@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Senin, 13 Mei 2013

Catatan Kecil Seorang Anak

Braakk..!!
Suara pintu terkena lemparan sandal. Aku terkejut, dan mencoba lari keluar. Namun tangan kekar telah menariku, dan tanpa ampun memukulku dg sandal yg tadi dilemparnya. Karuan saja, piring beserta isinya yg sejak tadi kupegang, jatuh berserakan di lantai.
Aku menangis. Hanya itu yg aku bisa. Aku masih belum mengerti arti semua ini. Jiwa kecilku masih belum bisa mencerna semua yg terjadi. Hanya ketakutan dan air mata, menjadi satu-satunya ekspresi yg keluar waktu itu.

"Ayah"...
Sosok yg paling dominan dlm keluarga. Terkadang dia bersikap lembut, namun lebih sering sikap kasarnya yg muncul.
Seperti kejadian sore itu, saat aku baru pulang main dg teman2ku, disambut dg makian dan amarahnya. Aku takut, aku selalu takut jika melihat ayahku marah.

Ayahku., sosok yg paling aku segani, sekaligus orang yg paling aku takuti. Jiwa kecilku terbentuk oleh karakter didikannya. Baik langsung ataupun tidak, semua sikapnya yg terekam oleh memori otaku, telah banyak membentuk karakter dalam diriku. Baiknya aku, buruknya aku, itulah hasil didikannya.

Hari2ku tak lepas dari bentakan dan kata2 sinis dari mulutnya. Terkadang aku sering dibanding2kan dg orang lain. Satu hal yg membuatku menjadi pribadi yg tertutup dan merasa rendah diri dihadapan orang lain.
Didikan keras yg kudapat selama bertahun2 itu, begitu melekat dlm diriku. Tumbuh menjadi sifat kurang positif yg sulit dirubah ataupun dihilangkan. Semua itu terkadang menimbulkan rasa penyesalan, rasa tidak percaya pada orang lain. Bahkan yg lebih parah, menimbulkan rasa minder dan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Akibat seringnya dibanding2kan dg orang lain.

Setiap pagi aku slalu dibangunkan oleh suara bentakan, bahkan tak jarang disertai dg pukulan tangan. Cercaan dan kata2 kasar selalu menyertaiku sebelum beranjak meninggalkan rumah menuju sekolah.

Terkadang aku ingin teriak sekencang mungkin, utk meluapkan gejolak di hati. Atau lari sejauh mungkin, mencari pelarian dari semua kekangan dan tekanan dalam fikiran ketika ku ada di rumah.
Namun aku tak bisa, semuanya hanya bisa kupendam dlm dada. Tak pernah bisa ku adukan pada seseorang, utk sekedar mengurangi beban. Semuanya kupendam rapat hingga berkarat di dalam hati.

Ketika aku mulai beranjak remaja, mungkin aku adalah seorang yg paling tertinggal dari remaja lain. Disaat remaja lain selalu uptodate dg perkembangan jaman, mungkin hanya akulah orang yg paling ketinggalan jaman.
Aku tak tau apa yg aku cita2kan. Tak tau apa yg mesti aku lakukan utk melangkah ke depan. Semuanya telah terdikte oleh keadaan yg terus menerus menekan. Semua langkah yg ingin kutempuh, seakan slalu terhalang dinding hitam yg sulit ditembus. Slalu saja ada sesuatu yg menjadi ganjalan.
Sekali lagi, disini sosok ayah berperan dominan dalam menentukan jalan utk hidupku. Tanpa mempedulikan sedikitpun perasaanku.

Kadang aku berfikir, se'diktator' inikah peran seorang ayah. Hingga aku sendiri seperti boneka yg tak bisa berbuat apa2. Selalu salah dlm pandangannya. Harus slalu patuh pada apapun yg dikehendakinya, meskipun aku tak menyukainya.
Hingga aku tak bisa mengembangkan bakat dan minatku sendiri.

Ayah...
Sadarkah kau, telah membentuk ku menjadi pribadi yg buruk. Pribadi yg lemah, yg slalu menutup diri dan sulit berkembang.

Ayah...
Tak tau kah kau, tentang perasaan anakmu. Yg selalu dihinggapi keterpaksaan ketika harus bertindak sesuai keinginanmu,.

Ayah..
Taukah kau., aku slalu tertekan akan sikap arogansimu. Tp aku tak mau durhaka jika aku harus menyangkalmu.

Ayah..
Aku sadar, aku ini bodoh. Tapi aku masih mempunyai nilai yg mungkin tak ayah ketahui, krna aku tak pernah diberi kesempatan utk mengekspresikan perasaanku sendiri. Aku slalu terluka oleh sikap egoismu.

Ayah..
Aku tak menyalahkanmu, aku hanya menyesalkan sikapmu yg secara tak langsung telah membentuk karakter yg lemah dlm jiwaku.

Ayah..
Aku tau, semua yg kau lakukan, mungkin bertujuan ingin memberikan yg terbaik utk anakmu. Namun tau kah kau ayah., caramu caramu kurang tepat, atau mungkin bisa dikatakan 'salah' dlm mendidiku.
Maaf jika aku salah menilaimu, karena pemikiran anak kecilmu ini masih belum bisa mencerna dg baik apa yg selama ini kau berikan padaku.


Kini., aku mulai tumbuh dewasa. Aku mulai bisa mengerti akan sikap kerasmu. Mungkin tekanan hidup yg memaksamu bersikap seperti itu terhadap anakmu.

"AYAH.. Maafkan aku, yang terlambat memahami semua bentuk Kasih Sayangmu.."

..Dengan penuh hormat, aku ingin mengatakan.. TERIMA KASIH AYAH..
You're my hero..

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar