dan Rio yang sudah jauh dari pandangannya.
Selengkapnya...
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Selengkapnya...
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR
Selengkapnya...
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR