Braakk..!!
Suara pintu terkena lemparan sandal. Aku
terkejut, dan mencoba lari keluar. Namun tangan kekar telah menariku,
dan tanpa ampun memukulku dg sandal yg tadi dilemparnya. Karuan saja,
piring beserta isinya yg sejak tadi kupegang, jatuh berserakan di
lantai.
Aku menangis. Hanya itu yg aku bisa. Aku masih belum
mengerti arti semua ini. Jiwa kecilku masih belum bisa mencerna semua
yg terjadi. Hanya ketakutan dan air mata, menjadi satu-satunya ekspresi
yg keluar waktu itu.
"Ayah"...
Sosok yg paling dominan dlm keluarga. Terkadang dia bersikap lembut, namun lebih sering sikap kasarnya yg muncul.
Seperti
kejadian sore itu, saat aku baru pulang main dg teman2ku, disambut dg
makian dan amarahnya. Aku takut, aku selalu takut jika melihat ayahku
marah.
Ayahku., sosok yg paling aku segani, sekaligus
orang yg paling aku takuti. Jiwa kecilku terbentuk oleh karakter
didikannya. Baik langsung ataupun tidak, semua sikapnya yg terekam oleh
memori otaku, telah banyak membentuk karakter dalam diriku. Baiknya
aku, buruknya aku, itulah hasil didikannya.
Hari2ku tak
lepas dari bentakan dan kata2 sinis dari mulutnya. Terkadang aku sering
dibanding2kan dg orang lain. Satu hal yg membuatku menjadi pribadi yg
tertutup dan merasa rendah diri dihadapan orang lain.
Didikan
keras yg kudapat selama bertahun2 itu, begitu melekat dlm diriku.
Tumbuh menjadi sifat kurang positif yg sulit dirubah ataupun
dihilangkan. Semua itu terkadang menimbulkan rasa penyesalan, rasa tidak
percaya pada orang lain. Bahkan yg lebih parah, menimbulkan rasa
minder dan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Akibat seringnya
dibanding2kan dg orang lain.
Setiap pagi aku slalu
dibangunkan oleh suara bentakan, bahkan tak jarang disertai dg pukulan
tangan. Cercaan dan kata2 kasar selalu menyertaiku sebelum beranjak
meninggalkan rumah menuju sekolah.
Terkadang aku ingin
teriak sekencang mungkin, utk meluapkan gejolak di hati. Atau lari
sejauh mungkin, mencari pelarian dari semua kekangan dan tekanan dalam
fikiran ketika ku ada di rumah.
Namun aku tak bisa, semuanya hanya
bisa kupendam dlm dada. Tak pernah bisa ku adukan pada seseorang, utk
sekedar mengurangi beban. Semuanya kupendam rapat hingga berkarat di
dalam hati.
Ketika aku mulai beranjak remaja, mungkin aku
adalah seorang yg paling tertinggal dari remaja lain. Disaat remaja
lain selalu uptodate dg perkembangan jaman, mungkin hanya akulah orang
yg paling ketinggalan jaman.
Aku tak tau apa yg aku cita2kan. Tak
tau apa yg mesti aku lakukan utk melangkah ke depan. Semuanya telah
terdikte oleh keadaan yg terus menerus menekan. Semua langkah yg ingin
kutempuh, seakan slalu terhalang dinding hitam yg sulit ditembus. Slalu
saja ada sesuatu yg menjadi ganjalan.
Sekali lagi, disini sosok ayah berperan dominan dalam menentukan jalan utk hidupku. Tanpa mempedulikan sedikitpun perasaanku.
Kadang
aku berfikir, se'diktator' inikah peran seorang ayah. Hingga aku
sendiri seperti boneka yg tak bisa berbuat apa2. Selalu salah dlm
pandangannya. Harus slalu patuh pada apapun yg dikehendakinya, meskipun
aku tak menyukainya.
Hingga aku tak bisa mengembangkan bakat dan minatku sendiri.
Ayah...
Sadarkah kau, telah membentuk ku menjadi pribadi yg buruk. Pribadi yg lemah, yg slalu menutup diri dan sulit berkembang.
Ayah...
Tak tau kah kau, tentang perasaan anakmu. Yg selalu dihinggapi keterpaksaan ketika harus bertindak sesuai keinginanmu,.
Ayah..
Taukah kau., aku slalu tertekan akan sikap arogansimu. Tp aku tak mau durhaka jika aku harus menyangkalmu.
Ayah..
Aku
sadar, aku ini bodoh. Tapi aku masih mempunyai nilai yg mungkin tak
ayah ketahui, krna aku tak pernah diberi kesempatan utk mengekspresikan
perasaanku sendiri. Aku slalu terluka oleh sikap egoismu.
Ayah..
Aku tak menyalahkanmu, aku hanya menyesalkan sikapmu yg secara tak langsung telah membentuk karakter yg lemah dlm jiwaku.
Ayah..
Aku
tau, semua yg kau lakukan, mungkin bertujuan ingin memberikan yg
terbaik utk anakmu. Namun tau kah kau ayah., caramu caramu kurang
tepat, atau mungkin bisa dikatakan 'salah' dlm mendidiku.
Maaf
jika aku salah menilaimu, karena pemikiran anak kecilmu ini masih belum
bisa mencerna dg baik apa yg selama ini kau berikan padaku.
Kini.,
aku mulai tumbuh dewasa. Aku mulai bisa mengerti akan sikap kerasmu.
Mungkin tekanan hidup yg memaksamu bersikap seperti itu terhadap
anakmu.
"AYAH.. Maafkan aku, yang terlambat memahami semua bentuk Kasih Sayangmu.."
..Dengan penuh hormat, aku ingin mengatakan.. TERIMA KASIH AYAH..
You're my hero..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar