@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Sabtu, 22 September 2012

Rasaku

Kala Rindu Menyentuh Kalbu
Firasat Gundah Tiada Menentu
Gelora Hasrat Meronta Syahdu
Merintih Keras Ingin Bertemu


Hei Kamu Yang Disana
Datanglah Padaku
Dekaplah Jiwaku
Ijinkanlah Aku Sejenak Memandang Parasmu


Hei Kamu Yang Selalu Disana
Disinilah Aku Merindu
Menanti Hangat Kehadiranmu
Ijinkanlah Aku Sejenak Menyentuh Kasihmu


Senyummu Damaikan Perasaanku
Tutur Katamu Tepiskan Lara Dalam Jiwaku

Sadarkah Kamu Akan Rasaku ??
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Me :)


Tatang Heriana or Taher Nathan??
Siapa sih ?? Ko aku ga kenal ?? Anak mana emang ?? Sekolahnya dimana ??

Mungkin itulah sebagian kata-kata yang akan dilontarkan oleh orang-orang yang belum kenal saya (ya iyalah). Anak yang terkesan cuek, sok, sombong, egois, angkuh, dan pelit ini sekarang sekolah di SMANSA BABAKAN. Kalian tau kan sekolah itu ? Ya pasti taulah, masa ga tau. Itu loh yang sekolahnya bagus banget, apalagi siswanya. Eits tunggu dulu ! Ko jadi ngebahas sekolah ? #Plak !

Menurut saya Tatang Heriana itu anak yang aneh, sifatnya tiap detik berubah kaya power ranger yang membela kebenaran. Dilihat dari fisiknya sih ya lumayan gitu, lumayan ancur. Tapi dari keancurannya itu loh terselip keistimewaan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain #haha agak lebay. Maklumlah dia kan anak baik-baik. Dia paling ga suka diganggu kalo lagi serius, ga suka sama orang yang sok iye, ga suka sama orang yang carmuk #haha, ga suka dibohongin, ga suka ngerokok, ga suka mabuk, ga suka narkoba, pokoknya yang berbau negatif itu dia ga suka.
Dan yang paling dia suka itu adalah becanda. Selain itu dia katanya mengaggumi orang-orang yang sopan, murah senyum, penyapa, akrab, to the point, dan banyak lagi deh.

Tatang Heriana itu cinta lingkungan, go green lah pokoknya. Karena kalo lingkungan disekitar kita itu bersih, otomatis menyenangkan. Bener ga ??

Dan dia juga suka cewe yang cantik luar dalam, pengertian, terbuka, baby face, indah dipandang tetapi yang tidak mengumbar aurat. Ada yang termasukkah ?? #promosi dikit hehe

Yang harus kalian inget itu, jangan negative thinking dulu dalam menilai sifat saya. Saya tau kalo wajah saya itu cuek, sombong, carmuk, egois, dan banyak lagi. Tapi itu salah besar ! Kalian belum kenal saya sih. Saya itu baik, solid, rajin menabung, buang sampah pada tempatnya, sopan, ramah tamah, berbudi pekerti, pintar, #jangan cepet percaya dulu ya hehe.
dan yang pasti saya itu care, karena selama saya bisa membantu. Kenapa tidak ??

So this is me :D

Ayo-ayo pada kenalan sama saya, mumpung gratis. Nanti sih bayar. Hehe Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Corat Coret

Menyendiri dalam kesedihan itu sangatlah menyiksa batin. Cobalah untuk sharing sama orang lain yang mampu memahami keadaan kamu. Tidak baik loh kalau masalah dipendam sendiri, yang ada nantinya stres berkepanjangan. Masih mending kalau stres-nya masih dalam keadaan normal, kalau stres-nya OVER ? Waduh bahaya !
Jadi kalau punya masalah itu jangan dipendam serta dipupuk sendiri aja ya ?
Dalam kehidupan masalah itu memanglah wajar, tapi kalau masalah itu dianggap beban olehmu ? Itu tidak wajarlah. Karena masalah itu adalah 1 dari triliunan keindahan hidup yang kita jalani.

Dan disinilah kita butuh seorang SAHABAT. Yang selalu siap sedia menampung kesedihan yang amat mendalam bagi kita. Yang mampu merasakan pahitnya hidup yang kita alami. Dan yang mampu memberikan kebahagian dalam jiwa dan raga kita. Sahabat itu adalah sosok malaikat yang berwujud manusia. Dia tidak punya sayap, tapi mampu terbang membawa kita ke luar angkasa kebahagiaan. Dia seperti ibu yang menyayangi kita tanpa pamrih. Dia seperti ayah yang kadang bijaksana. Dia seperti kakak yang sering mengayomi kita ke jalan yang menyenangkan. Dan dia juga seperti adik yang kadang menjengkelkan kita. Tapi DIA tetaplah sahabat kita yang tak pernah kita harapkan, tapi selalu hadir di saat kita dirundung masalah.
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Sendiri (Merasakan Arti Kehidupan Yang Sesungguhnya)

Sendiri itu menyenangkan, sendiri itu menyakitkan, sendiri itu meresahkan, sendiri itu menyesalkan, sendiri itu ????
Entahlah.

Huh ! Memang benar dugaanku, saat kita sedang sendiri itu segala apapun yang telah kita lakukan akan teringat kembali. Barulah disitu kita menyadari betapa mengesankannya, betapa menyedihkannya, betapa menyesalnya, bahkan betapa mengerikannya apa yang telah kita perbuat di masa lalu termasuk barusan. Kawan, kadang aku juga merasa gereget kalau lagi sendiri, bahkan hal-hal yang nekad pun bisa saja kita lakukan. Dan dalam kesendirian itulah kita baru sadar kalau yang telah kita perbuat itu sangat salah, menyimpang, bodoh, gila, dan entah apalagi. Yang pasti jika kita mengingat itu tingkat emosi kita akan meningkat ya kan ??
Sampai-sampai kita harus melontarkan beribu pertanyaan yang entah siapa yang akan menjawab. Kenapa aku lakukan itu ?? Apa yang harus aku perbuat ?? Bagaimana menghilangkan keburukkan itu dari hidupku ?? Sampai kapan aku harus begini ??

Tapi lupakanlah itu. Yang harus kita pikirkan itu adalah jalan kedepannya. Terbaik, yah benar ! Kita harus melakukan yang terbaik bahkan lebih dari terbaik untuk diri kita pribadi maupun untuk orang-orang sekitar kita. Dan yang paling penting juga kita harus dekat bahkan lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, karena segala sesuatu akan terjadi oleh kehendak-Nya.

Tapi mungkin kita juga kadang berpikir untuk tidak sanggup melakukannya ?? Maka dari itu mulailah dari NOL, anggap saja kita itu baru terlahir dari dunia yang baru. Lupakan saja hal terburuk yang pernah menerpa kita. Karena jika kita selalu mengingat hal itu, kapan kita mau majunya ?? Tendang saja masa lalu itu jauh-jauh !

Do the best for your self pokoknya. Jadikan lamunan kesendirian kalian itu hal yang menyenangkan, mengesankan, mengharukan, bahkan mengagumkan untuk di ingat.

Yang terakhir, perbanyak senyum pada orang-orang, berlaku sopan, rendah hati, dan jangan sampai aura kesombongan, keangkuhan, kemunafikan itu terpancar pada diri kalian. Jangan sampai !!

thanks :) Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Via On Diary

Tidak sedikit orang di muka bumi ini yang mempunyai catatan penting dalam hidupnya, sebut saja diary. Karena dengan diarylah kita bisa menumpahkan seluruh isi hati kita. Entah itu kesenangan, kesedihan, keterharuan, kebanggaan, dan banyak lagi. Selain itu, diary juga merupakan sebuah sarana yang tepat untuk mengulas kembali peristiwa-peristiwa penting yang pernah kita alami sebelumnya.

Sebagai cewek yang berponi dan berambut panjang. Sivia juga mempunyai sebuah diary yang isinya tidak kalah menariknya dengan Buku Harian Nayla. Cewek yang satu ini fanatik banget sama yang namanya JB. Tapi bukan James Bond ataupun Jonas Brother lho. Melainkan sosok Justin Bieber yang sedang booming di kalangan remaja saat ini.
“Selain jago nyanyi sama ngedance, loe itu cakep banget sih Beib! Andai aja loe itu pacar gue? Mungkin cewek-cewek di Indonesia pada syirik sama gue! Hahaha.” kata Sivia yang lagi tiduran di atas kasur dengan kedua tangan dalam keadaan memegang poster Justin Bieber yang super duper gede itu. Tak lama kemudian dia bangun dari teparnya. Sejenak, bola matanya menatap keluar jendela. Betapa indahnya langit senja saat itu. Perlahan, dia mencoba mendekati jendela kamarnya. Namun tiba-tiba ...
“Kemprang! Bruk Grompyang!”
“Aaaaaaaaa!!!” sekilas Sivia terkejut dan berteriak. Kedua tangannya menutup telinga dengan kaki yang berjalan di tempat bak seekor kuda yang sedang berancang-ancang mau lari. Dan tanpa pikir panjang, Sivia langsung mengambil bola baseball yang memantul di kakinya dan kemudian berlari turun menuju sumber lemparan tersebut.

“Heh tusuk sate! Sebenernya mau loe itu apa sih? Tiap hari kerjaan loe cuma ngusik ketentreman gue mulu!” tukas Sivia langsung.
“Yee tusuk gigi! Emangnya gue salah apaan sama loe? Maen asal serobot-serobot aja nyalahin orang!” balas Alvin tak mau kalah dengan Sivia.
“Jangan berlagak bego deh loe! Asal loe tau ya, ini untuk ke 7 kalinya loe mecahin kaca jendela kamar gue! Loe mau ganti gak? Kalau nggak ...” ancam Sivia sambil mengarahkan bola baseball yang sejak tadi dipegangnya ke arah Alvin.
“Ayo lempar aja, gue gak takut! Loe kan lemah, palingan juga gak bakal nyampe ke muk ...” belum sempat Alvin selesai berbicara, tubuhnya langsung tumbang saat bola baseball itu mendarat tepat di kening Alvin dengan kerasnya. Alvin pun tergeletak tak berdaya.
“Piiuuhh! Emang enak gue timpuk? Rasain loe!” ejek Sivia sembari mengadukan kedua telapak tangan.

Tubuh Alvin tergeletak 5 meter dihadapan Sivia. Cukup lama. Tetapi Sivia malah masa bodoh dengan keadaan Alvin. Yang dia rasa saat itu hanya senang dan bangga telah melumpuhkan seorang cowok yang sangat-sangat menyebalkan baginya. Karena selama bertahun-tahun Alvin-Sivia bertetangga, mereka itu seperti anjing dan kucing yang tidak pernah ada akurnya.

Dan setelah hampir beberapa menit Sivia menunggu dengan perasaan kesal, Alvin belum terbangun juga. Akhirnya Sivia pun cemas dan dengan terpaksa mendekati tubuh Alvin untuk memastikan keadaannya.
“Udah deh loe gak usah pura-pura gitu. Emangnya gue gak tau sifat bejat loe?” sindir Sivia untuk memastikan kalau Alvin baik-baik saja. Alvin tetap saja diam dan membisu. Dan itu membuat Sivia tambah cemas.
“Vin, Alvin! Elo gak apa-apa kan? Bangun dong! Cemen banget sih loe jadi cowok!” ia menampar wajah Alvin perlahan.
“Aduh, gimana nih? Mau minta tolong sama siapa? Masa gue harus angkat dia sendirian? Hmm… Apa gue kasih napas buatan aja kali ya?” gumamnya bingung.
“Ish! Ogah banget!!! Hmm… Tapi???” saat itu pikiran Sivia mulai tidak karuan. Ia benar-benar bingung harus berbuat apa. Sampai akhirnya Sivia dengan hati terpaksa lahir dan batin memilih untuk memberi napas buatan ke Alvin. Perlahan dan sedikit tidak rela dia memegang kedua bibir Alvin. Semakin dekat dan semakin dekat lagi.
“Ish! Gue gak bisa! Ya Tuhan tolonglah. Huuhh, ayo Sivia! Elo pasti bisa!” gerutunya kemudian. Tiba-tiba ...
“Eemmmuuaacchh! Elo cantik banget sih, Vi! Hahaha.” secepat kilat Alvin langsung mencium pipi Sivia yang jaraknya kurang lebih satu jengkal dari wajahnya.
“Ish! Najis! Najis! Najis! Dasar gila loe, Vin!” kesal Sivia sambil mengusap-usap pipinya berkali-kali. Sedangkan Alvin setelah mencium Sivia langsung berlari secepat tiga kali lipatnya kuda sembrani. Lantas ia malah ketawa terbahak-bahak melihat wajah Sivia yang ditekuk tak karuan dan langsung masuk ke rumahnya. Sivia pun sewot dan kemudian melempar sendalnya sekuat mungkin ke arah Alvin yang faktanya sudah lenyap ditelan ruang.

Karena merasa sangat-sangat tidak sudi pipinya di cium Alvin, Sivia langsung tancap gas menuju kamar mandi untuk mencucinya. Ia takut kalau virus yang ditularkan Alvin itu menyebar ke seluruh tubuhnya. Dan dengan bantuan kantong ajaib milik Doraemon, Sivia berusaha mengeluarkan semua skin cleaner yang dimilikinya. Mulai dari skin cleaner yang harganya 1500-an sampai yang elite sekalipun ia coba semuanya.
“Alhamdulillah ya, sekarang bakteri sama virus yang ada di pipi gue udah ilang. Untung gue punya obatnya, jadi gak usah khawatir lagi bakal mati sama tuh virus Alvin! Awas loe ya, tunggu balesan gue!” Sivia mengelap mukanya pakai handuk dan kemudian duduk di dekat jendela. Kontan ia mengambil file book dan bolpoint mininya itu untuk chattingan dengan oper-operan kertas dengan Alvin yang kebetulan kamarnya bertetangga dekat dengan kamar miliknya. Dan melalui bantuan sebutir kelereng, Sivia melempar kertas chattingnya ke kamar Alvin.

*Pletak!*

Lagi enak-enaknya membaca komik, Alvin terkejut mendengar bunyi lemparan yang menembus kamarnya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung mengambil benda tersebut.

*Heh, alien Pluto! Elo harus tanggung jawab atas perbuatan bejat loe ini ke gue?*

Alvin hanya cengengesan membaca isi memo dari Sivia. Dan dengan meniru jurus kilat milik Wiro Sableng, dia langsung melemparkan balasannya.

*Apa? Tanggung jawab? Emangnya gue abis ngelakuin apaan sama loe mesti harus tanggung jawab segala?*

Setelah beberapa detik Sivia membaca balasan dari Alvin, ia bergegas menjawab dengan tulisan cakar ayam dan kemudian melemparkannya kembali ke Alvin.

*Dasar cowok stres loe! Nih pipi gue bengkak akibat terinfeksi virus yang mematikan dari loe. Untung aja gue punya penawarnya. Sini loe tanggung jawab! Bisanya kabur doang kaya pengecut!*

Alvin membalas lagi.

*Huahahaha. Sialan loe, Vi! Emangnya gue virus HIV apa? Wkwkwk.*

Sivia mereply.

*Bahakan virus loe itu lebih mematikan dari virus HIV tau!*

Tak kalah juga Alvin.

*Wuih parah banget loe! Hehehe. Tapi makasih ya untuk pipinya. Bilang aja seneng gue cium. Gak usah munafik deh loe jadi cewek! Masih untung ada orang yang mau cium loe. Iya kan?*

Lantas Sivia membalas dengan nafsu yang bergelora setelah membaca balasan Alvin yang satu ini.

*MAKASIH PALA LOE PEYANG!!! NAJIS BANGET GUE DICIUM SAMA LOE! SAMPAI MATI PUN GUE GAK PERNAH SUDI!!!*

Namun ketika Alvin bermaksud untuk membalasnya lagi, tak taunya jendela kamar Sivia sudah di tutup duluan. Walaupun begitu, Alvin tidak pantang menyerah. Ia terus memandang lekat kamar Sivia dengan serius.

*** 


Kini matahari berganti bulan. Tidak terasa sudah hampir dua jam Alvin menunggu jendela kamar Sivia terbuka kembali. Dan sampai akhirnya, jendela Sivia pun terbuka lebar layaknya seekor buaya yang lagi berjemur. Lantas Alvin tidak mau menyianyiakan kesempatan emas tersebut, Ia langsung berancang untuk melemparkan kertas balasan yang dari tadi sore sudah disiapkannya matang-matang. Tapi, baru juga ia mengumpulkan tenaganya, pandangan mata Alvin dikejutkan dengan tingkah laku Sivia yang sangat aneh. Alvin melihat kalau Sivia sedang nyanyi-nyanyi sambil joged-joged erotis layaknya seorang penyanyi rock profesional yang lagi mentas di panggung spektakuler.
“Busyet dah! Udah gila kali tuh bocah?” kata Alvin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian ia langsung menyalin kembali jawaban tadi di kertas yang baru dan dilemparkannya ke arah Sivia.

*Pletak!*

“Aw! Apaan tuh?” respon Sivia setelah sesuatu mendarat tepat di kepala belakangnya. Sejenak, Sivia melepaskan earphone yang sejak tadi dipakainya. Ia menengok ke arah luar dan terlihatlah oleh mata Sivia sesosok Alvin yang lagi memamerkan deretan gigi putihnya di seberang sana. Lantas Sivia langsung mengambil kertas tersebut.

*Gue kira Cuma orang waras doang yang bisa joged-joged erotis sambil nyanyi, tapi ternyata orang stres juga bisa. Huahahaha. Eh, ngomong-ngomong gue minta maaf ya buat masalah tadi sore :)*

Sivia menggeram kemudian. Di satu sisi ia merasa malu karena tingkahnya itu dilihatin Alvin, dan di satu sisi ia marah dengan statement Alvin tersebut.

*Kupret! Asem! Sialan loe! Gue itu masih waras tau! Elo tuh yang gila! Hmm… Gimana ya? Oke deh gue maafin. Tapi ada syaratnya!*

Dengan semangat Alvin membalas.

*Apa syaratnya?*

Dan secepatnya Sivia membalas kembali.

*Besok elo ke rumah gue pakai baju kimono lengkap, terus udah gitu loe nyanyi sambil joged di depan muka gue! Jangan lupa juga make-upnya! Gimana?*

Alvin langsung syok membacanya. Ia berpikir sembari mondar-mandir tak jelas dengan memukul-mukul bolpoint ke dagunya. Walaupun sedikit terpaksa, akhirnya Alvin mau menerima syarat dari Sivia tersebut. Kemudian Alvin mengambil selembar kertas putih berukuran besar di atas meja belajar, lalu ia menulis sesuatu di kertas itu dan menempelkannya pada kaca jendela kamarnya. Setelah semuanya selesai, ia mengambil sebuah senter dan mengarahkan sorotan sinarnya ke kamar Sivia.

***


Di sisi lain, Sivia sedang tiduran sambil senyam-senyum menanti lemparan kertas balasan dari Alvin. Tak kuasa ia membayangkan bagaimana jadinya kalau Alvin memakai baju kimono yang ia syaratkan tersebut. Namun sedang asyiknya Sivia mengkhayal, bola matanya dikejutkan dengan seberkas cahaya yang bergerak-gerak di dinding kamar. Lantas ia terpaksa bangun dari kasur dan melihat keluar jendela. Pandangan Sivia tertuju pada sebuah kertas yang menempel di jendela Alvin. Dengan sedikit menjorokkan kepalanya ke depan, Sivia memulai membaca.

*Gue terima semua syarat dari loe itu, Vi. Tapi sekarang gue mau tidur dulu ya, kepala gue masih pusing nih akibat tadi sore kena lemparan loe. GOOD NIGHT SIVIA :)*

Sivia hanya tersenyum lebar saat membaca memo itu. Lalu ia menutup rapat jendela kamarnya.
Good night too, Alvin! Maaf ya gue udah lempar loe pakai bola sampai pingsan gitu. Have a nice dream deh buat elo yang super menyebalkan.” batin Sivia berbicara. Kemudian ia mencoba menutup mata untuk mempercepat hari esok.

***


Sinar mentari memaksa menerobos celah-celah kamar Sivia. Kicauan burung pun terdengar merdu seakan sengaja membangunkan Sivia dari lelapnya. Kini, kedamaian yang ia rasakan saat tertidur mulai terusik. Jiwa yang ada di tubuhnya memaksa Sivia untuk membuka mata. Secara perlahan, kelopak mata Sivia mulai membuka. Ia meregangkan otot-ototnya sebisa mungkin. Dan saat itulah mulai terlihat sosok yang begitu aneh, karena mungkin sosok itu belum jelas terlihat oleh Sivia. Lantas ia mengedipkan kelopak matanya berulang kali, bermaksud untuk memperjelas penglihatannya. Tiba-tiba ...
“Han, han, hantuuuuuuu!!!” Sivia berteriak sekuat tenaganya saat wilayah pandangnya menangkap sosok makhluk yang aneh sedang tersenyum di depan wajah sleepynya.
“Woy,  Vi! Ini gue, Alvin.” ucap Alvin sambil menutup mulut Sivia yang berteriak. Sivia terdiam sesaat, keadaan pun kembali menjadi tenang. Lantas Alvin melepaskan tangannya dari mulut Sivia.
“Alvin? Ini elo, Vin? Hahaha ... Sumpah, loe jelek banget! Gue kira loe itu hantu.” Ledek Sivia setelah Alvin berhasil membuat Sivia sadar dari syoknya melihat penampilan dirinya yang aneh. Mungkin maksudnya sih mau mengikuti gaya cewek jepang yang pakai baju kimono gitu. Tapi ya begitulah jadinya, berantakan.
“Sialan loe, Vi! Emangnya gue sejelek itu ya? Gue kan ngelakuin semua ini buat loe, Vi. Eh malah diketawain, dibilang jelek lagi. Dasar!” kesalnya tiba-tiba.
“Iya-iya deh, maaf. Senyum dong! Jelek beneran tau kalau lagi ngambek.” Sivia mencolek perut Alvin kemudian. Alvin langsung tersenyum.
“Hehehe. Oh iya Vi, hari ini kan ultah gue tuh, gue mau mempersembahkan sesuatu nih buat loe.” kata Alvin yang tepat bertatapan mata dengan Sivia.
“Hari ini ultah loe, Vin? Ups! Happy birthday ya! Wish you all the best deh. Nanti nyusul ya kadonya.” Ucap Sivia seraya menjabat tangan Alvin.
“Oke, thanks. Tapi gue pengen banget nih nyanyi buat loe.” pintanya sambil mundur satu langkah ke belakang. Dan Sivia pun duduk manis di kasurnya

KU INGIN KAU TAU ISI HATIKU
KAULAH YANG TERAKHIR DALAM HIDUPKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

KU INGIN KAU SELALU DIPIKIRANKU
KAU YANG SLALU LARUT DALAM DARAHKU
TAK ADA YANG LAIN HANYA KAMU
TAK PERNAH ADA, TAKKAN PERNAH ADA!

Alvin berjalan mendekati Sivia.
“Vi, elo mau gak jadi kado terindah buat gue?” kata Alvin dengan berlutut sambil memegang jemari Sivia.
“Maksud loe?” tanya Sivia kebingungan.
“Maksud gue, tepat di hari ulang tahun gue sekarang ini, gue mau nembak loe. Elo mau kan jadi pacar gue?” tembak Alvin penuh senyum. Sivia hanya mengangkat kedua alisnya heran.
“Gue tau kok, elo gak suka sama gue kan? Apa karena kaca jendela loe yang sering gue pecahin? Kalau gitu gue minta maaf deh. Itu semua gue lakuin demi menarik perhatian loe, Vi. Karena perasaan gue jauh lebih tenang kalau udah lihat wajah loe yang indah ini. Gue,” kata-kata Alvin pun terpotong saat jari telunjuk Sivia menempel di bibirnya.
“Sssttt! Gak usah panjang lebar deh. Intinya sih elo itu mau nembak gue kan, Vin? Hmm… Gimana ya? Ya udah deh gue terima.” jawab Sivia spontan dan santai.
“Serius loe, Vi? Yes! Yes! Yes! Gue di terima.” balas Alvin sumringah.
“Tapi loe jangan seneng dulu!”
“Lho kok? Maksudnya gimana?”
“Karena gue punya syarat buat loe.”
“Syarat? Apaan syaratnya?”
“Syaratnya itu loe mesti gendong gue dari sini sampai taman sana!” kata Sivia sambil nunjuk ke arah taman yang ada disamping rumah mereka berdua.
“Abis itu, baru deh gue terima loe bener-bener. Gimana?” tawarnya kemudian. Alvin terdiam sejenak. Menghela napas perlahan.
“Oke, siapa takut! Walaupun berat badan loe itu keliatannya 3x lipat dari gue. Tapi gue sanggup kok!”
“Sialan loe! Ya udah ayo cepetan!” seru Sivia seraya menepuk punggung Alvin galak.

Dan dengan semangat 45, Alvin pun menggendong Sivia sampai ke tempat yang Sivia inginkan.
“Huh, akhirnya sampai juga!” kata Alvin dengan napas terpenggal-penggal.
“Makasih banyak ya, Vin. Emmuuaach! Itu kado dari gue buat ulang tahun loe.” Ucap Sivia sambil mencium pipi Alvin cepat. Alvin terdiam lagi. Ia tak menyangka kalau Sivia akan menciumnya seperti baru saja ia rasakan.
“Sekarang gue baru nyadar kalau gue itu sayang banget sama loe, Vin. Dan selama ini perasaan gue sama seperti yang loe rasakan. Cuma gue gengsi aja mengakuinya. Hehehe.” lanjutnya dengan memeluk erat tubuh Alvin yang duduk disampingnya.
“Gue juga sayang banget sama loe, Vi. Makasih ya udah mau jadi pacar gue. Gue janji deh gak bakal nyakitin loe. Dan gue janji akan selalu setia nemenin loe dalam keadaan apapun. I Love You!” Alvin membalas pelukkan Sivia lebih erat.
I Love You Too, Alvin!” Sivia tersenyum mendengar kata-kata Alvin tersebut.

***


Dear Diary

Begitulah segelintir kisah yang pernah gue alami baru-baru ini. Sedikit gak jelas sih, tapi itu so sweeeeeet banget buat gue. Gue gak nyangka banget kalau gue itu bakal jadian sama Alvin. Padahal sebelum-sebelumnya gue berantem mulu sama dia. Bahkan mungkin sangat mustahil buat akur. Ya siapa tau aja semua itu udah di takdirkan sama Tuhan kalau gue sama Alvin itu emang jodoh hehehe. Mana bisa nolak coba? Eh iya, gak nyadar banget kalau sekarang udah larut malem. Saking asyiknya nih gue cerita sama loe, Dear. Bantal guling udah nungguin gue tuh di sana, saatnya gue untuk tidur. Gue pengen cepet-cepet besok. Karena besok adalah hari pertama gue menyandang status PACARAN sama Alvin Jonathan Sindunata hahaha. Kalau gitu gue pamit duluan ya, udah ngantuk banget nih. Suer deh! Sumpah deh! Beneran gak bohong :D.
See You Later!

SIVIA AZIZAH :)
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

64L4U (alay banget ga tuh tulisannya? :D)

GALAU.
Sebenernya sih gue juga belum paham betul apa artinya galau tersebut. Yah gue disini cuma ngikutin temen-temen gue aja yang bermutasi di twitter or facebook. Katanya tuh, ini masih katanya lho alias belum pasti. Galau itu semacam bimbang ataupun gundah gulana gitu deh. Dan virus galau kali ini memang harus bin kudu bin wajib tercatat dalam WORLD RECORD. Soalnya kata dari GALAU tersebut belum genap setahun bahkan kurang dari setahun terciptakan. Tapi dampaknya udah memamah biak disetiap otak remaja dunia jagad raya ini. Keren ga tuh??.
Dalam segi keagamaan, galau juga ternyata ada versi Islaminya lho. GALAU : God Always Listening And Understanding. Hasssiikk keren-keren-keren. Cukup kreatif #sambil manggut-manggut. Kalo boleh dinilai sih dapet 95 lah. Yang penting ga diremedial #lah ko.
Kalian tau ngga jejaring sosial?? Pasti taulah, masa ga tau sih. Oke lanjut. Dari 65% pengguna jejaring sosial tersebut ternyata mengidap penyakit GALAU. Noh buktinya di Beranda plus TimeLine gue banyak maniak-maniak galau alias galauers yang pada ga jelas nimbrung di akun jejaring sosial gue -_-?.
Dan kalian masih inget ngga sebuah acara talkshow salah satu stasiun televisi? Disitu kan tempat galauers beraksi. Dimana kata-kata galau diperlombakan. Hahaha superduper keren. Punya keuntungan juga tuh kata galau. Tapi sayang yah, acara itu udah lenyap ditelan atmosfer bumi. Mungkin ga ada modal lagi kali yah, soalnya saking banyaknya orang galau. Hehehe peace !.

Jadi intinya. Dari bacotan-bacotan gue diatas. Itu tujuannya hanya untuk menanyakan kepada elo-elo semua yang merasa sebagai galauers sejati dan sehati, arti galau itu sebenernya dan senyatanya tuh apa sih?? Gue bingung sendiri jadinya. Soalnya setiap gue ke sekolah #maklumlah anak rajin. Lanjutkan. Gue ngomong ini dibilang GALAU. Ngomong itu dibilang GALAU. Berbuat ini dibilang GALAU. Berbuat itu dibilang GALAU. Apa salah gue sama elo-elo pada?? Dan siapa sebenernya si GALAU. Kenapa harus ada si GALAU dikehidupan gue. #udah dulu yah. Udah kumat nih ngaconya. Haha
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Batas Kesetiaan by Anggi Sekar Tri Ananda


Aku adalah sosok perempuan yang cukup dibilang pendiam. Namaku Via. Sekarang aku sudah mempunyai seorang suami yang bernama Alvin. Semuanya berawal dari 2 tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk berpisah dengan mantanku dan mencoba menjalin hubungan serius dengan Alvin. Aku mengenal Alvin dari orang tuaku, karena saat itu orang tuaku dan orang tua Alvin berteman baik. Sehingga mereka berdua memutuskan untuk menjodohkan kami.

Awalnya aku sempat sedih dan sangat kecewa akan perjodohan ini. Tapi perlahan aku mencoba untuk menerimanya dan mencoba mencintai Alvin sebagaimana dia mencintai aku. Usahaku tak sia-sia. Aku berhasil mencintai Alvin dengan sepenuh hati, bahkan melebihi apapun termasuk melebihi diriku sendiri.

Alvin memang sangat mencintaiku. Tapi sifatnya yang selalu ingin menang sendiri, cepat marah dan tidak pernah mau mendengar penjelasan dari orang lain. Itulah yang membuat aku sering bertengkar dengannya.

***

Pernah suatu saat Alvin sangat marah padaku. Itu gara-gara aku membelikannya sebuah meja kecil untuk dia ketika menikmati kopinya. Bukannya merasa senang, Alvin malah bilang padaku kalau aku hanya membuang-buang uang untuk keperluan yang tidak penting.

Pagi itu Alvin terlambat bangun gara-gara begadang semalaman menonton acara kesayangannya. Dia sangat marah padaku, karena aku tidak membangunkannya pagi-pagi.

"Apa sih yang kamu pikirkan? Kamu lupa dengan pesanku tadi malam padamu? Aku minta kamu membangunkanku jam 8 bukan jam 9!" kata Alvin membentakku
"Maafkan aku Vin. Aku..."
"Sudahlah! Dasar istri tak berguna!!!" bentaknya lagi dan pergi meninggalkanku sendiri. Aku hanya diam dan menundukkan kepala. Aku merasa bersalah sama Alvin. Aku memang istri yang tak berguna!

Aku langsung masuk ke kamar dan mengambil sebuah Diary Merah untuk menulis sesuatu didalamnya. Setelah selesai menulis, aku langsung membereskan rumah. Karena kalau Alvin melihatku bermalas-malasan pasti dia bisa marah lagi padaku.
"Tuhan. Tolong kuatkan aku untuk melawan rasa sakit kepala yang cukup membuatku melakukan kesalahan dihadapan Alvin" doaku dalam hati. Kemudian aku langsung mengganti Piyama Volkado ungu yang aku kenakan menjadi kaos simpel rapi dan mulai membereskan rumah.

***

Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" kata Alvin sedikit lembut
"Terimakasih pak. Oh iya, ini berkas-berkas laporan pemasukan dana perusahaan yang bapak pinta kemarin"
"Oh.. Coba saya lihat!" Alvin langsung melihat berkas-berkas itu lalu berkata.
"Waooww.. Bagus sekali laporan yang kamu buat. Kamu memang smart Shilla!!!" kata Alvin memuji asisten pribadinya.
"Ah bapak bisa saja" kata Shilla dengan raut wajah yang memerah.

Alvin bekerja di sebuah perusahaan yang cukup besar di Atlanta. Dan Shilla itu sangat menyukai Alvin sejak ia SMA. Nasib beruntung saja dia bisa jadi asisten pribadi Alvin. Shilla itu sosok perempuan yang tidak tau diri, dia sering nyari-nyari kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari Alvin. Bahkan saat Alvin lagi bad mood, dia pura-pura sok pahlawan.

"Loohh.. Ini bener!" kata Alvin menyambung lagi pujiannya.
"Hehe. Makasih pak"
"Oh iya, nanti malam bisa temenin saya makan?" ajak Alvin
"Hmm.. Kesempatan bagus buatku. Akhirnya kamu jatuh juga ke perangkapku, Vin" ungkap Shilla dalam hati.
"Oke deh. Boleh-boleh"

***

Setelah selesai membereskan isi rumah. Aku memasak makanan kesukaan Alvin. Dan menghidangkannya di sebuah meja kecil dengan suasana sekitar yang romantis. Aku diam didepan pintu untuk menunggu Alvin pulang. Aku berdiri berjam-jam dan tidak duduk sama sekali. Karena aku ingat pesan Alvin agar selalu menunggunya didepan pintu biar bisa secepatnya membukakan pintu ketika dia pulang. Aku hanya bisa taat dengan ucapan Alvin itu. Kini hari semakin malam. Waktu menunjukkan ke angka 10. Alvin belum juga pulang. Aku masih berdiri didepan pintu hingga jam 11. Alvin masih tak kunjung pulang. Mungkin karena sudah tak tahan lagi untuk berdiri, akupun duduk di sofa ruang tamu.
Kelelahan yang amat mendalam membuatku merasa mengantuk dan tak sengaja tertidur di sofa. Jam dinding menunjuk pukul 1 malam. Alvin mengetuk pintu sangat keras. Sekali dua kali hingga tiga kali aku tak mendengar panggilan Alvin. Sampai akhirnya dia berteriak.

"Vi.. Viaaa!!!" kata Alvin dengan nada yang marah. Aku bangun dengan rasa kekagetan dan langsung berlari membukakan pintu.

"Alvin?" kataku perlahan
"Ya ampun Via! Harus berapa kali aku peringatkan kamu. Aku kan
sudah pernah bilang kalau kamu harus tetap berdiri disini sebelum aku pulang, apa kamu lupa??" Bentak Alvin seraya berjalan masuk kedalam rumah.
"Ma.. Maafkan aku.." kataku menunduk
"Sudahlah!! Maaf-maaf terus yang kamu bilang! Bosan aku. Lebih baik sekarang kamu siapkan air hangat, aku mau mandi!"
"Iya Vin.." aku langsung bergegas untuk menyiapkan keperluan Alvin untuk mandi. Setelah selesai, aku menyusul Alvin ke kamar untuk memberitahu kalau air hangatnya sudah selesai dibuat. Saat mau mengetuk pintu, tak sengaja aku mendengarkan monolog Alvin didalam kamar.

"Ya ampun. Jam tanganku sudah rusak, mungkin karena tadi terjatuh dikantor. Jika begini aku bisa terlambat kalau mau ada meeting di kantor" begitulah kata Alvin. Setelah mendengar itu aku mengurungkan niatku sebelumnya, aku langsung kembali ke dapur untuk mengambil minum.

***

Pagi pun tiba. Seperti biasa Alvin berangkat ke kantor jam 8. Dan satu jam setelah Alvin berangkat ke kantor, aku sudah selesai membereskan rumah dan bersiap untuk pergi ke Mall untuk membelikan jam tangan Relisi kesukaan Alvin yang sudah rusak.

Sesampainya di Mall aku keliling-keliling mencari jam tangan kesukaan Alvin itu. Sebenarnya masih banyak jam tangan yang lebih mahal dan bagus, tapi Alvin cuma nyaman dan suka dengan jam tangan Relisi yang biasa ia kenakan setiap hari. Hampir satu jam aku mencari jam tangan tersebut, tapi hasilnya belum ketemu juga. Dan akhirnya aku sampai di satu toko yang belum terhinggapi olehku, dan syukurlah aku mendapatkan yang aku cari sejam yang lalu.

Kemudian aku bergegas pulang saat melihat jam tangan sudah menunjuk angaka 7. Aku takut kalau Alvin lebih dulu sampai ke rumah, pasti aku akan dimarahinya lagi. Aku berdiri dipinggir jalan dengan sangat gelisah. Sudah hampir setengah jam aku menunggu, tak ada satupun taxi yang lewat kearahku.

"Ya Tuhan. Kalau begini aku bisa telat sampai rumah" kataku sangat gelisah saat menunggu taxi yang tak kunjung lewat satupun. Kemudian pandanganku terhenti saat melihat sosok Alvin yang lagi jalan berdua dengan Shilla sambil bermesraan, aku sangat kaget dan mencoba menghampiri mereka.

"Alvin?" sapaku
Alvin menoleh kearahku dengan raut wajah yang heran.
"Via??"
"Kamu ngapain" tanyaku
"Aku lagi ada urusan. Pulanglah sana
. Ini sudah malam" kata Alvin cukup halus.
"Iya Vin, aku memang mau pulang. Tapi dari tadi nggak ada taxi yang lewat Vin. Apa aku boleh ikut denganmu?" tanyaku dengan polos
"Tapi aku masih ada urusan, pulang saja sendiri. Nanti juga ada taxi kok. Makannya lain kali jangan pergi malam-malam seperti ini. Masih adakan pekerjaan di rumah?" kata Alvin
"Aku.. Aku hanya ingin membelikanmu ini" aku mengeluarkan jam tangan yang tadi aku beli dan memberikannya ke Alvin.
"Astaga Via. Aku bisa beli sendiri. Sudahlah simpan saja, nanti kita bicarakan lagi di rumah. Pulanglah sana
, aku mau pergi" katanya sangat halus sampai tak mau menyentuh jam tangan yang aku sodorkan. Ku lihat Shilla tersenyum sinis kearahku.
"Hmm.. Baiklah aku mau pulang. Kamu hati-hati ya" kataku sambil berjalan sedikit kencang.

***

Aku berjalan tak tentu arah. Aku sangat sedih dengan perlakukan Alvin kali ini, tapi aku tak bisa menangis karena ini salahku. Namun tiba-tiba aku sengaja menabrak seseorang. Ternyata dia adalah Gabriel (mantanku dulu). Akan kaget, karena sudah cukup lama aku tak pernah bertemu dia lagi sejak menikah dengan Alvin.

"Via?" kata Gabriel kaget.
"Gabriel?" sambil tersenyum
"Kamu ngapain malam-malam disini? Sendirian lagi. Alvin mana?" tanyanya.


"Emmh.. Alvin.." aku diam dan berpikir. Tak mungkin aku bilang kalau dia lagi bersama Shilla di Mall.
"Alvin.. Alvin lagi di kantor Yel" jawabku untuk melindungi suamiku agar tak buruk dipandangan orang lain.
"Ooh di kantor. Apa kamu yakin dia ada di kantor?" tanya Gabriel dengan nada sedikit aneh.
"Hmm.." aku menunduk dan kemudian tersenyum lalu berkata
"Iya lah.. Habis dimana lagi?"
"Sudahlah Vi. Aku tau Alvin lagi sama asistennya di Mall" aku hanya menunduk. Lalu tiba-tiba seseorang datang menghampiri aku dan Gabriel.
"Via, kamu belum pulang? Ngapain kamu disini sama dia?" kata orang itu yang ternyata Alvin.
"Tunggu Vin. Loe jangan salah saham dulu! Kita ini.." Alvin langsung memotong. Aku hanya bisa terdiam dan menunduk. Karena aku tau kalau aku bicarapun tidak akan dihiraukan.
"Sudahlah. Via ayo pulang!" Alvin menarik tanganku sangat keras, tapi Gabriel menghalau Alvin.
"TUNGGU!!! Kenapa sih loe harus sekasar itu sama Via? Dia itu tidak bersalah. Loe ingat kan
dulu? Loe pernah janji sama gue untuk menjaga dan menyayangi Via dengan sepenuh hati loe, sekarang mana buktinya?? Setelah gue rela melepaskan Via buat loe, Vin! Apa ini? Seenaknya loe jalan berdua sama Shilla dihadapan istri loe sendiri. Apa loe gak ngerti perasaan Via, hah? Via itu manusia, punya HATI!!!" Alvin hanya diam. Dan baru kali ini dia mau mendengarkan penjelasan dari orang lain.
"Nggak sekali gue lihat loe jalan sama Shilla! Sudah sering gue lihat. Kalau loe memang nggak bisa jaga Via. Ngomong secara baik-baik! Bukan gini caranya. Itu sama saja membunuh Via secara perlahan!"
Alvin melihat kearahku. Aku hanya bisa menahan air mataku yang sudah nggak kuat lagi aku tahan. Saat Alvin ingin menyebut namaku, aku langsung berlari pergi.
"Sekarang loe puas kan ??" kata Gabriel. Namun Alvin tak mendengarkannya, dia langsung mengejarku.

***

Aku pulang ke rumah tak seperti biasanya. Lalu menulis sesuatu di Diary Merahku dan kemudian tidur dengan wajah yang sangat pucat. Karena akhir-akhir ini aku sangat lemah kondisinya.

Itu mungkin karena kelelahan atau tak pernah mendapatkan perhatian dari Alvin dan tak pernah diberi kesempatan untukku berbuat baik padanya. Sambil meneteskan air mata, akupun tertidur dalam mimpi.

***

Tak lama kemudian Alvin sampai di rumah. Dia sangat kelelahan dan menunduk. Lalu dia masuk ke kamar tempatku tertidur pulas. Hati Alvin cukup sedih saat melihatku tertidur pulas dan lemah dengan air mata yang berlinang di pipiku. Ketika Alvin hendak menghampiriku, tak sengaja pandangannya tertuju pada sebuah Diary Merah dipelukanku. Dia ingat ketika dulu sebelum menikah, aku pernah bilang ke Alvin.
"ALVIN.. NANTI KALAU KITA SUDAH MENIKAH, KAMU BARU BOLEH BACA DIARY MERAHKU INI. SEKARANG KAMU MASIH BELUM BOLEH MEMBACANYA" begitu kataku dulu. Dan sekarang Alvin memberanikan diri untuk membacanya, soalnya kami sudah resmi menikah. Dia mencoba mengambil diary itu dipelukanku dan perlahan membukanya.


HAL 1 :
23 Februari..
Hari ini pernikahanku dengan Alvin. Orang yang sangat aku cintai melebihi apapun..
Tuhan, semoga aku dan Alvin selalu bahagia.

HAL 2 :
13 April..
Tuhan.. Hari ini Alvin marah padaku karena aku membelikannya meja untuk dia menikmati kopinya. Padahal aku tak ingin melihat dia meminum kopi dan membaca koran sambil berdiri. Alvin bilang kalau aku hanya menghabiskan uang saja. Padahal aku menggunakan uang tabunganku selama 1 bulan ini.
Maafkanlah aku Tuhan. Karena aku telah membuatnya marah. (Alvin menunduk karena merasa bersalah).

HAL 3 :
15 April..
Tuhan.. Hari ini Alvin sangat marah padaku karena aku telat membangunkannya. Seandainya dia tau kalau aku ikut terjaga menemaninya. Sebenarnya kepalaku sangat sakit. Tuhan, maafkanlah aku yang sudah membuatnya kecewa dan marah padaku. (Alvin meneteskan air mata seakan menyesal dengan perbuatannya dulu pada Via).





HAL 4 :
16 April..
Tuhan.. Hari ini Alvin marah lagi padaku karena aku terlambat membukakan pintu untuknya. Ini salahku karena aku tertidur. Seharusnya aku tetap berdiri didepan pintu itu sampai dia pulang. Itu sungguh salahku, maafkanlah aku Tuhan. (Alvin semakin deras meneteskan air mata)

HAL 5 :
18 April..
Tuhan.. Sebenarnya aku ingin sekali memberikan Alvin hadiah sebuah jam tangan kesukaannya. Tapi dia masih tetap marah padaku karena aku pergi sampai malam. Padahal di rumah masih ada pekerjaan yang harus aku bereskan. Itu memang salahku. Tapi aku tidak ingin membuat Alvin marah dan kecewa lagi padaku. Aku mohon Tuhan, cabutlah nyawaku. Agar aku tidak melakukan kesalahan yang sama lagi ke Alvin.

Alvin sudah tak sanggup lagi untuk membacanya, dia memandangi wajahku sebentar lalu langsung memelukku erat dan mencium keningku dengan bercucuran air mata. Perbuatan Alvin membuatku kaget dan terbangun dari tidur pulasku.

"Alvin?" kataku
"Maafkanlah aku sayang. Aku menyesal dengan perbuatanku selama ini padamu. Maafkanlah aku, aku sangat menyayangimu" ronta Alvin sambil terus menangis.
"Kamu kenapa Vin? Kamu tidak salah. Semua itu salahku" Alvin terus memelukku. Aku melihat Diaryku ditangan Alvin. Aku mulai mengerti kenapa Alvin bersikap seperti ini. Dengan perasaan bahagia dan terharu, aku membalas erat pelukkan Alvin.

"Terimakasih Tuhan. Ini berkat rahmat-Mu" ucap syukurku dalam tangis kebahagiaan.


PESAN TERAKHIR : Jangan pernah kamu sia-siakan orang yang begitu sangat menyayangimu apalagi sampai menyakitinya. Karena suatu saat kamu pasti akan menyesal. Jagalah rasa sayang seseorang itu untukmu, karena kelak dialah yang akan membuatmu BAHAGIA. :-)
Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Terlambat! [Cintaku Telah Pergi] by Amalia Faulien



"Alviiiiiiinn... ?!" teriak seorang gadis dari dalam rumah yang sangat mewah. Alvin pun lantas berlari menuju sumber suara dengan tergesa-gesa.
"Iya.. Ada apa non Via?" tanya Alvin kepada gadis itu, Via. Lengkapnya Sivia Azizah. Anak dari seorang pengusaha kaya raya. Sedangkan Alvin adalah supir Sivia. Tapi entah kenapa Sivia sangat membenci Alvin. Baginya, Alvin hanyalah seorang supir yang KAMSEUPAY! :D
"Heh, loe panasin tuh mobil gue! Abis ini gue mau pergi. Cepet!!!" suruh Sivia dengan nada kesal.
"Ba..baik non." ucap Alvin gugup. Setelah itu Alvin pun langsung melakukan apa yang Sivia suruh.



"Non Via mau kemana? Biar saya anatar." kata Alvin sopan.
"Gue mau pergi kemana kek, itu bukan urusan loe ya! Lagian, gue bisa ko pergi sendiri!" ucap Sivia sinis.
"Tapi, papa non yang nyuruh saya untuk selalu mengantar non." sela Alvin.
"Heh, gue ga peduli ya..! Udah sana minggir!!!" ucap Sivia sambil mendorong tubuh Alvin kasar. Setelah itu, ia mulai beranjak pergi. Tapi, baru beberapa langkah Sivia langsung membalikan tubuhnya kembali dan kemudian menghampiri Alvin yang masih diam ditempat.
"Oiya. Gimana kalo gue ngadu ke bokap kalo loe ga becus jadi supir gue. Biar loe di pecat sekalian... !" Sivia mengancam.
"Jangan non. Baiklah, saya tidak akan menghalangi non Via pergi." ucap Alvin mengalah.
"Baguslah kalo gitu." Sivia tersenyum memang mendengar ucapan Alvin tadi. Kemudian ia masuk kedalam mobil dan melesat pergi.



-SKIP-

(Sivia nya langsung pulang aja yaa :D)


Sivia sudah berada didepan rumahnya. Ia pun lantas membunyikan klakson agar pintu gerbangnya dibuka.
"Tiiinn.. Tiiinn.. !"

Entah sudah berapa kali Sivia membunyikan klakson mobilnya. Tetapi pintu gerbang rumah Sivia belum juga dibuka. Ia pun jadi kesal sendiri. Hingga pada akhirnya Alvin dengan tergesa-gesa membukakan pintu gerbang tersebut. Tanpa pikir panjang Sivia pun langsung menggiring (?) mobil yang dibawanya ke dalam garasi dan segera menghampiri Alvin yang waktu itu sedang menutup kembali pintu gerbang rumahnya.
"Heh, loe tuh lelet banget sih jadi orang?! Buka gerbang aja lama banget! Loe ga denger suara klakson mobil gue, hah?! Atau loe pura-pura ga ga denger, iya?!" bentak Sivia.
"Maaf non, bukannya saya ga denger, tapi sa.."
"Adduuh.. Udah deh! Alessann.. !! Loe tuh bikin gue kesel tau ga?! Dara supir ga becus, ga berguna, kamseupay loe!" Sivia memotong ucapan Alvin dengan nada suara yang menunjukkan kalau dia benar-benar marah pada Alvin. Setelah puas memaki-maki Alvin, Sivia langsung memasuki rumahnya. Sementara Alvin hanya bisa diam mendengar makian dari "NON"nya itu.



ALVIN P.O.V

Kini Alvin sedang berada di kamarnya, tiduran diatas kasus dengan memandang langit-langit. Pikirannya dipenuhi oleh Sivia. Sebenarnya, Alvin menyukai Sivia sejak ia menjadi supirnya.
"Via.. Kenapa sih, kamu ga pernah baik sama aku? Dan kenapa kamu begitu membenciku, Sivia? Apa salahku? Apa kamu tau, aku sangat menyukaimu." gumam Alvin. Tak sengaja pandangannya tertuju pada sebuah gitar miliknya yang terbujur kaku (?) disudut kamar. Ia pun mengambilnya dan kemudian mulai memainkan gitar dan bernyanyi (siap di goyang? assiikk hehe :D).


Aku cinta kamu
Tapi kamu tak cinta aku
Ku tak pernah tau apa salahku
Hingga kamu tak suka aku
Tak mau aku

Mungkin dimatamu
Aku tak pantas untukmu
Tapi tak mengapa
Aku sadari kekuranganku ini

Aku rela oh.. aku rela
Bila aku hanya menjadi
Selir hatimu untuk selamanya
Oh.. aku rela ku rela

Aku sudah bilang
Ku kan terus mengagumi
Ku kan terus cinta
Terus merindu
Meski kau diam saja
Kau diam saja

Aku rela oh.. aku rela
Bila aku hanya menjadi
Selir hatimu untuk selamanya
Oh.. aku rela ku rela


Alvin mengakhiri lagunya dengan sempurna. Ia pun meletakan gitarnya kembali disudut kamar. Kemudian merebahkan tubuh dan mencoba memejamkan mata bersiap untuk tidur (nice dream yah ^_^).



Keesokan harinya. Sivia sedang bersiap untuk berangkat sekolah. Dia menyisir rambut panjangnya, membenarkan tatanan dasinya dan bersiap untuk turun dari kamarnya.
"Alviiinn... !" teriak Sivia seraya menuruni anak tangga.
(perasaan tuh dari tadi teriak-teriak mulu nih bocah :D). Alvin yang saat itu sedang menyiapkan mobilpun lantas mendekat.
"Iya non." kata Alvin.
"Loe udah siapin mobil gue?" Sivia bertanya pada Alvin dengan nada suara yang一yaah seperti biasa. KETUS!
"Sudah non. Oiya, sarapan dulu non. Makanannya sudah saya siapkan di meja." balas Alvin ramah.
"Ga salah? Emang mbo Yum kemana? Kenapa jadi elo yang nyiapin sarapan?"
"Mbo Yum sedang pulang kampung non. Anaknya lagi sakit." jawab Alvin.
"Oh yaudah. Loe tunggu dimobil sana! Gue mau sarapan dulu." sengit Sivia. Kali ini Alvin tidak menjawab, dia hanya mengangguk pelan dan pergi menuju mobil.



-SKIP-

Sivia sudah sampai di sekolahnya yaitu SMA Luxurious #haha ngarang. Bukannya itu ucapan mantera di film Harry Potter ya? :D abaikan!.一Ia pun langsung menuju kelasnya.



@kelas

Setelah sampai didalam kelas. Sivia langsung disambut oleh teman-temannya. Mereka adalah Ify dan Pricilla.
"Pagi Via.. !" seru mereka [prissy-ify] kompak.
"Pagi juga." bales Sivia datar.


Teett.. Teett.. !
Bel masuk telah berbunyi. Tak lama kemudian datanglah pak JOE guru Bahasa Inggris yang super membosankan itu menurut Via. Selama pelajaran berlangsungpun Sivia enggan memperhatikan pelajaran dari pak JOE. (jangan ditiru yaa? ini diluar kuasa editor. mungkin pengalaman pribadi writer yang terpendam :P).



-SKIP-

Istirahat Sekolah.

"Vi.. Ke kantin yuk! Laper nih." ajak Prissy.
"Mmm.. Gue di kelas aja deh, lagi males gue." jelas Via ogah-ogahan.
"Oh yaudah kita kantin yaa.." tambah Ify.
"Iya.." bales Via ketus.

Setelah semuanya pergi, Sivia pun sendirian di kelas (ya iyalah, sama sapa lagi? orang udah pada pergi semua. hehe).一 Ia melipat kedua tangannya diatas meja dan kemudian menelungkupkan wajahnya. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Sekilas ia mengangkat wajahnya untuk mencari tau siapa yang telah menepuk bahunya itu.
"Vi, tumben loe ga ke kantin?" tanya seseorang itu.
"Eh, elo Day. Yaa ga papa sih, lagi males gue. Oiya, sejak kapan loe disini?" Sivia balik bertanya pada laki-laki yang dipanggil "Day" itu. Lengkapnya Nurwahid Hidayat. Teman Sivia yang kelasnya bersebelahan dengan kelas Sivia tersebut. Dayat 10.2 sedangkan Sivia di kelas 10.1 (assiikk dah! itu kelas gue [tatang heriana] waktu masih kelas 10 [10.1]. writer-nya sekalian nostalgia kali yah? kebetulan sekelas juga waktu itu. hehe abaikan!).
"Baru aja ko. Tadinya sih gue mau ke kantin, eh pas gue liat loe ada di kelas? Yaudah gue samperin aja. Ga jadi ke kantin deh gue. Hehe :D." jelas Dayat sambil nyengir gaje (baca aja ga jelas :P).
"Issh.. Aneh banget sih loe, Day?!" sementara Dayat hanya senyam-senyum gaje lagi mendengar penuturan Sivia :D



-SKIP-
(ebusset kebanyakan skip sih? kaya kereta api aja :P).


Pulang Sekolah. Sivia kini tengah menunggu jemputannya didepan gerbang sekolah. Nampaknya dia agak sedikit kesal.
"Ihh.. Lama banget sih tuh supir! Niat jemput gue ga sih?!" Sivia berdecak. Kemudian mendengus kesal. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hijau tosca berhenti tepat dihadapan Sivia. Perlahan kaca mobil itu menurun dan terlihat Dayat didalamnya.
"Dayaat.. Loe belum pulang?" tanya Sivia (aneh nih bocah. yang harusnya nanya tuh bukannya Dayat yah? ko malah dia sih? haha. aneh banget ya Sivia tuh? abaikan!).
"Ini baru mau pulang. Loe juga belum pulang sih?" tanya balik Dayat.
"Gue lagi nunggu jemputan nih." jawab Sivia.
"Loe yakin mau nunggu dijemput? Mending loe pulang bareng gue aja deh. Daripada loe nunggu disini sendirian, lagian sekolah juga udah sepi kali.." ajak Dayat panjang lebar kali tinggi :D.
Sivia diam. Nampaknya ia sedang menimbang-nimbang ajakan Dayat barusan.
"Mmm.. Boleh deh." akhirnya Sivia pun menerima ajakan Dayat untuk mengantarnya pulang.
"Yaudah ayo naik!" Sivia pun lantas menaiki mobil Dayat. Tak lama kemudian mobil itu sudah melesat meninggalkan lingkungan sekolah.



ALVIN P.O.V


"Arrrggghhh.. Siall!! Gimana nih, pasti non Via marah besar sama aku gara-gara ga jemput dia tepat waktu! Lagian nih mobil kenapa pake acara mogok segala sih?! Shit!!" Alvin berdecak kesal. Akhirnya ia pun mobil Sivia ke bengkel.



AUTHOR P.O.V

Sivia ini sudah sampai didepan rumahnya.
"Makasih yah, udah mau nganterin gue" ucap Sivia.
"Iya. Yaudah Vi, gue balik dulu yah?" pamit Dayat.
"Oke. Ati-ati, Day." pesan Sivia. Dayat mengangguk. Kemudian ia pun menjalankan mobilnya pulang. Setelah Dayat pergi, Sivia langsung masuk kedalam rumah.


@Sivia's Home ^_^

"Ko rumah sepi banget sih? Tuh supir kamseupay juga kemana lagi?!" Sivia mendengus kesal. Tubuhnya ia hempaskan di kursi ruang tamu.
"Gue telfon aja deh." Sivia mengambil ponsel dari saku seragamnya. Kemudian menghubungi nomor Alvin.

Tuutt.. Tuutt..
Ponsel Alvin berbunyi pertanda ada panggilan masuk. Dilihatnya mana Via pada layar ponselnya. Ia pun segera mengangkat telfonnya.
"Ha..hallo non." ucap Alvin gugup.
"Heh, dimana loe?! Kenapa tadi ga jemput gue?!" Sivia membentak Alvin tanpa ampun (?) #bussett! Galak amat.
"Maaf non, mobilnya tiba-tiba mogok. Jadi saya terpaksa ga jemput non, dan sekarang saya lagi di bengkel non." jelas Alvin.
"Yaudah. Loe urus tuh mobil gue, dan gue ga mau tau pokonya tuh mobil udah harus beres malem ini juga! Ngerti loe?!"
"Ba.." tut.. tut.. tut.. !
Belum sempat Alvin menjawab, Sivia sudah memutuskan sambungan telefonnya.



Malam harinya. Sivia menonton TV diruang tengah sendirian. Tiba-tiba Alvin datang dan menghampiri Sivia yang sedang fokus menatap layar televisi.
"Maaf non, saya pulang terlambat." sesal Alvin. Sivia mengalihkan pandangannya kearah Alvin. Namun ia tak merespon sedikitpun ucapan Alvin. Dia hanya memandang Alvin dingin. Kemudian Sivia bangkit dari duduknya tanpa memperdulikan Alvin sedikitpun.
"Non.. !" panggil Alvin respect. Sivia menoleh dengan malas.
"Mau apa lagi sih?" pikirnya.
"AKU MENCINTAIMU SIVIA!" ucap Alvin lantang tanpa ada keraguan sedikitpun. Sivia kaget bukan main mendengar pernyataan Alvin barusan. Ia pun mendekati Alvin yang saat itu masih berdiri di ruang tengah dan..
"PLLAAKK!!!" sebuah tamparan keras berhasil mendarat (pesawat kalee :D) di pipi Alvin.
"Lancang!! Sekarang juga loe gue pecat!!!" bentak Sivia emosi. Tanpa berkata apa-apa lagi Sivia langsung menuju kamarnya.
Sementara Alvin masih memegang pipinya yang sudah mulai berdenyut. Ia masih shock dengan apa yang Sivia lakukan padanya. Perlaha ia mulai sadar dan kembali ke kamarnya.



@Kamar Alvin

Alvin kini tengah membereskan barang-barangnya. Untuk apa lagi dia disini? Bukankah ia sudah dipecat? Dia akan pulang ke kampung halamannya yaitu Malang. Sebelum benar-benar pergi, Alvin menulis surat untuk Sivia. Setelah selesai menulis susah, ia pun meletakkannya di meja lampu samping tempat tidur. Untuk beberapa saat Alvin melihat kamarnya. Setelah merasa cukup, Alvin pergi dari rumah Sivia tanpa pamit malam itu juga.


Keesokan harinya. Sivia baru bangun dari tidurnya. Entah kenapa ia ingin melihat kamar Alvin. Sivia turun dari kamarnya dan segera menuju kamar Alvin. Sesampainya disana, Sivia sempat heran karena ia tidak menemui barang-barang milik Alvin di kamarnya. "Apa dia bener-bener sudah pergi dari rumah gue?" pikirnya. Sivia mengedarkan pandangannya lagi dan tidak sengaja melihat sebuah surat diatas meja lampu. Kemudian ia mengambil surat itu.
"Surat?" keningnya berkerut perlahan. Ia pun mulai membuka surat itu dan membacanya.


Hai Sivia ^_^

Mungkin saat kamu baca surat ini, aku sudah tidak disini lagi.
Di rumah kamu.

Mmm.. Maafin aku yah Sivia, selama menjadi supirmu aku selalu membuatmu kesal dan marah.
Dan maaf jika aku sudah lancang karena telah MENCINTAIMU.
Aku memang ga tau diri. Seorang supir yang sering membuat majikannya kesal bahkan dengan sangat lancang mencintainya.
Semoga kamu mendapat supir yang lebih baik dari aku ^_^
Baiklah.. Aku kira sampai disini aja. Jaga dirimu baik-baik Sivia.
AKU SELALU MENCINTAIMU :)


ALVIN J.S



Sivia diam terpaku setelah membaca surat itu. Matanya mulai berkaca-kaca. Refleks. Surat itupun terjatuh dari genggamannya bersamaan dengan jatuhnya air mata dipipi mulus Sivia. Ia menangis karena merasa bersalah sama Alvin.
Ga seharusnya dia menampar dan berbicara kasar pada Alvin. Sivia benar-benar merasa menyesal sekarang.
"Alvin, maafin aku..." ucap Sivia lirih. Masih dalam keadaan menangis. Sivia baru sadar kalau Alvin benar-benar mencintainya. Namun, kini semua sudah terlambat. Alvin telah pergi meninggalkannya. Entah akankah Sivia dapat bertemu kembali dengan Alvin dilain waktu? Akankah Sivia akan menemukan seseorang yang begitu mencintainya seperti Alvin? Kita tidak tau. Hanya Tuhan yang dapat menjawab semua itu.


The End ! Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

The Most Craziest School


Angin pagi berhembus ria menerpa pohon-pohon rindang yang masih enggan terbangun dalam lelapnya. Sedangkan tetesan embun terjatuh lembut menimpa rerumputan yang terhampar luas di pekarangan. Burung-burung seakan menyanyi dan menari diatas dahan. Hingga sang suryapun mulai tergoda untuk menampakkan sosoknya ke bumi.

Suasana kota Bandung masih berkabut. Jam dinding telah membentuk sudut lurus 180 derajat dari angka 6. Namun ternyata penghuni kamar yang ber-cat biru muda pada sebuah rumah mewah itu belum juga tergugah untuk bangun melepas mimpinya. Jam weker terus dan terus berbunyi. Mentari pagi semakin meninggi dan sinarnya pun sudah ikut menerobos celah-celah rumah tersebut. Terdengar langkah kaki dibalik pintu kamar itu tampak seorang anak cowo yang bertubuh mungil, berkulit putih, berambut hitam pekat serta berpakaian seragam putih merah membawa sebuah ember berisi air. Wajahnya terlihat ceria. Semakin lama langkah anak cowo tersebut semakin bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Setelah sampai ditempat tujuannya. Dia terdiam sejenak untuk menghela nafas sekuatnya. Dan tiba-tiba...

"Byuuuurrrrr!!!" disiramkannya air tersebut pada dua sosok manusia yang masih tertidur pulas

"Huuaaaaa... Banjiiiiirrr! Maah, Paah tolong ada banjir!" teriak sang penghuni kamar, yakni Sivia dan Shilla

Suasana kamar menjadi kacau balau. Sivia langsung menarik selimut bermaksud untuk berlindung dari banjir. Sedangkan Shilla hanya mengikuti Sivia berlindung dibelakangnya. Melihat kejadian yang super langka tersebut, Deva hanya tertawa ria se-ria-rianya #ampun dah

"Ha ha ha... Emang enak Deva siram?!" sontak Deva seraya menolak pinggang

"Devooong! Kurang ajar banget sih loe!" sewot Shilla

"Assem loe ah! Dasar curut got!" sambung Sivia dengan memasang wajah garang

"Rasain nih!" lempar Shilla pake bantal

"Eitss ga kena! Weee :P. Kabuuurr!" Bocah jail itu kabur dengan kecepatan 2000 m/detik

"Devaa sini loe!" teriak Sivia dan Shilla yang kemudian berlari mengejar Deva dengan keadaan tubuh yang lumayan basah kuyup

###

Semilir angin masih berhembus. Semakin hangat karena mentari kini semakin beranjak tinggi. Terlihat sesosok gadis remaja seusia SMP sedang berdiri didepan rumahnya. Tangan gadis tersebut memegang tali tas yang terikat menggantung indah di pundaknya. Kalo dilihat dari fisik, gadis itu memang terlihat manis. Dari ujung rambut hingga telapak kaki sungguh sangatlah perfecto. Rambut yang dikuncir dua kebelakang, bedak yang terpoles tipis diwajah, lengan yang dilipat satu kali keatas, rok mini yang menggantung 1 cm diatas lutut, disambung dengan kaos kali putih yang menyelubungi betisnya serta sepatu casual yang berwarna hitam itu ikut mewarnai keanggunan sang pemakainya #kebayang ga tuh cantiknya??

"Riiooo! Ngapain aja sih loe didalem? Lama banget ikh" ceplos Ify (gadis tadi) sangat kesal

"Loe kira nunggu itu enak, apa?" gumamnya lagi. Lalu ia masuk kedalam

Sesampainya didalam rumah, terlihatlah sosok anak cowo berbaju seragam putih bercelana boxer sedang asyik makan chitato sembari menonton kartun favoritnya, Spongebob. Ketika sedang asyiknya berduduk sila diatas kursi. Tiba-tiba...

"Plaakkk!"

"Adaawwhh! Sakit ikh" rintih Rio kesakitan karena kepalanya dibanting tas oleh Ify

"Emang enak gue pukul?!" sinis Ify melipat tangan

"Elo tuli, apa? Tadikan gue udah bilang sakit, S.A.K.I.T = SAKIT!. Elo masih pagi udah ngajak ribut sama gue? Seenaknya aja maen pukul-pukul kepala gue. Kalo gue insomnia gimana?" emosi Rio

"Amnesia kali. Elo tuh bego boongan apa bego beneran sih? Noh liat jam berapa?" menyodorkan jam tangan

"Astaga naga! Kenapa loe ga bilang dari tadi sih? Gaswat nih, bisa telat!" Rio terlihat panik. Dia memasukkan semua buku kedalam tasnya dan langsung memakai sepatu

"Ayo berangkat! Nanti bisa telat!" ajak Rio menarik paksa tangan Ify. Sedangkan Ify hanya pasrah walaupun diseret-seret sama Rio sampe ngesot gitu #haha lebay

"Ayo naik Fy!" suruh Rio yang udah siap diatas motornya. Ify hanya terdiam menolak pinggang

"Ayo cepetan naik! Tadi ngebet banget ngajak berangkat!" oceh Rio lagi
"Woy! Ayo cepetan naik. Malah bengong"

"Sumpah demi apapun Yo. Loe tuh bener-bener bego! Idiot!" bales Ify

"Elo ngeledek gue, Fy? Bukannya yang idiot itu Debo, yah?" Rio tak mau kalah dengan Ify

"PLAKKK!! Sembarangan loe kalo ngomong"

"Adaawwhh! Sakit tau. Lagian loe doyan banget sih nabok gue? Ayolah berangkat!" samber Rio lagi sambil mengusap kepala bekas pukulan Ify

"Elo serius mau berangkat?" Ify mendekatkan mukanya ke Rio

"Ga usah gitu juga kali, serem tau muka loe. Hehe peace!. Ya iyalah serius, emang ada apa sih? Binggung gue sama loe"

"ELO KAN MASIH PAKE BOXER, BEGO!!" bentak Ify. Rio langsung respect liat kebawah

"Busyet dah! Haduuhh parah" gumamnya sambil menepuk jidat. Kemudian Rio langsung lari kedalam rumah

"Dasar orang aneh. Dosa apa gue punya sepupu kaya gitu, NGGA BANGET" ucap Ify kesal

###

At Idola's Junior High School.
Sekolah terfavorite di wilayah Bandung Dua. Sarananya yang sangat lengkap serta tempatnya yang strategis itu membuat sekolah ini terlihat sangat mewah. Bahkan lingkungan yang Go Green pula menambah suasana yang indah dan sejuk. Sehingga tak sedikit juga siswa yang betah di sekolah. Bukan hanya itu aja, sekolah ini sangat berprestasi lho dibidang akademik maupun non akademik. Banyak piala-piala dan piagam-piagam yang didapat setiap bulannya #assikk. Terutama dalam bidang olahraga, tepatnya Basket. Mungkin bisa dikatakan hanya tim basket IdolStar-lah yang sering menyumbang piala tiap event-nya. Tim gawangan RiDebo cs ini merupakan tim terhebat dan terfavorite di wilayah Bandung #hehe.

Bel masuk berbunyi nyaring terdengar disetiap penjuru kelas. Anak-anak berhamburan seperti rombongan kambing yang terbebas dari kandangnya #haha.

Di sebuah koridor kelas, Debo sedang jalan dengan santainya ditemani alunan lagu band kesukaannya.

"Deboo!" tegur seeorang yang berjarak 4 meter dibelakangnya. Dan ia menengok...

"Oppp... (?)" cowo tadi ternyata melempar bola basket kearah Debo dan hampir mengenai kepalanya. Untung si Debo tangkas, jadi ga kena deh #good job De.. Hehe
"Wiisstt... Keren loe, De. Hehe :D" puji Cakka, sang pelempar

"Huuhh! Untung aja ga kena muka gue, Kka. Kalo kena, gue bisa brabe juga" respon Debo seraya mendribble bola basket tadi

"Hehe.. Sorry deh, masbro. Oh iya, Rio mana yah? Ko tumben belum dateng?" tanya Cakka

"Kaga tau gue juga, Kka. Mau ngerasain telat kali? Hehe"

"Kalo Ify? Loe ko ga bareng Ify??" tanya Cakka lagi #haha

"Busyett dah! Banyak nanya juga loe, Kka. Atau jangan-jangan loe sepupunya dora, yah? Hahaha. Kan biasanya juga dia bareng sama Rio berangkatnya" jawab Debo lagi

"Oh iya-yah gue lupa. Tapi kenapa gue jadi pikun gini, sih?" tanya Cakka pada diri sendiri

"Yaa mungkin karena faktor usia, kali. Hahaha" mereka ketawa ria berjamaah sambil jalan menuju kelas

###

"Yaa Tuhan. Makasih banget, Engkau telah memberi keselamatan pada hamba. Amin" doa Ify ketika sampe di parkiran sekolah

"Lebay loe, Fy!"

"Eh suka-suka gue dong. Mulut-mulut gue, doa-doa gue, kenapa elo yang repot?!" bales Ify

"Tapi thanks yah grandong, atas tumpangannya" ceplosnya lagi dan berlalu begitu aja

"Eh Ify! Tunggu dulu, ngapa? Maen tinggal-tinggal aja. Dasar lampir, loe!" celoteh Rio ga mau kalah

"Bodo amatt! Weeeh :P"

"Sini loe! Ketangkep, gue jitak" Rio mengejar Ify

"Haaaaaaa... Kabuuurr!" Ify melesat sangat cepat bahkan lebih cepat dari jet coster yang sedang masa percobaan di lapangan. Dan Rio juga ga mau kalah dengan Ify, dia berlari dengan kecepatan 200 KM kecepatan cahaya #haha. Namun saat Ify mencoba belok dari persimpangan kelasnya, dia dikagetkan oleh sosok Shilla yang mendadak ada didepannya #loe kira jin tomang, apa? :D.

"Brraaaakkk!!"

"Adaawwhh!" rintih keduanya

"Eh sorry-sorry, Shil. Elo ga apa-apa, kan?" tanya Ify

"Iya. Gue ga apa-apa, ko. Elo lagi ngapain, sih? Pake lari-larian segala, kaya dikejar setan aja" tanya Shilla setelah bangun dari jatohnya

"Ya elah Shil, yang ini lebih serem lagi dari setan!"

"Hahh?! Serius loe?" kaget Shilla

Sosok Rio mulai terlihat Ify dari jauh. Suaranya semakin dekat dan semakin menggema ditelinga Ify.
"Nenek Lampir! Sini loe?!" teriak Rio dari jauh

"Itu Shil, itu orangnya. Gue kabur dulu yah. Byee!"

"Ify. Tunggu dulu! Yaaahh, dasar aneh tuh bocah"

Lima detik setengah kemudian Rio nyampe ke tempat Shilla tadi

"Huuhh.. huhh.. Eh Shil, kemana perginya tuh Nenek Lampir?" kata Rio ngos-ngosan

"Apa? Nenek Lampir? Gue kan belum kenalan sama tuh orang, jadi gue ga tau deh" jawab Shilla memasang wajah polos

"Tadi lho yang barusan sama loe, disini" tegas Rio lagi

"Maksud loe, Ify? Tadi sih kesana. Eh tapi, lagi ngapain sih kalian?! Pake acara kejar-kejaran segala" tanya Shilla balik

"Ceritanya panjaaaaanngg banget. Pokonya lebih panjang dari jalan tol Cipularang :D"

"Lah, ko bisa sih?" Shilla mengerutkan kening

"Pokonya bisa deh. Hehe, gue cabut dulu yah. Daaahh!" tanpa ngasih jawaban yang pasti, Rio langsung kabur ninggalin Shilla sendirian #waduh parah!

"Haduuuuhh! Roman-romannya tuh dunia ini mau kiamat deh?! Pada aneh semua" gumam Shilla seraya melanjutkan langkahnya ke kelas

###

@kelas 9.2

Kelas terindah dan terfavorite yang digawangi sama Rio itu terlihat rame. Setiap baris kursinya terisi penuh oleh siswa. Berjuta kegiatanpun sudah mulai dijalani para penghuni kelas 9.2 tesebut. Dari mulai bercanda ria, bergosip ria, lempar-lemparan kertas ria, bahkan sampai ber-ria-ria lainnya juga #hehe

"Muka loe kenapa sih, Siv? Ga seperti biasanya deh" tanya Zahra yang lagi duduk disebelah Sivia

"Oh. Ngga apa-apa ko, Ra. Gue cuma lagi kesel aja sama adik gue" jawab Sivia yang mengubah posisi duduknya kehadapan Zahra

"Maksud loe, Shilla?!" ceplos Zahra sedikit keras. Sampe-sampe Shilla yang lagi duduk sama Agni didepan, menengok

"Elo pada ngomongin gue?" kata Shilla respect setelah mendengar namanya disebut

"Ngga ko. Ngapain juga ngomongin loe? Kurang kerjaan banget. Hahaha" tembal Sivia

"Huuhh... Dasar gembrot!"

"Enak aja loe ngatain gue gembrot. Daripada loe, ganjen!" bales Sivia ga mau kalah

"Iiikkkhhh.. Ngajak ribut nih anak" tantang Shilla yang menyingsingkan sedikit lengan bajunya

"Oke. Siapa takut?! Sini loe!" tantang balik Sivia

Sedangkan Zahra dan Agni yang ga tau apa-apa hanya terheran-heran dan berbalas isyarat satu sama lain

"Kenapa sih?" tanya Agni secara isyarat ke Zahra

"Gue juga ga tau, Ag" bales Zahra mengangkat pundak

"Please! Please, Agni. Jangan pisahin gue, gue mohon" serobot Shilla yang mendorong-dorongkan badannya ke Agni

"Jangan pegangin gue, Ra. Please, Ra. Jangan pegangin!" Sivia juga kumat

"Stooooppppp!!" lerai Agni dan Zahra

"Kalian berdua tuh kenapa sih?!" tanya Agni sedikit kesal

"Iya nih. Pada aneh semua" sambung Zahra

"Hehehe. Gue juga ga tau" Sivia dan Shilla nyengir

"Hhhuuuuuuuuu dasaaaarr!" Zahra dan Agni mengacak rambut mereka berdua

Namun sesaat kemudian, suasana kelas 9.2 itu semakin ga jelas ketika Gabriel, Cakka dan Debo tiba disana

"Halloooohhhaaaa... Hai semua?? Gue. Berdiri. Disini. Cuma. Ingin. Bilang. Kalo..." ucap Gabriel sedikit gagap

"Elo kenapa sih, Yel? Perasaan tuh tadi elo baik-baik aja deh" tanya Cakka

"Oke-oke deh. Semuanya harap tenang yah, berhubung Gabriel lagi gagap serta seorang Rio yang ga tau lagi dimana adanya? Jadi terpaksa deh gue yang ngomong. Gue cuma mau nyampein aja kalo sekarang tuh kita... kita...
GA JADI ULANGAN MATEMATIKA!!!" jelas Debo

"Yeeaayy! Horeeee!" teriak semua siswa kelas 9.2

"Yaaahh... Kenapa ga jadi?" tanya Zahra si Mrs. Clever

"Huuuhh belagu loe, Ra!" senggol Sivia

"Yang belagu siapa?"

"Ello!"

"terus, MASALAH BUAT LOE?!" ledek Zahra

"MASALAH BANGET BUAT GUE! Weee :P" Sivia ga mau kalah

"Oh iya, De. Emang mau ada apaan sih?" lanjut Sivia, nanya ke Debo

"Hari ini kan hari guru se-indonesia, Siv. Jadinya kita semua tuh dibebasin dari pelajaran gitu. Haha bahasanya lebay, yah?" jawab Debo #assiik

"Ouh.. Syukur deh. Ngga ko. Hehe" bales Sivia lagi sambil berjalan

"Siv! Mau kemana, loe?" teriak Agni

"Gue mau ke toilet, bentar!"

"Kebelet yah, bu Sivia? Hahaha" sambung Shilla

"Sotoy, loe!" Sivia semakin buru-buru

"Awas ada yang nyulik! Hehe" lanjut Zahra

"Weee :P. Biarin!" Sivia melet dan kemudian dia langsung melanjutkan langkahnya menuju toilet


###


"Wadduuhh!! kebelet nih gue" gumam Sivia sambil memegang perutnya serta berlari kecil

Sesampainya deket toilet, tiba-tiba dia menabrak seseorang yang tak dikenalnya..

"Brraakkkkk!!!"

"Addaawwhh!!"

"Eh sorry-sorry yah gue buru-buru soalnya" kata Sivia

"Oh iya ga apa-apa ko, nyantai aja" jawab orang itu sambil tersenyum manis


"Sorry banget, yah. Abisnya gue kebelet banget, nih" lanjut Sivia yang langsung masuk ke toilet

"Oh iya ko ga apa-apa" respon cowo tadi. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkan toilet

5 menit berlalu #hehe

"Huuftt! Akhirnya lega juga. Eh! Cowo tadi kemana, yah? Ko ga ada, sih? Perasaan tuh tadi disini, deh?"

"Tapi tau akh. Emangnya gue pikirin? Belum tentu juga dia mikirin gue. Hehe :D" kata Sivia bermonolog

Sivia pergi dari toilet. Dengan wajah yang cerah dan sedikit senyum dibibirnya, dia melangkah menuju kelas. Langkahnya mulai dipercepat bahkan 5X lebih cepat dari sebelumnya. Ditengah perjalanan, Sivia berhenti. Dia melihat sesuatu yang aneh terjadi di sekolah ini. Sejenak tangannya menggaruk perlahan kepala yang keliatan tidak gatal itu.

"Anak-anak pada kenapa, yah? Berlarian ga jelas, gitu" gumam Sivia

Tanpa disadari olehnya, ternyata anak-anak cewe kelas 9.2 pun ikut menghilang terbawa arus kelas tetangga. Akhirnya terpaksa Sivia ikut berlari menuju lapangan basket yang menjadi pusat pelarian tersebut #gue ga ngerti-_-?

"Eh Shill, ada apaan sih? Rame banget disini. Emang ada pembagian sembako di sekolah ini?" tanya Sivia ke Shilla yang kebetulan udah duluan nyampe disana

"What? Sembako? Yang bener aja, loe? Disini tuh ya, bukan tempat pembagian sembako. Noh, disana baru iya! Silahkan ngantri, bu" ledek Shilla mencubit 2 pipi milik Sivia

"Ikh apaan sih, loe?! Pake acara pegang-pegang pipi gue segala. Pipi gue ini mahal, tau?!"

"Sumpeh, loe? Mahal?! Apa ga salah? Di pasar loak tuh ya, model kaya gini goceng dapet 3 :D" ledek Shilla lagi

"Plakk! Sembarangan kalo ngomong. Ada apaan sih, ini?" Sivia makin penasaran

"Emh.. Ini.. Apa.. Anu? Gue juga kaga tau, sumpah? Gue kan cuma ngikutin anak-anak doang :D" jelas Shilla sembari nyengir tanpa dosa

"Gubrraakk! Kenapa loe ga bilang dari tadi, sih?"

"Hehe. Peace!" kata Shilla. Lalu mereka menyelundup untuk menerobos kerumunan anak-anak

"Alvin??" kata Shilla

"Alvin siapa, Shill?" tanya Sivia yang ga dihiraukan oleh Shilla

"Huuaaaaa Alviiiiiiinn..." histeris Shilla

"Eh Shill. Elo kenapa, sih? Kesurupan? Apa kemasukan setan?" tanya Sivia respect

"Sama aja, bego! Itu lho, Siv. Alvin, Alvin Jonathan. Tau ngga?"

"Ouhh Alvin Jonathan, yah? Hehe. Gue ga tau, Shill" ucap polos Sivia

"Yaahh.. Gubraakk! Masa loe ga tau, sih? Dia kan Cover Boy"

"Alviiiinn.. I LOVE YOU SO MUCH" teriak Shilla lagi sambil mencium telapak tangannya dan mengarahkannya ke Alvin

"Ampun dah tuh bocah. Kampungan banget sih? Baru juga liat cowo bening dikit, udah nyosor aja kaya bebek. Heeuuh dasar GANJEN, loe!"

"Oh iya. Cowo itu kaya cowo yang gue tabrak di toilet, yah? Akh. Masa, sih? Emangnya dia artis, yah? Tapi ga tau juga deh" batin Sivia berbicara

"Alviiiinn... Alviiiinn..." teriak semua cewe disitu. Sivia mulai merasa risih akan hal tersebut. Dia mencoba keluar dari kerumunan. Walaupun sangat sulit sih, tapi harus tetep berusaha yah, Sivia #kowawa! :D

"Itu bukannya cewe yang nabrak gue di toilet, yah? Tapi kenapa dia pergi? Jadi penasaran, gue. Dasar cewe misterius" kata Alvin dalam hati

"Eh tunggu bentar yah, gue ada perlu. Nanti gue kesini lagi, ko. Maaf yah :D" jelas Alvin kepada para fans-fansnya yang lagi minta foto or cuma minta tanda tangan doang

Alvin mengejar Sivia yang lagi berjalan sedikit gancang. Dia mencoba memanggilnya walaupun belum tau nama Sivia

"Hei? Tunggu!" teriak Alvin sedikit lari. Sivia mulai berhenti dari langkahnya dan menengok kearah Alvin

"Elo manggil gue, barusan?" tanya Sivia

"Iya. Emh.. Anu.. Gue cuma mau minta maaf aja soal tadi pagi di toilet"

"Ohehe. Ga apa-apa ko, nyantai aja. Lagian gue juga sih yang salah" Sivia nyengir dengan terpaksa

"Gue Alvin. Kalo boleh tau, nama loe siapa?" kata Alvin menyodorkan tangan

"Sivia.."

"Oh iya. Gue ko baru liat elo di sekolah ini, yah?" tanya Sivia

"Hehe. Ya iyalah, gue kan murid baru disini"

"Ouuhh murid baru toh? Eh tapi. Anak-anak lain ko udah pada kenal loe, sih? Lah, gue? Gue ga kenal loe sama sekali" tanya Sivia sambil meniup poninya yang menggantung indah di jidat

"Emh iya. Anu.. Gu.. Gue juga ga tau. Mereka bisa kenal gue darimana. Iya bener itu" jawab Alvin sedikit gugup

"Ya udah deh. Gue ke kelas dulu, yah?"

"Gue ikut dong, boleh?" Alvin meminta

"Apa?! Ikut? Emang loe kelas apa?" sontak Sivia

"Gue kelas.. Gue kelas apa, yah?" gumam Alvin sambil menggaruk kepalanya

"Ka Alviiiinnn! Darimana aja sih, loe?! Dari tadi gue cariin, juga!" oceh Oik (adik Alvin) yang baru dateng

"Dari tadi juga gue disini, kali. Loe tuh yang keganjenan pergi kemana-mana" bales Alvin sedikit males

"Ikh sotoy banget sih, loe. Terus ini, siapa? Gebetan baru?!" tanya Oik. Sivia hanya mengangkat alis. Tanda keheranan

"Bukan! Sotoy!" ucap Alvin sambil menyubit pundak Oik

"Auwh.. Sakit tau!"

"Ya udah deh gue duluan, yah!" kata Sivia berlalu

"Sivia, tunggu!" teriak Alvin mencoba mengikuti Sivia

"Ka Alviiinn! Gue ikut!" teriak Oik

"Sana ke kelas loe aja!"

"Heeuuhhh! Nyebelin ikh" kesal Oik dan kemudian pergi ke kelas barunya

###

"Eh-eh-eh. Kalo diliat dari deket sih, yayang Alvin itu cakep buangett, sumpah!" gehger Shilla

"Iya bener banget, Shill. Senyumnya itu lho? Huuaa ga nahan, gue" sambung Agni

"Yaaahh. Kalian sih enak bisa liat Alvin dari deket. Lah, gue? Gue cuma keinjek-injek sama anak-anak doang" kata Zahra manyun

"Itu sih derita loe, yah? Hehe. Peace!" bales Agni

"Ikh jahat loe, Ag!" bibir Zahra makin manyun 2 cm

"Ehh. Kalian tau Ify, ngga? Dari pagi gue belum liat dia ke kelas, sih?" tanya Shilla

"Oh iya, yah. Sivia juga kemana?" sambung Zahra

"Emh.. Setau gue sih ya, si Ify tuh tadi pagi lari-larian ga jelas" jelas Agni sambil memukul-mukul dagu pake jari telunjuknya

"Iya bener. Gue juga sampe ditabraknya, malah" bales Shilla. Zahra hanya diam, ga tau apa-apa #hehe

Beberapa detik kemudian. Sosok Sivia datang menghampiri Shilla CS

"Viiong! Kemana aja sih, loe?" tanya Shilla

"Iya nih. Kabur-kabur mulu kaya tarzan" timpal Agni

"Elo udah ketemu Alvin belum, Siv?" lanjut Zahra

"Jadi gue harus jawab yang mana dulu, nih?"

"Terseraaaahh!" teriak Shilla, Agni dan Zahra

"Oke-oke gue ceritain deh kronologisnya. Gini nih, tadi pagi kan gue tuh ke toilet. Pokonya ga tau kenapa perut gue super duper kebelet, suer!. Terus pas gue nyampe sana, gue ga sengaja nabrak seorang cowo yang mukanya tuh asing banget buat gue" penggalan kata Sivia

"Cowo siapa?!" tanya mereka semangat

"Sabar dulu, ngapa?! Tadi katanya suruh dijawab satu-satu"

"Oke deh, peace!" kata Agni

"Terus?" ucap Zahra

"Nah. Disitu gue sempet minta maaf ke dia, tapi gue langsung masuk ke toilet. Kalian tau sendiri kan kalo gue kebelet, gimana?"

"Lalu?"

"Yaa disitu gue buang air, lah" ceplos Sivia

"Yang itu jangan diceritaiiinn!" sontak Shilla

"Eh santai bos. Peace! Damai-damai. Abis itu gue langsung balik dah ke kelas. Eehh.. Tapi pas nyampe kelas, gue super panik! Keliatan kan dari mimik muka gue?" jelas Sivia sambil menunjuk-nunjuk mukanya

"Kaga!! Lebay loe, Siv. Emang panik kenapa?" kata Shilla lagi

"Yaa gimana mau ga panik? Orang pas gue ke kelas ga ada manusia sama sekali. Gue bingung, dong? Makannya gue ngikutin anak-anak kelas tetangga sebelah yang kaga tau pada mau ngapain berlarian ke lapangan basket?"

"Terus??"

"Nabrak!! Puas, loe?! Hahaha" ledek Sivia

"Siviiaaaaaa!!!" teriak Shilla CS mulai garang

"Oke peace! Sabar mba, sabar. Kalian tau ngga? Disana tuh ya, udah kaya pasar dadakan deh. Rame banget!! Terus disana gue juga ketemu sama ini nih, Shillong" Sivia memainkan matanya kearah Shilla

"Ouh.. Kalo yang ini gue tau" ucap Shilla

"Oh iya. Tadi tuh loe nanya apa, Ra? Si Ipin?!" tanya balik Sivia

"Hah! Ipin?! Alvin, mungkin?" sontak Zahra

"Oh iya, itu. Sebenernya sih gue tuh ga tau juga sama yang namanya Ipin atau Alvin, pokonya itu deh. Malahan gue baru tau pas tadi di lapangan basket. Yaa itu juga dari si Shillong, sih. Kata dia yang dikerumunin cewe-cewe itu namanya Alvin. Nah, disitu gue baru inget kalo..." Sivia terdiam sejenak

"Kalo apa?!"

"Kalo.. Kalo dia itu yang nabrak gue waktu di toilet!" lanjut Sivia

"Serius loe, Siv?!"

"Dua rius malah. Gue masih hafal ko mukanya" lanjutnya lagi

"Eh. Kantin, yuk? Laper sangat, nih. Tadi kan gue udah cerita banyak sama kalian, traktir kek atau apa gitu?" ajak Sivia dengan tangan yang mengelus-elus perutnya

"Itu sih maunya. Hehe. Ya udah, ayo. Gue juga laper" bales Agni

"Tapi nanti cerita lagi yah, Siv?" lanjut Zahra

"Siap, mba!"

###

"Please, Yo! Ampun! Gue cape banget, sumpah!" kata Ify ngos-ngosan sambil jongkok

"Hhuuh! Gue juga cape, Fy. Lagian siapa sih yang ngajak ribut terus lari duluan? Elo, kan?! Dasar lampir, loe. Hehe. Oh iya. elo haus, ga? Kantin, yuk? Gue traktir deh" timpal Rio yang ikut jongkok deket Ify kemudian ngajak ke kantin dan merangkulnya

"Aiihhh! So akrab banget, loe. Pake acara rangkul-rangkul gue segala. Lepasin, kaga?!" ledek Ify

"Iddiikkh.. So jual mahal banget, sih. Model kaya gini tuh ya, di eceran juga banyak, noh"

"PLAAKKK!! Sembarangan loe kalo ngomong!"

"Adaawwhh! Please deh, Fy? Loe tuh doyan banget sih nabok gue? Sakit, tau?!" rintih Rio kesakitan

"Hehe. Sorry mba yori deh, bang" Ify nyengir

"Sorry-sorry pala loe peyang?! Kalo gue itung-itung nih ya, loe nabok gue udah ke 10 kalinya, tau" jelas Rio

"Masa, sih? Emh.. Apa ngga nanggung, Yo? Jadi 11, gitu?"

"Oh tidak bisa!" bales Rio sedikit menjauhkan jarak dari Ify

"Oh gitu, yah? Satu.. Dua.. Tiga.. Seraaaaanngg!" teriak Ify #ga jelas, sumpah! :D

"Ampuuunn, Fyy!" teriak Rio juga sambil melindungi kepalanya pake tas

"Eiitss. Siapa juga yang mau mukul, loe? Gue cuma mau ngerangkul loe aja, ko. Katanya tadi mau traktir gue ke kantin. Ayo, capcus!" goda Ify

"Hhuuh untung, aja. Dasar lampir loe, Fy!" Rio membalas rangkulan Ify

"Biarin. Weeeh :P"

Rio dan Ify pergi ke kantin dengan ketawa-ketawa ga jelas. Tetapi pas mereka lewat di koridor kelas 9.4, langkah Rio terhenti. Dia melihat seseorang yang tak asing lagi di matanya

"A.. A.. Alvin?!"

"Riio?!"

"Heii..Alvin?? Gue kangen banget sama loe. Gue ga nyangka bakal ketemu loe disini, Vin" kata Rio sambil memeluk Alvin

"Iya. Gue kan pindahan di sekolah sini. Gimana kabar loe, Yo? Gue seneng banget bisa ketemu loe disini. Ini siapa?" kata Alvin sambil menjabat tangan Rio layaknya seorang sahabat yang udah lama ga ketemu.

"Oh. Loe pindah kesini? Wah ko bisa, sih? Eh iya. Kenalin ini sepupu gue, Ify. Ini Alvin, Fy. Sahabat gue dulu waktu di Jakarta" jelas Rio
"Hai.. Seneng bisa kenal loe, disini" kata Ify

"Iya.." bales Alvin singkat

"Oh iya, Vin. Rencananya loe mau kemana, sekarang?" tanya Rio

"Emh.. Gue juga bingung mau kemana, Yo. Abisnya gue belum ada yang kenal disini. Lagipula gue juga belum tau betul sarana di sekolah ini"

"Kalo gitu ikut kita aja ke kantin. Tempatnya asyik lho? Sekalian nanti gue kenalin loe sama temen-temen gue dan temen-temen Rio. Katanya mereka juga ada disana. Gimana, mau ngga?" sambung Ify

"Emh. Boleh deh kalo gitu"

"Ayo!"

Mereka bertiga pergi ke kantin. Alvin yang kebetulan sahabat lamanya Rio merasa beruntung banget bisa bertemu Rio kembali di sekolah barunya tersebut. Soalnya semenjak dulu ketika Rio bilang kalo dia mau pindah ke Bandung untuk menetap dan tinggal bersama bokapnya, Alvin merasa sangat kehilangan Rio. Menurut dia hanya Rio-lah sahabat satu-satunya yang selalu ada ketika dia merasa down dengan keadaan yang memaksa dan merampas kebebasannya. Dan selalu pengertian serta care bahkan mau percaya ketika dia kehilangan kepercayaan dari orang lain

Flashback On

"Kenapa?! Kenapa mesti loe yang harus pindah, Yo?!" kaget Alvin seakan tak percaya mendengar kata-kata Rio

"Sebenernya gue juga ga mau pindah, Vin. Tapi harus gimana lagi? Nyokap gue meninggal karena kecelakaan, dan sekarang gue sendiri. Sedangkan usia gue yang saat ini, gue masih butuh belai kasih orang tua. Gue perlu dibimbing, dijaga dan diberi perhatian lebih sama mereka. Dan loe juga tau kan, Vin? Ketika dulu bonyok gue cerai, gue sempet putus asa dan kehilangan kontrol. Gue merasa berat banget harus memilih salah satu dari 2 orang yang sangat gue sayangi. Terpaksa gue milih nyokap gue. Tapi sekarang?! Nyokap gue udah ga ada. Gue sakit banget, Vin" jelas Rio yang mulai meneteskan air matanya disamping Alvin yang duduk deket ring basket

"Rio..." Alvin menatap Rio dengan berkaca-kaca. Rio memeluk Alvin, dan Alvinpun membalasnya

"Maafin gue yah, Vin. Gue udah ga bisa menjadi sahabat yang terbaik buat loe. Gue seneng bisa sahabatan sama loe. Tapi gue harus pergi, gue harus tinggal di Bandung bareng bokap gue" Rio mengusap air matanya

"Gue ngerti, Yo. Mungkin gue juga akan melakukan hal yang sama kalo gue ada diposisi loe sekarang. Tapi elo ga usah minta maaf ke gue, Yo. Asal loe tau, loe itu sahabat gue yang paling baik bahkan paling terbaik. Jujur... Kalo boleh memilih, gue lebih milih ditinggal sama pacar ketimbang harus ditinggal sama sahabat terbaik gue. Karena bagi gue sahabat itu paling penting dari segalanya. Rio.. Makasih yah. Selama ini loe selalu care sama gue, selalu ada dan selalu memberi petuah-petuah baik buat gue. Kalo memang ini yang terbaik buat loe dan buat gue, gue rela dan ikhlas ko ditinggal sama loe, disini. Tapi gue yakin, suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi. Rio.. Ini buat loe. Jangan sampe hilang. Itu kenang-kenangan dari gue" Alvin memberikan bola basket kesayangannya ke Rio

"Makasih banyak, Vin. Gue janji bakal ngejaga bola basket kesayangan loe ini. Dan gue juga janji, suatu saat nanti kita bakal ketemu lagi. Percaya sama gue, Tuhan masih ada buat kita" Rio merangkul Alvin

"Alvin.. Karena nanti gue bakal pisah sama loe. Gue mau minta sesuatu sama loe."

"Minta apa, Yo? Gue pasti kasih" Alvin nyengir

"Gue pengen maen basket untuk terakhir kalinya sama loe" Rio melempar bolanya ke Alvin

"Oke. Siapa takut?!"

Mereka bermain basket di sore itu. Walaupun sebenernya hati Rio merasa ga tega untuk meninggalkan Alvin dan hati Alvin yang harus rela ditinggalkan sahabatnya, Rio. Tapi mereka sadar. Tak selamanya persahabatan itu indah. Pasti ada aja hal yang sangat pahit dalam persahabatan tersebut. Dan mereka yakin. Mereka tetep sahabat. Sahabat sejati yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu. Meskipun raga mereka jauh, tetapi mereka masih mempunya hati yang selalu dekat. Merekapun masih punya Tuhan. Tuhan yang selalu ada. Dan mungkin suatu saat nanti Dia pasti akan mempertemukan mereka kembali dilain hari.

Flashback Off

###


Mentari masih menampakkan diri dengan gagahnya. Tidak terlalu tinggi. Masih hangat tetapi sejuk. Karena saat itu bisa dibilang masih pagi, sekitar pukul 09:30 wib. Suasana kantin terlihat sangat padat bahkan nyaris tak ada satupun tempat yang tersisa disana. Debo, Cakka, dan Gabriel yang baru nyampe di kantin sempet bengong bahkan lebih dari bengong melihat kursi-kursi yang begitu rapat terisi. Tapi tunggu dulu! Setelah lama mereka melirik kanan kiri, akhirnya pandangan merekapun tertuju pada sebuah meja yang berada dipojok kantin deket penjual bakso dan sekaligus tak berpenghuni. Tanpa ada basa-basi lagi Debo CS langsung ke target sasaran


"Eh.. Eh.. Eh.. Kalian mau ngapain ?!" heboh Shilla CS yang kebetulan mau duduk juga ditempat tersebut

"Yaa kita mau duduk disini, lah?! Emang kenapa? Ga boleh?" bales Cakka kemudian duduk dengan menaruh tasnya diatas meja. Gabriel juga sama

"Ya jelas ga boleh, dong! Tempat ini kan kita duluan yang nemuin" Shilla menarik Cakka

"Iya bener, Shill. Kalian kan baru dateng. Lagian dari jaman dulu tempat ini tuh udah jadi basecame kita, tau?!" sambung Zahra. Sedangkan Agni dan Sivia hanya terdiam

"Ow.. Ow.. Ow.. Loe kira meja ini punya nenek moyang loe, apa?! Maen sabotase seenaknya gitu" bela Gabriel

"Pokonya gue ga mau tau. Kalian harus cepet-cepet pindah dari sini! Gue, Sivia, Zahra sama Agni mau makan bakso. GET OUT, NOW!!" Shilla mulai sangar

"Loe bantu kita ngapa, De? BBM-an mulu dari tadi. Gue udah kewalahan nih. Liat tuh, Shilla! Kalo udah marah kaya Nyi Pelet, tau?!"

"Iya nih. Sibuk sendiri mulu loe, De" Cakka dan Gabriel minta bantuan ke Debo yang sedang senyam-senyum ga jelas dengan BBnya

"Ohehe. Sorry maaf deh HAMPURA (baca 'maaf'). Kalian itu ribet tau ga, sih? Tinggal suit aja tuh ya, apa susahnya? Daripada harus cape-cape adu otot gitu"

"Ide bagus tuh, De. Gimana kalo kita suit? Yang kalah harus segera enyah dari sini" ajak Cakka

"Gimana?" tanya Shilla ke temen-temennya

"Terserah loe, deh. Gue sih fine-fine aja" jawab Agni sambil melirik ke Zahra dan Sivia

"Oke. Gue ga takut" kata Shilla

"Udah pasti gue yang menang deh, Shill"

"Udahlah jangan banyak omong. Ayo!"

Cakka-Shilla memulai perang suitnya

"Kertas.. Gunting.. Batu..!"

"Kertas.. Gunting.. Batu..!"

"Kertas.. Gunting.. Batu..!"


"Yess! Gue menang. Gue bilang juga, apa?! Pokonya sekarang kalian harus enyah dari tempat ini. Hahaha" kata Cakka yang memenangkan persuitan itu

"Yaaahh.. Tapi gue tetep kaga mau pergi dari sini! Loe curang tadi, Kka!"

"Yeehh. Kalo kalah tuh kalah aja, jangan pake alesan! Ayo sana-sana"

"Udah-udah, stop! Mendingan gini aja deh. Berhubung ga ada yang mau pergi dari tempat ini, gimana kalo gabung aja? Lagian meja ini kan ada 10 kursi. Kita cuma ber-7. Apa susahnya sih, gabung? Gue traktir loe pada, deh"

"Nah bener banget tuh, De. Gue setuju sama loe" Sivia mulai menyerobot kata-kata Debo

"Huuuhh.. Dasar! Kalo denger kata TRAKTIR aja langsung setuju. Emang dalam rangka apaan, De? Tumben loe traktir kita-kita?" kata Agni. Shilla, Cakka, Gabriel sama Zahra hanya terdiam

"Pokonya DALAM RANGKA MENGISI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA, deh" gurau Debo

"Jiahahaha.. Ada-ada aja, loe. Apa jangan-jangan... Loe punya pacar baru, yah?!" sambung Shilla

"Loe ulang tahun?!"

"Apa dikasih motor baru?!"

"Emh.. Punya mama baru? Atau papa baru, yah?"

"Huhh.. Sialan loe, Yel. Haha. Pokonya ada deh. Hehehe. Ya udahlah, sekarang dimakan dulu aja baksonya" Debo mulai menumpahkan saus ke mangkoknya

"Gue minta saus dong, De" kata Gabriel

"Nih..? Awas kena kepala Cakka. Hehe"

"Kalo sampe kena kepala gue? Gue jitak, sumpah"

"Eittss.. Nyantai brad. Hehe. Selamat makan semuanya. Emh.. Tapi bentar deh. Sivia? loe ga makan? Atau lagi puasa?" kata Debo yang melihat Sivia lagi bengong ga jelas

"Oh.. Emh. Anu. Gu.. Gue. Gue udah abis baksonya, De. Emh.. Gue boleh minta satu porsi lagi ga, De? Please, yah-yah? Gue masih laper nih :D" Sivia nyengir kuda. Sedangkan yang lain hanya geleng kepala melihat tingkahnya Sivia

"Oh.. Ya udah atuh sok. Ga apa-apa, ko"

"Makasih yah, De. Loe baik banget deh"

"Huuhh dasar! Kalo ada maunya aja, muji" ledek Agni. Sivia hanya membalasnya dengan menjulurkan lidah

"Punya kembaran tuh gitu amat, sih? Memalukan. Rakus pula?! Haduh.. Tobat deh" kata Shilla

"Yaa ga jauh beda juga sih sama adiknya" sindir Cakka. Gabriel cekikikan. Begitu juga Debo

"Loe ngeledek gue, Kka?"

"Yeehh.. Sotoy banget sih, loe. Siapa juga yang ngeledek, loe? Hahaha"

"Shill.. Kaya gitu juga kaka loe, tau?!" Debo melerai Cakka dan Shilla

"Iya juga sih, De. Tapi kan?? Emh.." Shilla manyun

"Ahahahaha..." mereka ketawa ga jelas

Suasana makan baksopun jadi tambah seru dan menyenangkan. Karena selalu diselingi lawakan serta tingkah laku yang kocak. Cakka-Gabriel yang jail dan usil. Sivia yang cablak. Shilla yang tak pernah mau kalah. Agni-Zahra yang ceria dan pendiam. Serta Debo yang baik dan murah senyum. Mereka digabung disatu tempat. Membuat suasana tambah berwarna, ceria dan tak jarang mengundang tawa

Disela-sela canda tawa mereka. Ify datang menghampiri. Sedangkan Rio dan Alvin masih lumayan jauh dibelakang Ify

"Hai guys! Sorry nih, gue telat. Lagi pada makan-makan, yah?" kata Ify

"Iya nih, say. Ayo duduk, sini. Oh iya, Rio mana? Ko ga bareng?" bales Debo yang menyuruh Ify duduk disampingnya

"Makasih sayang. Hehe. Emh.. Apa? Si Rio? Tuh dia!" tunjuk Ify

"Eh Fy. Si Rio sama siapa, deh? Gue baru liat anak itu, sih" tanya Cakka. Ify hanya senyum

"Gue juga baru liat dia, Kka" sambung Gabriel

"Alviinn?!" sontak Shilla, Zahra dan Agni barengan


"Hai guys! Sorry yah baru gabung. Kayanya seru nih, makan bakso bareng?" kata Rio

Debo, Cakka, dan Gabriel hanya senyum sewajarnya. Ya mungkin karena belum kenal Alvin kali, yah? Shilla, Zahra serta Agni malah shock berat melihat kedatangan Rio dengan seseorang yang dikaguminya. Dia itu Alvin. Iya bener. Mereka berasa sedang bermimpi indah saat itu. Cowo yang selama ini mereka puja-puja ternyata sekarang berada dihadapan mereka. Bahkan sempat senyum sama mereka. Sedangkan tidak dengan Sivia. Dia masih sibuk dengan baksonya yang ke-3 #haduh parah :D haha

"Ko pada bengong, sih? Ada yang salah, yah?" Rio mikir

"Astaga! Gue lupa. Kenalin. Ini Alvin. Dia sahabat gue waktu kecil. Tapi ga waktu kecil juga, sih. Yang jelas waktu SMP kelas 7, deh. Sekarang dia murid baru juga di sekolah ini. Alvin.. Kenalin ini temen-temen gue" jelas Rio sambil memperkenalkan Alvin

"Hai.. Seneng bisa ketemu kalian. Gue Alvin"

"Hai.. Kenalin gue Debo" kata Debo menjabat tangan Alvin. Begitupun yang lainnya

"Gue Gabriel"

"Cakka.."

"Hai Alvin. Gue Ashilla Zahrantiara. Tapi biasa dipanggil Shilla"

"Gue Agni"

"Zahra.." jelas mereka satu-persatu. Tapi tidak dengan Sivia. Dia masih asyik dengan baksonya

"Via.. Loe ga kenalan dulu sama Alvin?" tanya Rio

"Ohh.. Maaf-maaf. Gue udah kenalan ko, tadi pagi" jawab Sivia. Kali ini dia menyedot es teh manis milik Zahra

"Via! Itu punya gue. Aahh.." sontak Zahra

"Eh maaf, salah. Hehe sorry, Ra" Sivia nyengir. Zahra kesel. Dan yang lain hanyal ketawa terbahak-bahak

"Oh iya. Silahkan duduk, Yo-Vin. Gue traktir juga, yah?" kata Debo

"Oh.. Makasih, yah. Seneng deh liat kalian. Baik dan kompak banget. Pantesan Rio betah disini" bales Alvin sedikit nyindir Rio

"Akh elo, Vin. Nyindir gue mulu. Hehe. Gue jadi ngerasa bersalah, deh. Tapi bukan karena saking betahnya gue disini terus bikin gue ga ngirim loe e-mail. Gue jarang kirim e-mail ke elo karena anu.. Apa.. Itu tuh si Ify. Setiap gue pinjem laptopnya, selalu ga dibolehin. Laptop gue-nya error" jelas Rio

"Lah. Ko gue, Yo? Sumpah deh, Vin. Gue sih ga pelit ini. Abisnya kalo gue minjemin laptop gue ke Rio, pasti ada aja file-file gue yang ilang. Ga tau dikemanain tuh anak. Jadi gue males banget minjemin laptop ke dia" Ify membela diri

"Suer deh, Fy! Gue ga pernah nyolong file-file punya loe. Ya mungkin itu sih file punya loe-nya aja yang keganjenan. Pake sembunyi-sembunyi segala. Hehe"

"Heuu.. Dasar gerandong, loe!" Ify mulai garang. Debo, Cakka, Gabriel, Shilla, Agni, Zahra serta Alvin mulai kebingungan

"Ya udah-ya udah. Ga usah ribut lagi. Gue cuma becanda ko, Yo" Alvin mulai melerai

"Siviiiaaaa...!" teriak Shilla

Mendengar teriakan Shilla barusan. Rio yang lagi adu mulut sama Ify dan Debo, Cakka, Gabriel, Alvin, Zahra serta Agni yang lagi kebingunganpun pandangannya reflek tertuju pada Sivia yang kedua pipinya udah kaya bola basket yang dibelah dua. Serta bakso-bakso yang masih bulat bergerombol di mulutnya hampir tak muat lagi ditampung #haha. Muka Sivia mulai memerah dan matanya melotot, sepertinya dia udah ga tahan lagi dengan baksonya itu

"Viiongg! Itu bakso gue. Loe tuh rakus banget, sih?!" oceh Shilla lagi

"Emb.. Emb.. Oo.. Aa.. Uek!" Sivia hampir ga bisa ngomong

"Bluukkh! Ooaaa..! Huh.. Huh.. Huh.." Alvin memukul punggung Via (panggilan Sivia) agak keras. Sampe semua bakso dan jeroan-jeroannya keluar dengan paksa di mulut Sivia #ikh jorok haha :D

"Heuh.. Huh.. Makasih yah, Ipin"

"Alvin, Via. Bukan Ipin!" ceplos Agni

"Nih minum dulu aja. Makanya kalo makan tuh jangan buru-buru, coba. Jadi keselek gitu, kan?" kata Alvin

"Iya.. Hehe"

"Via.. Nih tishunya. Mulut loe belepotan, tuh" tawar Rio

"Makasih, Yo"

"Loe makan berapa porsi, sih? Ga puas-puas dari tadi" tanya Cakka

"Gimana mau puas? Orang baru 4 porsi. Biasanya kan 5 porsi" jawab Via

"Elo tuh udah gembrot, Viong! Rakus banget sih jadi orang!" sinis Shilla

"Loe ngatain gue -gembrot- mulu, sih?!"

"Tapi kan kenyataannya gitu?!"

"Elo tuh, ya?! Ngajak ribut mulu bisanya" sewot Sivia

"Udah-udah-udah.. Mendingan kita pulang aja, deh. Udah siang. Kantin ini juga mau ditutup kayanya" usul Gabriel

"Gue setuju, Yel. Kita pulang yuk!" kata Debo

"Ya udah deh. Ayo!" bales mereka semua

Pukul 11:45 wib. Kantin tersebut bener-bener tutup total. Sekolah mulai sunyi dari hawa manusia. Desir angin yang menerpa pohon beringinpun ikut menggenapkan suasana sekolah yang damai.

"Gue sama Agni pulang duluan, yah?" pamit Cakka menyusul Debo, Zahra, Shilla+Sivia

"Iya. Ati-ati yah, Kka-Ag" bales Ify

Rio, Ify dan Alvin masih berada didepan gerbang sekolah. Mereka hendak pulang bersama. Karena Alvin berniat untuk bermain dulu di rumah Rio.

Mereka melesat pulang ke rumah. Rio dan Ify naik motor, sedangkan Alvin naik mobil beserta supirnya mengikuti motor Rio dari belakang


"Hallo, mah? Ada apa?" ucap Alvin saat BBnya berbunyi dan ternyata mamanya nelpon

"Kamu udah pulang, belum?"

"Udah, mah. Ini lagi dijalan. Kenapa deh?"

"Ohh.. Ya udah hati-hati. Kamu langsung pulang, yah? Jangan maen dulu! Siang ini kan ada pemotretan. Kamu harus banya-banyak istirahat"

"Emh.. Tapi, mah?! Alvin mau ke rumah Rio sekarang?"

"Itu sih terserah kamu, sayang. Tapi mama ga mau tau lho kalo nanti kamu kecapean"

"Akh mamaa.. Emh.. Ya udah deh, Alvin langsung pulang"

"Iya, sayang. Sampai ketemu di rumah"

"Iya, mah. I Love You :)"

Dengan terpaksa akhirnya Alvin membatalkan untuk maen ke rumah Rio. Walaupun udah terlanjur ngikutin Rio sih. Ya udah, lanjutin aja dulu :D


15 menit kemudian


"Alhamdulillah ya Allah. Akhirnya nyampe rumah juga dengan selamat serta sentosa damai dan abadi. Sumpah deh! Gila kalo naik motor sama loe, Yo. Udah kaya Valentino Rossi aja" kata Ify seraya membuka helmnya

"Udah?!" bales Rio

"What?! Apanya yang udah?"

"NGOCEHNYA!!"

"Ohahaha.. Udahlah. Kenapa emang?"

"Kalo udah, yaa... Cepetan turun dari motor gue! Berat, tau?!" timpal Rio

"Dari tadi juga gue udah turun, kali?! Makanya buka coba, helmnya! Heuuhh.. Plakkk!!!"

"Addaawwhh.. Kebiasan loe, Fy!" reflek Rio kesakitan

Mobil Alvin berhenti didepan garasi rumah Rio-Ify. Dia membuka lebar kaca mobilnya

"Rumah loe disini, Yo?" tanya Alvin

"Iya, Vin. Ayo masuk! Bokap gue pasti seneng banget deh bisa ketemu loe lagi"

"Iya, Yo. Padahal gue pengen banget ketemu sama bokap loe. Tapi gue harus cepet-cepet pulang, nih. Nyokap gue nelpon, barusan. Sorry, yah? Lain kali gue maen deh" jelas Alvin

"Ohh.. Sampe sekarang masih anak mami juga loe, Vin? Hehe" ledek Rio

"Hehe.. Sialan, loe! Kaga ko, gue ada schedule hari ini tuh. Mau ada pemotretan. Jadi butuh istirahat yang cukup"

"Aiihh.. Assiikk dah! Keren loe, Vin" sambung Ify

"Gue duluan, yah? Bye.."

"Iya.. Ati-ati yah, Vin?"

"siippp!!!" kata Alvin sambil mengangkat jempol kanannya

###

"Kita pulaaangg.." salam Shilla dan Sivia ketika nyampe rumah

"Eh, putri mama udah pada pulang. Gimana di sekolah? Seru?" tanya mama Via dan Shilla sambil melayani ciuman tangan kedua anak kembarnya

"Yaa gitu deh, mah. Ada senengnya, ada juga yang ngejengkelinnya. Salah satunya orang ini, nih!" Shilla melirik kearah Via dan langsung pergi ke kamar

"Via.. Adik kamu kenapa? Ko bad mood banget kelihatannya" tanya mama

"Tau, deh? Kesambet jin sekolah kali, mah?" jawab Via, enteng

"Husshh.. Ga boleh ngomong gitu. Kalo jinnya denger, gimana? Iiih.. Serremm!" goda mama sambil menggelitik perut Via

"Iiikkhh.. Mama, geli? Udah dong, mah. Ampun!" pinta Via menahan geli

"Ya udah. Kamu mandi dulu, gih. Biar makin cantik. Terus makan. Mama udah siapin di meja. Ajak Shilla juga, jangan lupa"

"Oke, mom! Cium dulu deh. Emmuuaachh.. Via ke kamar dulu, yah" Sivia langsung meninggalkan mamanya di ruang keluarga

"Iya, sayang :)"

###

5 menit setelah mengantarkan Zahra ke rumahnya #Zahranya nebeng :D. Akhirnya Debo sampe juga di rumah tercintanya. Setelah memarkirkan motornya di garasi, Debo melangkah menuju pintu


"Assalamualaikum.. Debo pulaang.." salam Debo tepat didepan pintu

"Kkrrreeekkk!!"


1.. 2.. 3.. GO !


"Bbbyyyuuuuurrrr!!! Brraakkk... Hhuuuuaaaaaaa....!!" Debo teriak kenceng banget. Sampe kampung sebelah kedengaran #haha

"APRIL MOOOOOPPPPP!! HAHAHAHAHA.."

"Aarrrrggggghhh.. Oozzyy!! Assemm loe, akh. Sini, loe?!"

Debo terguyur air+tepung yang menggantung diatas pintu. Itu jebakan. Memang bener itu jebakan. Jebakan buatan Ozy (adik Debo). Sedangkan Ozy hanya tertawa terbahak-bahak dan puas banget melihat kakanya basah kuyup+putih kaya adonan kue #haha

"Hahaha... April Mop, ka! Peace!" mengacungkan dua jari

"Aiihh.. Tapi ga gini juga, kali?!"

"Hehe.. Weeehh :P"

"Ozzyy!" teriak Debo lagi



"Ozy. Kamu kenapa, sayang?" tanya mama (Debo-Ozy) heran saat Ozy bersembunyi dibelakangnya

"Ozy takut, mah. Itu.. Itu mah ada setan putih!" Ozy menunjuk kearah Debo

"Setan putih? Manaa? ... Debo?! Badan kamu kenapa, sayang? Ko pada kotor gitu"

"Tuh mah, Ozy! Masa Debo baru dateng dari sekolah langsung dikerjain" Debo mengadu #haha parah

"Oozy.. Jangan jail gitu, dong. Kasian tuh ka Debonya pada kotor"

"Tapi, mah? Kan cuma iseng doang. Lagian cuma tepung sama air ini. Ga sakit kan, ka? Hehe" Ozy nyengir kebo

"Ga sakit pala loe peyang?! Heuuu dasar!" Debo menjitak kepala Ozy. Ozy kesakitan

"Udah-udah, De. Mandi dulu, gih. Biar mama aja yang hukum Ozy" tegas mama

"Sip deh, mah! Biar kapok. Hehe.. Babay Ozy. Weehh :P" Debo pergi ke kamar mandi dengan hati senang dan gembira #hehe

"Maah.. Ma-mah. Mama cantik, deh. Ozy jangan dihukum, yah?" rayu Ozy dengan nada yang manja

"Ngga ko, sayang. Tapi liat deh lantainya. Kotor banget, kan? Jadi Ozy harus bersihin, yah. Nanti mama kasih uang jajan tambahan, deh. Gimana?"

"Emh.. Serius, mah?! Ya udah deh. Siap laksanakan!" sontaknya sambil bersiap membersihkan lantai. Mama hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah Ozy serta Debo yang ada-ada aja

###

Panas kian mendera. Angin sayup menghempas pohon beringin yang berdiri tepat didepan kamar gadis kembar. Didepan balkon lantai 2. Sivia duduk manis bersama sebidang kanfas yang bertengger setinggi kepalanya. Kuas-kuas dan cat yang beraneka ragam warnapun turut serta menemani Via untuk berimajinasi, melukis apa aja yang terlindas dibenaknya


"Via.. Lagi ngapain? Serius amat" tanya Shilla yang tiba-tiba muncul dibelakang Via

"Gue lagi buang air. Kenapa? Masalah buat, loe?!" sinis Via yang merasa terganggu dengan kedatangan Shilla

"Eiittss. Galak amat mba?!"

"Abisnya loe udah tau gue lagi ngelukis, malah nanya"

"Hehe.. Ngelukis siapa, sih?"

"Emh.. Kaga tau gue juga, Shill. Gue cuma pengen ngelukis cowo yang selalu setia hadir di mimpi gue aja" jelas Via

"Eciiieee.. So sweet banget, dah. Akhirnya kembaran gue normal juga. Hihihi" ledek Shilla

"MAKSUD LOE?! Sebelumnya gue ga normal, gitu?! Sialan banget, loe!"

"Peace mba, peace! Gue becanda. Oh iya, Via. Menurut loe si Alvin itu cakep ga, sih?" tanya Shilla yang kini berdiri deket balkon dengan memandangi susana perumahan sekitar

"Emh.. Alvin? Gimana yah. Menurut gue sih ya, dia itu ga cakep-cakep amat. Bisa dibilang STANDAR-lah. Kenapa, deh? Loe suka?"

"Eitss.. Kaga, ko! Gue cuma pengen tau komentar loe aja tentang Alvin. Hehe. Emh.. Tapi emang iya sih, dulu gue pernah ngefans berat sama dia dan bahkan bisa dibilang kalo gue suka sama Alvin waktu gue liat fotonya nampang di majalah. Gue pengen banget ketemu sama dia. Bahkan nih ya, gue ngebet banget buat jadi pacarnya. Tapi.."

"Tapi apa? Dia udah punya pacar?" tanya balik Sivia saat kata-kata Shilla terpotong

"Bukan! Emh.. Gimana, yah. Semenjak gue ketemu bahkan kenalan sama dia tadi pagi. Gue malah ngerasa biasa-biasa aja tuh. Yaa walaupun awalnya sempet seneng banget sih bisa ketemu dia. Tapi pertemuan gue sama Alvin ini kaya ga ada something special gitu loh, Vi. Pokonya biasa aja, deh. Aneh"

"Ouh.. Gue jadi bingung, deh. Tapi, Shill? Emang mungkin udah takdirnya kali, yah? Mau gimana lagi" kata Sivia santai

"Maksud, loe?!"

"Maksud gue tuh, ya. Bertemunya elo sama Alvin itu emang udah ditakdirkan sama Tuhan biar elo ga terlalu fanatic lagi sama Alvin. Loe pikir, deh! Kasian kan si Alvin kalo terus-terusan dikejar-kejar sama anak cewe di sekolah ini, termasuk loe! Lama kelamaan kan dia akan ngerasa risih bahkan cape sendiri. Dan otomatis dia mulai pengen mencari temen yang bisa menganggap dia seperti anak biasa bukan seperti artis yang dipuja-puja" jelas Via. Shilla mulai mikir dan membalikkan badannya kearah Sivia

"Ohh.. Sekarang gue ngerti, Vi. Jadi menurut loe si Alvin itu kepengen kalo kita menganggap dia sebagai temen biasa? Bukan artis, gitu?"

"Iyaps.. Bisa dibilang gitu" respon Sivia

"Pantesan aja Alvin ngejar-ngejar loe waktu di lapangan basket. Soalnya elo kan ga begitu fanatic banget sama dia. Mungkin dia pengen temenan sama loe kali, yah? Iya, kan?!"

"Maybe!" Via masih memainkan kuasnya

"Oke, deh. Mulai besok gue mau nganggep Alvin sebagai temen biasa bukan sebagai fansnya dia. Oh iya, sini lukisan loe. Gue pengen tau!" pinta Shilla

"Bentar dulu ada yang kurang. Eum.. Yaps selesai deh. Taarraaa... Keren, ga?!"

"Emh.. Lumayan :D Sejak kapan loe jago ngelukis?"

"Belum lama, ko. Baru kemaren-kemaren" kata Via dengan santainya

"Hah?! Seriiuss?"

"2 juta rius!!"

"Emh.. Bagus juga :). Tapi bentar, deh?" kata Shilla saat menilai hasil lukisan Sivia tiap titiknya

"Apaan?! Ada yang salah?"

"Gue kaya kenal deh..! Tapi siapa, yah?" Shilla mengerutkan dahinya tanda sedang mikir. Sedangkan Via hanya heran serta penasaran menanti ucapan yang akan keluar dari mulut Shilla

"Ohh iyaaa.. Inikan mukanya siii .... (?)"

"STOPP!!! Jangan diterusin, Shill. Disitukan ada namanya" potong Via

"Mr. C ?? Serius, namanya Mr. C ? Tapi ko mukanya kaya...(?). Jangan-jangan loe suka sama dia, yah?" goda Shilla

"Ahh.. Apaan sih, loe! Emang menurut loe ini siapa, sih? Gue ga kenal orang ini, suer! Cuman, orang ini selalu hadir di mimpi gue, Shill" jelas Sivia gugup

"Ohh.. Ya udah, deh. Gue ke bawah dulu, yah? Pesan gue satu, kalo suka sama seseorang jangan dipendem, yah. Babay :P" pamit Shilla sambil berbisik ditelinga Via

"Hahh! Maksud, loe?" Sivia ga ngerti dengan pesan Shilla barusan

"Emh.. Masa, sih?! Kenapa gue baru nyadar, yah? Kalo lukisan gue ini mirip banget sama anak itu. Apa jangan-jangan? Aiihh.. Tidak-tidak! Gue mikir apaan, sih?" gumam Sivia sambil senyam-senyum. Lalu dia langsung membereskan alat-alatnya


###


"Heii.. Fy?! Lagi ngapain, loe?" gebrak Rio ke Ify yang lagi duduk di kursi taman sendirian

"Gue lagi nge-blog, Yo. Ada apa?" jawab Ify masih menatap laptopnya

"Emh.. Gue.. Gue suka sama loe, Fy!" kata Rio agak gugup

DEG!! JEDDEEERRR!! (sound efek ceritanya :D

"Riio? Loe becanda, kan??" Ify menatap tajam mata Rio

"Gue serius! Gue suka sama loe udah lama. Sejak gue pindah kesini. Gue suka senyum loe yang manis, sikap loe yang kadang menyebalkan, dan loe juga perhatian sama gue. Sekarang, loe mau ga jadi pacar gue?" sambung Rio

"Yo. Loe nyadar ga sih kalo kita tuh sepupuan?!" tegas Ify

"Gue tau, Fy! Kita memang sepupuan. Tapi apa salahnya kita pacaran? Kalo loe mau, kita bisa kawin lari!" kata Rio lagi. Ify membisu seribu kata. Wajahnya dipenuhi rasa bingung

"HAHAHAHAHAHA... Ga usah bingung gitu kali, bu. Gue BECANDA, ko. Hehehe peace! :P" teriak Rio membuyarkan lamunan Ify

"ARRGGGHHH.. Elo!! Nyebelin banget, sih. Bikin gue spot jantung, aja. Jangan sampe loe jadi Malin Kundang, deh"

"Ohh tidak bisa!! Yang pasti gue lebih cakep daripada Malin Kundang. Hehe"

"PEDE NYOO.. Haha. Elo lagi kenapa sih, Yo? Kasmaran?!"

"Biarin. Weehh :P. Emh.. Anu.. Gue lagi galau, Fy. Ya bener, GALAU"

"Galau kenapa? Tumben, loe"

"Gue lagi suka sama someone, Fy. Tapi bukan LAGI, sih. Emang udah dari dulu sukanya. Cuman.. Gue ga yakin aja sama diri gue sendiri. Dan gue juga takut kalo cewe yang gue suka itu ga punya perasaan apa-apa sama gue. Nanti kalo gue tembak, ujung-ujungnya gue malah ditolak?!" jelas Rio

"Cemen banget, deh. Jangan pesimis gitu dong, Yo. Lagian cewe mana sih yang ga klepek-klepek sama loe?! Loe kan cakep, pinter, perhatian, penyayang dan baik hati. Yaa walaupun sering nyebelin juga, sih. Tapi percaya, deh. Elo ga bakal ditolak sama cewe yang loe suka. Oh iya, namanya siapa?" tanya Ify

"Emh.. Tapi loe jangan ember! Sini gue bisikin (?)"

"Oke. No problemo" bales Ify

"Hahh! Seriuss? Loe suka sama Cakka?! Iikkhh.." Ify sedikit menjauh dari posisi sebelumnya

"PLAKK!! Budeg loe ah. Dengerin, coba!"

"Ouhh.. Sama itu toh. Selera loe tinggi juga, yah? Sejak kapan, suka?" ledek Ify

"Assem, loe. Emh.. Udah lama. Semenjak gue jadi murid baru waktu kelas 7. Dia terlihat beda banget sama cewe lain. Apa adanya. Loe bisa bantu gue kaga, Fy?" kata Rio

"Ohh.. Oke tenang aja. Gue pasti bantu loe, Yo" tawar Ify

"Seriuss?! Siplah. Sepupu gue tuh emang bener-bener baik :D. Gue minjem, yah?" kata Rio

"Aaahh Rio! Gue kan belum selesai nge-blognya"

"Dilanjutin nanti malem aja, ngapa? Yah-yah-yah? Gue pengen buka twitter, nih. Udah lama ga dibuka"

"Heuuhh.. Terserah loe, deh! Tapi gue minjem BB loe, sini?!" rebut Ify dari tangan Rio

"Mau ngapain?!"

"Mau BBM pacar gue!" sinis Ify #haha

To : Deboys

Say.. Nanti malem kita dinner yok? Udah lama ga dinner bareng sama loe. Kangeenn.. :D. Mau kan? Please..
By Ify :)

=>

From : Deboys

Suer deh, say. Kalo ga ada kata 'by Ify' diakhir sms tadi. Gue kira itu sms dari Rio?! Shock berat gue! Masa iya Rio ngajak gue dinner?! Hehe :D
Oke deh, say. Nanti malem gue jemput, yah?

=>

To : Deboys

Ohaha.. Sorry deh. Soalnya gue pake BB-nya Rio :P. Oke. Gue tunggu, yah. Babay :*

=>

From : Deboys

Yaps. Dandan yang cantik, yah?
Miss you :*


"Yeay!! Akhirnya nanti malem ada acara juga" ceplos Ify

"Apa?! Acara? Maksud, loe?" kaget Rio yang lagi mem-polbek followersnya #aku udah di polbek belum yah? Hehe

"Nanti malem gue mau dinner sama Debo. Hehe. Nih! Makasih, yah?" Ify mengembalikan BB Rio

"Ouhh.. Gue boleh ikut ga, Fy? Boleh, yah? Masa elo tega sih ninggalin gue sendirian di rumah?!"

"Whatts?! Kaga mau! Inikan dinner gue sama Debo. Masa iya loe ikut, sih?!"

"Pleasee.. Gue jadi supir loe, deh. Ga apa-apa, ko. Yah-yah-yah?" goda Rio

"Gue bilang ga mau ya ga mau! Titik. Gue ke kamar dulu. Ngantuk! Awas tuh laptop gue?!" Ify pergi

"Ify! Yaahh.. Tega banget sih loe sama gue?. Emh.. Ya udahlah. Gue puasin dulu aja twitteran. Mumpung gratis. Hehe :D"


Siang menghilang dan senja menjelang. Rio masih termangu meratapi twitternya yang penuh dengan sarang buaya. Soalnya ga pernah dibuka sama Rio. Rencananya dia mau mem-polbek followersnya yang berjumlah lebih dari 1 juta #semoga aku kena polbek ._.v

"Aiihh.. Kenapa pake acara mati segala, sih? Baru juga polbek 15 orang. Huuh!" sesal Rio saat laptop Ify mati alias lemah baterai

"Taarraaa.. Sms diterima.." nada pesan BB milik Rio

From : My Lampir

Heh Gerandong! Nanti malem loe boleh ikut sama gue. Tapi cuma nganterin doang, yah?! Jam 19.00 kita berangkat. Pake baju yang keren!
NO REPLY!!

"Aiihh.. Kejem amat nih bocah. Tapi ga apa-apa dah, yang penting malem ini gue bisa maen. Yaa walaupun cuma jadi bodyguard. Heumh.." gumam Rio dan mulai melangkah pergi


###

"Shill. Loe kenapa, sih? Gue bingung. Pake nyuruh gue jadi kelinci percobaan, lagi! Pegel, nih?!" oceh Via

"Udah deh, ya! Loe nurut aja apa kata gue. Gue mau ngerubah loe jadi sesuatu" jelas Shilla sambil membongkar isi lemari

"Ayolah Shill. Udah jam 18.30 nih. Laper! Loe tega amat sih sama gue?!"

"Whatts?! Aduh gaswat nih. Ya udah, pake yang ini aja. Yaps.. Okay. Emh.. You look so beautiful, Sivia" kata Shilla saat memakaikan gaun berwarna putih di tubuh Via

"Cepetan ganti! Gue tunggu dibawah, yah? NO LELET!" ceplos Shilla

"Iya-iya deh. Bawel!"


###

"W-O-W!! Rapi amat, pak? Mau kondangan? Hehe" kata Ify melihat dandanan Rio

"Asem, loe! Ngapain aja sih, didalem? Lama amat!" oceh Rio

"Hehe. Gue beres-beres kamar dulu. Bentar deh, Yo. Sini dulu, mau dikasih poni dikit. Biar tambah cakep! Okeh.. Sip!"

"Okeh. Thanks. Ayo berangkat! Loe udah BBM Debo?"

"Ayo! Udah ko, tadi" kata Ify sambil menggandeng Rio #romantis ga? Hehe

Malam itu lagi terang bulan. Hangat. Serta bertaburan bintang. Setelah memakai helm, Rio-Ify melesat mengikuti alur jalanan dengan enjoy. Hamparan aspal yang hitam juga ikut serta menemani perjalanan mereka. Lampu-lampu dipinggir jalan seakan tersenyum menyambut muda-mudi yang lewat. Malam minggu. Benar! Malam yang indah. Sinkron dengan cuaca yang cerah kali ini. Romantis!

"Stop, Yo! Disini aja" pinta Ify

"Oke"

"Yo. Gue ke minimarket dulu, yah? Haus, nih. Elo mau pesen apa?" tawar Ify

"Oh ya udah. Gue sih biasa aja deh, Chitato rasa sapi panggang :D"

"Oke. Sip! Bentar, yah. Jangan kemana-mana!"

"Siap bos! :D"

Rio duduk dengan enjoy diatas motornya. Bersila sambil bermain BB.
Sesekali dia membalas senyum setiap muda-mudi yang lewat menyapanya. Di Taman Kota memang sangat rame kalo malam minggu. Apalagi malam ini lagi terang bulan. Sempurna deh!

20 menit berlalu. Rio mulai gelisah. Rasa kesalnya tak dapat lagi dibendung. Karena saking lamanya menunggu Ify yang tak kunjung datang. Tiba-tiba..

"Plettakk! Adaawwhh.. Ify?! Jangan becanda, deh!" sontak Rio ketika sesuatu mendarat di kepalanya

"Lah.. Siapa, sih?! Emh.. Ini apaan?" Rio mengambil bungkusan kertas kecil yang tadi mengenai kepalanya

"KLU ?!" #tulisannya bener ga tuh? Hehe

- 10 Meter
- Putih
- Percaya Diri

"Maksudnya apaan? 10 meter. Putih. Percaya Diri?!" ucap Rio tengak-tengok

"Ouhh.. Ya-ya-ya.. Sekarang gue ngerti!" gumam Rio lagi saat melihat tanda panah yang tercecer pada tanah yang dia injak

Tanpa pikir panjang, Rio melangkah mengikuti tanda panah tersebut. Entah apa maksud dari semua itu. Jebakan kah? Surprize kah? Atau apa?! Yang jelas Rio ga tau. Dia hanya nurut mengikuti tanda panah. Kemudian dia terhenti saat menemukan pertigaan ditengah-tengah perjalanannya. Rio sangat bingung memilih jalan mana yang harus diikutinya

"Haduh.. Ini jebakan atau apa, sih? Ko gue jadi dikerjain gini! Si Ify kemana, lagi? Ahh.. Shit dah. Mending gue pulang aja" pasrah Rio

"Plettakk! Adaawwhh.. Siapa lagi, sih?!"

Belok kanan, bego! Udah. Jangan banyak mikir! Ikutin apa kata gue aja. Loe ga bakal nyesel deh.

"Aiihh.. Siapapun yang nulis ini. Sumpah! Kejem banget! Oke gue nurut sama loe" oceh Rio lagi dan langsung mengikuti petunjuk tadi

"Busyet, dah! Loe becanda kali, yah?! Gue kaga mau, ah. Serem, tau ga?!" sewot Rio saat melihat kursi panjang berwarna putih dan diduduki sesosok makhluk yang bergaun putih juga. Entah itu manusia atau hantu

"Ya Tuhan. Ga salah lagi. Itu kuntilanak! Emh.. Hhuh.. Tenang Yo, tenang! Itu bukan setan, ko. Elo liat sekali lagi, deh. Punggungnya ga bolong! Rambutnya juga sebahu. Berarti dia bukan setan. Elo harus samperin dia sekarang! Jangan takut!" ucap Rio rada gugup dan mencoba memenangkan diri

Dengan tubuh yang berkeringat dingin, Rio mencoba mendekati makhluk tersebut. Langkahnya sangat kaku. Jantungnya berdetak lebih kencang 2 kali lipat dari lantunan musik rock. Semakin dekat. Rio mencoba membuka mulut walaupun sedikit takut

"Heeii.. Ka.. Kamu Si.. Siapa?!" tanya Rio gugup

"Santai Yo, santai. Jangan panik! Dia bukan setan! Dia itu manusia. Ya bener! Dia manusia biasa. Bukan setan!" batin Rio dan cewe tersebut menengok

"Huuaaaa... Se.. Se.. Settaaann!!!" teriak Rio menutup mata

"Riiio??!"

"Sse.. Ss.. Ssiviaa?!"

"Ya Tuhan. Syukurlaah" lanjutnya sambil berlutut menahan tungkainya yang sempet lemes

"Elo ngapain disini, Yo?" tanya Via heran

"Emh.. Anu.. El. Elo sih ngapain disini?" Rio masih gugup #akibat kuntilanak kali yah? :D

"Gue lagi nunggu Shilla. Katanya sih dia mau ke toilet dulu, tadi. Tapi lama banget! Sini duduk, Yo!"

"Iya, makasih. Hehe. BTW, tadi kenapa loe pake topeng?"

"Hehe. Iya. Gue nemu disini, terus iseng-iseng aja dipake. Sorry yah, udah bikin loe kaget. Oh iya, mau ice cream?"

"Makasih, yah :)"

"Elo sama siapa? Sendirian?"

"Emh.. Ngga, ko. Gue bareng Ify. Tadi dia minta berhenti disana, mau ke minimarket dulu katanya. Tapi tau deh, sampe sekarang belum balik juga"

"Ohh gitu, yah. Ayo dimakan. Mumpung belum leleh"

"He'emh :D" Rio memakan ice cream

Mereka hening. Asyik dengan ice creamnya. Sinkron dengan suasana sekitar yang sepi namun romantis. Penuh bunga disekeliling mereka. Via terlihat anggun memakai gaun putih. Rambutnya di urai dengan belahan bando berwarna putih juga. Begitupun Rio. Dia sangat tampan. Seperti pangeran istana yang mencari permaisuri. Entah karena jodoh atau hanya kebetulan saja pakaian mereka berdua sama-sama putih

"Ehem.. Via??" ucap Rio memecah suasana

Wajahnya serius. Menatap tajam mata Sivia. Dan kini Rio berusaha mendekati wajahnya ke wajah Via. Lantas, Via terlihat gugup. Entah apa yang akan terjadi padanya. Dia hanya memejamkan mata karena ga kuat akan tatapan Rio yang tak biasa

"Via.. Mulut loe belepotan. Kalo makan pelan-pelan, yah?" ucap Rio sambil menghapus butiran-butiran ice cream yang menempel sekitar bibir Via

"Emh.. Oh i.. iya :)" jawab Via gugup

"Rio?" - "Via?" kata mereka barengan #kaya di film-film gitu lho. Tau kan? :D

"Emh.. Elo duluan, deh :)" sambung Via. Rio tersenyum

"10 Meter. Putih. Percaya Diri?! Dari ketiga klu tersebut tuh cuma percaya diri aja yang belum gue kaji. Maksudnya apaan, yah?" pikir Rio

"Yo?!"

"Iya, Vi. Ada apa?" kagetnya

"Itu kertas apaan nempel dibaju loe?" tunjuk Via. Rio langsung mengambil+membacanya

Ayo!! Elo jangan banyak bertele-tele. Ini kesempatan. Jangan pesimis! Harus tetep PeDe. Okeh!

"Ini tuh setan apa sih, ya?! Tau aja yang gue pikirin. Ouh. Ya-ya-ya.. Sekarang, gue baru ngerti apa maksud dari kata percaya diri itu" batin Rio

"Apaan Yo?" kata Via penasaran

"Bukan apa-apa, ko. Emh.. Oh iya, Via. Gu.. Gue.. Gue mau jujur sama loe. Boleh, yah? Hmm.. Gue kan kenal sama loe udah hampir 2 tahun lebih tuh, sering maen bareng, becanda-becanda bareng bahkan nangis barengpun kita pernah alami. Tapi jarang banget kita bisa duduk dan ngobrol kaya gini. Cuma berdua elo sama gue. Viia.. Sebenernya, waktu gue pindah dari Jakarta ke Bandung dan masuk ke sekolah SMP 5 Bintang. Disana gue ketemu loe dan temen-temen loe. Tapi elo beda dari yang lain. Elo cantik, friendly, baik. Yaa walaupun sedikit galak juga sih. Tapi elo tau ga yang gue rasain saat itu? Ya. Gue suka sama loe pada pandangan pertama. Gue juga sempet ga percaya sama perasaan gue sendiri. Tapi gue udah kepalang suka sama loe, Vi. Gue ngerasa seneng banget bisa ketemu, kenal dan deket sama loe" Rio memegang tangan Via

"Teruss??"

"Ya.. Ya gue mau nembak loe, sekarang. Gue siap ko jikalau nanti gue ditolak. Elo mau kan jadi pacar gue??" lanjutnya

"Taapiii..?" ucap Via ragu


"Via? Rio?" tegur Alvin yang tiba-tiba lewat didekat tempat Rio dan Via duduk.

"Alvin?!" respect mereka berdua. Sedetik, Rio langsung melepaskan genggaman tangannya yang sejak tadi memegang jemari Sivia.

"Kalian lagi ngapain, deh? Nge-date?" tanya Alvin spontan.

"Nge-date?? Ngga, ko! Gue tadi kebetulan aja ketemu Rio disini. Soalnya gue lagi nganterin Shilla jalan-jalan." jawab Sivia enteng tapi rada gugup. Rio menganggukan kepalanya, bermaksud menyetujui kata demi kata yang terucap dari bibir Sivia barusan.

"Gue juga lagi nganter Ify, terus ketemu Via disini. Ya udah, kita berdua ngobrol deh. Loe sendiri ngapain disini, Vin?" tanya balik Rio.

"Oh.. Kalo gue sih abis beli camilan, buat begadang malem ini." jawab Alvin sambil menggaruk kepalanya yang ga gatal itu. Setelah itu, suasana berubah hening. Mereka lebih memilih diam dan saling berpandangan ga jelas.

10 menit kemudian.

Bunyi handphone milik Rio menyeruak memecah keheningan. Tanda message masuk.

From : My Lampir
Yo, sorry yah gue ninggalin loe. Abisnya pas tadi gue mau ke minimarket, kebetulan ketemu Debo disana. Jadi gue langsung aja deh makan malem sekaligus nge-date gitu deh. Hehe :D
Emh.. Kalo loe mau pulang sih duluan aja! Gue bisa dianter sama Prince gue. Babay :*

Setelah membaca message dari sepupunya itu, Rio mendengus kesal. Dan langsung membalasnya dengan penuh emosi.

To : My Lampir
SIALAN LOE, FY!!! Kenapa ga bilang-bilang dulu dari tadi?! Nyesel gue ikut sama loe. Heuh! :@

From : My Lampir
Yeee.. Pan gue udah bilang berkali-kali sama loe kalo gue itu mau nge-date bareng Debo. Elonya maksa aja minta ngikut. Gini deh jadinya, loe nyesel kan? Haha. Peace, Yo!

Rio melotot. Alvin dan Sivia yang heran melihat ekspresi wajah Rio, mereka langsung melontarkan pertanyaan.

"Siapa, Yo? Gitu amat ekspresi loe."

"IFY! Dia nyuruh gue balik sendirian. Nyebelin banget, kan?! Ga ngucap terimakasih, lagi!" jawab Rio agak keras.

"Berarti habis manis sepah dibuang, dong?" ceplos Alvin sambil menepuk pundak Rio.

"COCOK! Yang tabah, ya? Hidup itu memang keras, nak!" sambung Sivia layaknya emak-emak yang lagi menasehati anaknya. Sontak, mereka bertiga tertawa terpingkal-pingkal. Tapi, ada satu orang yang masih memendam pertanyaan di kepalanya. Dia itu, ALVIN.


###


Didalam kamar bercat putih itu masih tampak sunyi. Dua orang anak cowo terlihat sedang berada diatas kasur bergambarkan sebuah tokoh games kartun, Angry Birds. Satu dari mereka sedang terbaring lemas dengan dengan dahinya yang ditumpangi handuk putih yang basah. Sedangkan yang satunya dengan ekspresi wajahnya yang terlihat kesal itu terduduk malas disamping anak yang terbaring tadi.

"Kenapa pake acara sakit segala sih, loe?! Acara malmingan gue kan jadi berantakan. Apes, gue!" gerutu cowo itu kesal.

"Makanya kalo jadi anak tuh jangan suka usil! Kena karma kan, loe?! Dasar anak tengil." dumelnya lagi.

"Kayanya udah mendingan, deh. Gue ke kamar ajalah, ngantuk!" ucapnya setelah memegang lembut kening adiknya tersebut.


###


"Shilooonnnggg!!! Ini semua pasti kerjaan loe, kan?! Ngaku deh, loe?!" sungut Sivia saat baru nyampe ke kamarnya. Shilla yang lagi maskeran kaget sekaget-kagetnya.

"Ettdaaahh, Viaa! Loe ngagetin gue aja! Bisa ga sih ga pake nyolot, gitu?! Budeg, tau! Loe kira di hutan, apa?! Teriak-teriak mulu kaya Tarzanwati." cibir Shilla. Masih tetap sibuk dengan maskernya.

"Bomaaaattt! Udah deh, ga usah so sibuk gitu! Kenapa tadi loe ngilang?!" Sivia menoyor kepala Shilla agak keras.

"Adaww! Gila loe, yeh! Sakit, tau!" Shilla meringis.

"Jawab pertanyaan gue! Sebelum gue makan, loe!" Sivia meremas kepala Shilla, keras banget.

"Oke-oke. Kapan gue ninggalin loe, yah? Hmm.." Shilla pura-pura mikir.

"Waktu di Taman Kota. Loe kemana? Ngilang gitu aja. Ninggalin gue sendiri, lagi. Untung ada Rio, jadi gue ada temennya. Apa loe yang rencanain ini semua?" ketus Sivia.

"Terus-terus, Rio ngapain? Bilang apa sama loe? Nembak loe, gitu? Atau apa?" heboh Shilla tanpa memperdulikan pertanyaan Sivia tadi.

"Shillaaa! Jawab pertanyaan gue dulu, ngapa! Ini semua rencana loe, kan? Seriusan, coba!"

"Tapi Rio nembak loe, kan?" ucap Shilla pelan. Bisa dibilang menggoda.

"Arrgghh.. Iya! Rio nembak gue, puas?! Tapi belum gue jawab. Dan kemungkinan bakal gue tolak! 100%." ceplos Sivia sekenanya.

"Kenapa ga loe jawab? Ah, ga asik banget loe, Vi. Payah!"

"Gimana gue mau jawab, kalo tiba-tiba si Alvin muncul gitu aja kaya jin." celetuk Sivia. Dia duduk di kasur, Shillapun mengikuti.

"Alvin??" kata Shilla yang air wajahnya berubah jadi ekspresi penasaran.

"Iya. Ini rencana busuk loe, kan?! Ngaku deh!" Sivia masih melontarkan pertanyaan yang sama.

"Ya Tuhan, gue lupa ingatan! Please, Via? Loe jangan ngasih pertanyaan yang begitu menyulitkan, gue takut ga lulus. Gue bener-bener hilangan ingatan!" ceplos Shilla dengan gaya alaynya sambil memegangi dahinya. Dia langsung tiduran. *ya allah, bagian ini GAK JELAS BANGET! Sumpah!

"Shilla! Udah deh, ga lucu!" Via memukul Shilla pake bantal. Semakin keras dan semakin keras lagi.

"Ampun Vi, ampun! Iya-iya, gue jawab! Ehemm.."

"Cepetan!" kata Sivia saat mendapati Shilla masih senyum-senyum jahil kearahnya.

"Hehe. Sebenernya ini idenya Ify." ucap Shilla.

"Hah! Ify?! Ko gitu?" bales Sivia heran.

"Iya, Ify. Dia bilang kalo Rio itu suka sama loe! Padahal itu tuh rahasia antara mereka berdua. Tapi ga tau deh, si Ify malah bilang ke gue." jelas Shilla males-malesan.

"Terus? Bisanya Rio ke Taman Kota?" tanyanya lagi.

"Ya tanya aja sama Ify, gue pan cuma nurut bawa loe ke Taman Kota, doang. Selebihnya sih urusan dia. Gue pikir, loe juga suka sama Rio." Shilla menaruh telunjuknya di bibirnya.

"Pasti ada hubungannya sama lukisan itu, kan?! Loe salah, Shilla. Itu bukan Rio! Tapi, hmm.." ucap Via terpotong.

"Hehehe. Bukan! Sotoy loe. Gue juga tau kalo lukisan itu bukan Rio, tapi Alvin!"

"Lho? Ko bisa tau, sih? Tapi jangan bilang-bilang sama dia ya, Shil? Please."

"Tau, ah! Gue ngantuk. Tidur dulua, yah? Babay.." Shilla menenggelamkan diri dibawah selimutnya.

 "Yaaahhh.. Shillaaa..." frontal Sivia sambil mengobrak-abrik Shilla. Tapi nihil, Shilla sudah ga ada reaksi apa-apa lagi. Akhirnya, diapun terpaksa ikutan berbaring disamping lembarannya itu.


###


Malam kian melarut. Bunyi jarum jam terdengar merdu, sehingga mampu memecah keheningan yang merajalela saat itu. Jutaan bintang masih senantiasa menghiasi langit bagaikan lukisan raksasa yang terbentang diatas sana. Entah kenapa, di suatu tempat masih ada seseorang yang belum juga menutup matanya untuk beristirahat. Pikirannya seakan masih melayang-layang di Taman Kota yang belum lama ia kunjungi malam tadi.

"Ck. Kenapa gue mikirin dia terus, sih?!" desahnya sedikit kesal sambil memukul bantal dan kemudian beranjak bangun mendekati jendela. Matanya menatap bulan yang malam itu terlihat begitu sempurna membentang di bima sakti.

"Dia itu memang gadis yang cantik, apa adanya, blak-blakan. Ga seperti gadis lainnya." gumamnya sambil senyum sendiri. Dia merasa bahwa sosok gadis yang baru saja dipujinya muncul diantara bintang-bintang.

"Apa gue jatuh cinta sama dia? Apa mungkin? Gue bingung, kenapa cewe itu selalu muncul begitu saja di mata gue. Ah, tapi ga mungkin! Gue belum lama kenal sama dia." Alvin menutup rapat jendela kamarnya.

"Ayolah, Vin! Ini udah malem, loe ga usah mikirin dia mulu!" ajaknya pada diri sendiri. Cowo itu Alvin. Sahabatnya Rio.


###


Matahari tersenyum renyah. Ia mampu memancarkan sinarnya keseluruh pelosok-pelosok komplek, seakan memberi semangat baru untuk beraktifitas di minggu ini.

Rio bener-bener kaget saat Sivia sudah berada didepan pintu rumah pamannya itu. Jelas aja dia kaget, ini kan masih pagi? Masih pagi banget malah. Tapi, Sivia sudah ada didepan matanya. Dilihatnya Sivia dengan seksama dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Sivia mengenakan kaos biru panjang dan celana sport panjang juga. Lengkap dengan sepatu yang selalu dia pake kalo hari minggu pagi. Sudah seperti atlet maraton 1000 meter aja. Hehe.

"Sivia??" ucap Rio heran.

"Iya. Gue, Sivia! Kenapa? Cantik, yah?" Sivia mesem.

"Lagian pake nanya segala. Udah tau ini gue, Sivia!" ceplos Sivia lagi.

"Ohehe. Sorry, deh! Oh iya, loe mau ketemu siapa? Gue, apa Ify?" tanya Rio.

"IFY-laah. Dia udah bangun, belum?" ucap Sivia berbalik nanya. Dia maen ngeloyor aja masuk kedalam tanpa dipersilahkan sama Rio. Sivia emang gitu, udah kebiasaan. Si Rio hanya geleng-geleng kepala.

"Itu kamar gue!" cegah Rio saat melihat Sivia hendak membuka pintu salah satu kamar. Sivia mengerutkan dahinya sejenak.

"Engga, ah! Ini kamar Ify." protesnya yakin.

"Itu kamar gue, Via! Loe ga percayaan amat, sih?"

"Masa, sih? Emang kamar Ify udah pindah, yah? Pindah kapan?!" Sivia menggaruk kepalanya pelan.

"Pindah?? Kaga, ah! Dari dulu juga kamar gue disitu. Dan gue kasih tau lagi ya, kamar Ify tuh bukan disitu."

"Terus? Dimana kamar Ify?"

"Noohh..!" tunjuk Rio dengan dagunya. Kemudian dia langsung kembali lagi ke ruang tengah untuk nonton televisi.

"Oohh.." balas Sivia pelan sambil nyengir ga jelas.


CKREK! Pintu kamar Ify dibuka. Didalam, Ify terlihat sedang duduk sambil memakaikan sepatu sport berwarna pink di kakinya. Ya, mereka mau lari pagi keliling komplek. Sivia cs memang sering lari pagi bareng, bahkan sudah menjadi kegiatan rutin tiap minggunya bagi mereka. Namun, kebetulan hari ini si Agni, Shilla dan Zahra lagi absen. Ga tau, kenapa? :D

Begitu selesai memakai sepatu dan melihat Sivia yang membukan pintu kamarnya, Ify langsung menggandeng tangan Sivia tanpa basa-basi lagi.

"Yuk, get out!" ucap Ify semangat.

"Ish! Gila loe, Fy. Baru juga gue mau masuk kamar loe, udah maen cabut aja! Basa-basi dulu, kek? Atau apa, gitu?" protes Sivia yang pasrah digandeng Ify.

"Udahlah. Kelamaan, tau!" Ify menyeret Sivia hingga ke ruang tengah. Disana, Rio sedang duduk sambil makan snack favoritnya.

"Tadi malem loe kemana, hah?!" tanya Rio ketus saat Ify-Sivia lewat dibelakangnya.

"Hah! Semalem?? Emang kenapa sama gue?" tanya balik Ify yang masih bingung dengan pertanyaan Rio.

"Jangan berlaga pikun, deh! Nanti pikun beneran baru tau rasa."

"Maksud loe apaan sih, Yo? Gue bingung, deh! Semalem?" Ify masih belum ngeh dengan pertanyaan Rio.

"Iya, semalem?! Loe ko ga bilang-bilang dulu sih kalo loe udah ketemu Debo di minimarket. Mana gue ga diajak dinner, lagi!" kata Rio rada marah.

"Ohaha. Masalah itu, toh? Pan gue udah sms loe. Gimana, sih?!" jawab Ify enteng.

"Smsnya telat! Gue udah ketemu Via duluan, kali! Untung ada temennya."

"Oh, yah? Terus? Loe ngapain sama Via? Hayo ngaku!" tagih Ify maksa.

"Hmm.. Guee..." ucap Rio pelan. Namun Sivia menyambungnya.

"RIO NEMBAK GUE! PUAS, LOE?! Ah, elo mah ga asik, Fy! Kalo mau nyomblangin gue tuh milih-milih, ngapa?" ceplos Sivia. Ify hanya berusaha nahan tawa yang hampir tumpah. Si Rio malah ngedumel.

"Aduh, mampus! Pedes amat, Vi?!"

"Aciee Rio nembak Via, niyeeh? Ahelah, Via. Si Rio itu cakep, lagi. Loe lihatin deh!" suruh Ify ke Via. Sambil menggoda tentunya.

"Iya juga, sih. Tapi..."

"Udah, stop!!! Loe berdua bikin harga diri gue turun, tau ngga! Ya udah, daripada banyak basa-basi, lagian udah terlanjur blak-blakan juga. Jadi intinya gimana, nih? Gue diterima apa ngga, Vi? Please, jawab sekarang!" tagih Rio didepan Sivia dan Ify.

"Kacang...kacang...tempe...tahu...gurih...renyah!!!" sahut Ify memecah kebingungan Sivia yang sedari tadi mikir ga selesai-selesai.

"Aduh, mampus! Gue mau bilang apa, coba?! Ko jadi gini, yah? Gue kan niatnya mau lari pagi bareng nih KUNTI satu!" dumel Sivia sambil melirik Ify. Pelaaan bangeett.

"Ko malah diem sih, Vi? Ayolah! Apa sih susahnya jawab IYA atau TIDAK?!" goda Ify dibarengi anggukan Rio.

"Gue...emh..anu.. Gimana, yah? Gue ga bisa, Yo! Sorry, yah? Gue pikir kita sahabatan dulu aja. Lagian kalo gue terima, nanti anak-anak sekolah pada kecewa sama loe, sama gue juga. Secara gitu, loe itu ketua OSIS, ketua kelas, bahkan kapten tim basket pula! Selain ganteng, loe juga pinter. Dan otomatis banyak cewe yang naksir sama loe. Pastinya banyak yang lebih baik dari gue, Yo." jelas Sivia sangat rinci.

"Hmm.. Satu lagi, Yo! Gue juga takut kalo temen-temen loe di Facebook dan semua followers loe di Twitter itu pada nyerang gue. Bisa berabe, kan? Kalo gue dibunuh, gimana? Hehe...becanda! Pokonya sih gue kepengen kita sahabatan aja, Yo. Kaya dulu. Loe ga kecewa, kan?" sambung Sivia lagi sambil menyentuh pundak Rio.

"Yaaaaaaahhh... Penonton kecewa sama loe, VIA!!!" ceplos Ify sangat keras. Tapi tidak dihiraukan oleh Rio dan Sivia.

"Emh.. Gue ngerti ko, Vi. Gue juga udah punya firasat bakal ditolak sama loe. Ya kecewa ga kecewa, sih. Gue harus terima dengan lapang dada." Rio menyentuh punggung tangan Sivia yang masih berada di pundaknya.

"Ini semua gara-gara IFY!!!" sindir Rio keras banget. Ify langsung melongo.

"Lho, ko gue?!" bela Ify.

"Iya, elo! Siapa lagi?! Soalnya loe itu..."

"GA BAKAT JADI MAK COMBLANG!!!" teriak Rio dan Sivia barengan. Ify hanya menutup telinganya sambil manyun ga jelas.

"Hahahaha..." mereka bertiga tertawa keras banget.

"Tapi tunggu dulu! Yang jadi Mak Comblang gagal itu jangan gue aja, dong! Shilla juga! Dia kan ikut berpartisipasi." protes Ify. Sivia hanya mengerutkan dahinya.

"Ga usah bawa-bawa orang, deh! Ini semua idenya elo, kan? Si Shilla hanya nurutin kata-kata loe doang. Dasar." Sivia menoyor kepala Ify pelan. Disusul oleh Rio. Hahaha.

"Iya juga, sih. Tapi, kan..." ucap Ify pelan.

"Udah, ah! Gue lari pagi bareng Rio aja, deh. Babay... Hahaha." ledek Sivia sambil menggandeng paksa tangan Rio. Si Rio hanya pasrah diseret-seret sama Via. Terpaksa deh ikut lari pagi dengan pakaian tidur seadanya. Parah! Ckck.

"Sivia! Rio! Tungguin gue, ngapa? Gue kan mau ikut lari pagi juga. Ga asik, ah!" Ify mengomel sendiri dan langsung mengejar Sivia dan Rio yang sudah jauh dari pandangannya.











Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR Selengkapnya...

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR