@guetaher_ @iamalvinjo_ @azizahsivia

Say What You Need To Say!

Senin, 13 Mei 2013

Drabble Alvia

1.


Guratan oranye yang melintang di ufuk barat kian memudar. Deru ombakpun seakan ikut diam membisu, hanya desiran-desiran pasir pantai yang mungkin masih asyik bercanda. Sang surya tenggelam seketika, dan malam tiba.

Alvin masih terduduk, merenung, menatap satu garis lurus horizontal yang semakin menggelap. Tangannya memeluk lutut erat dengan sesekali menggesekan kedua telapak kakinya cepat.
“Aku rindu kamu!” ucap Alvin lirih. Ia masih enggan bangkit dari duduknya.
“Kapan kamu pulang ke Indonesia, Vi?” Alvin menundukkan kepalanya pasrah. Sudah lima bulan ini ia bersikap seperti ini, mengurung diri. Tepatnya saat Alvin ditinggal pergi ke Belanda sama sahabat kecilnya, Via.
“Alvin!” teriak seseorang tak jauh di belakang Alvin.
“Alvin, ayo pulang! Ini sudah malam.” teriaknya lagi. Alvin tetap menunduk, tidak sama sekali menghiraukan panggilan tersebut hingga terdengar derap langkah kaki yang mendekatinya.
“Kenapa kamu masih disini, Vin? Ayo pulang! Aku sudah kangen banget sama kamu.” Alvin terkesiap mendengarnya, suara ini beda dengan suara sebelumnya. Ia menengok ke belakang perlahan.
“Via?!” kaget Alvin, matanya berbinar.
“Iya, ini aku, Via!” kata Via dengan guratan senyum manis yang membuat Alvin tak sabar ingin memeluknya erat.
“Aku kangen kamu, Vi! Dan yang harus kamu tau, aku benar-benar gak bisa hidup tanpa ada kamu, Via. Kamu mau kan jangan tinggalin aku lagi?” pinta Alvin penuh harap. Via tersenyum dipelukkan Alvin, tak terasa air matanya mengalir lembut di pipinya.
“Aku janji, mulai sekarang aku gak akan pernah ninggalin kamu lagi. Aku sayang kamu!” balas Via semangat.
“Janji?” Alvin mengangkat jari kelingkingnya tepat di depan hidung Via.
“Janji!” jawabnya sambil membalas kelingking Alvin. Lagi, Via memeluk Alvin erat. Dan tanpa disadari Alvin, Via mengalungkan sebuah liontin yang berinisial Alvia di leher cowok yang sedang dipeluknya itu seraya membisikkan sesuatu, “Happy Birthday, Alvin! God Bless You. Jangan pernah lepas liontin ini ya? Buat kita, aku dan kamu.” Alvin tersenyum, matanya berkaca.




2. 


Namun kini, pikiranku hanya tertuju padamu. Sungguh ku tenggelam dalam khayal cinta.



"Ah! Mana mungkin, sih?!" rutuk Via kesal. Ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Kali ini, Via sedang berdiri di dekat balkon kamar miliknya, malam hari.
"Masa gue jatuh cinta sama dia, sih? Gak mungkin banget, deh! Dia kan orang super aneh yang pernah gue temui." Via menatap satu bintang yang kala itu bersinar paling terang, seakan senang mendengarkan curhatan Via.

Flashback On.


"Ini sepatu loe! Maaf yah kalo kemaren gue jahil sama loe." ucap Alvin tiba-tiba saat Via sedang berkutat dengan pelajaran kimia yang maha susah. Sedetik, Via mengangkat salah satu alisnya, heran. Seorang cowok yang selama ini dikenal sengak, sombong, jahil, sok cakep dan sok berkuasa oleh Via itu, kini mau mengembalikan sepatu Via yang kemarin ia lempar ke atas genteng dan bahkan sampai meminta maaf dengan tulus padanya.
"Gak salah loe?! Apa loe belum minum obat kali, ya?" tanya Via heran.
"Emang ada yang salah, ya? Apa gue gak boleh minta maaf sama loe?" tanya balik Alvin dengan menatap mata Via lekat.
"Vi, terserah loe deh mau maafin gue apa nggak. Disini gue cuma mau jujur kalo sebenernya gue itu cinta sama loe! Udah, gitu aja. Dan gue ngelakuin semua itu hanya ingin elo itu memberi perhatian lebih buat gue, alias gak cuek. Ya, emang bodoh sih kelihatannya. Tapi, emang ini kenyataannya kalo gue cinta sama loe, Vi." jelas Alvin tanpa basa-basi dulu dengan Via. Sedangkan Via hanya cengo mendengar penuturan Alvin.
"Terus gue harus bilang WOW gitu sama loe! Udah deh, gak usah becanda gitu! Gak lucu, tau! Udah sana loe pergi! Gue lagi banyak tugas, jangan ganggu gue deh. Gue udah maafin loe, kok. Tenang aja." Via kembali beralih ke buku catatannya tanpa melihat ekspresi muka Alvin yang super kesal. Sudah jelas-jelas dia itu serius, malah di anggap becanda. Dasar nasib orang 'SOK' kali, ya? Hehehe...
"Dasar orang aneh! Nyesel gue bilang cinta sama loe! Gue tarik balik deh kata-kata gue barusan!" sesal Alvin sambil pergi.




3.


Bel istirahat berdering. Siswa-siswi SMA 2 berhamburan disekitar sekolahnya, tak terkecuali Alvin cs yang notabene-nya geng paling sengak di sekolah tersebut. Seperti biasa, mereka selalu membuat ulah yang jahil bagi siapa saja yang mereka kehendaki.
"Heh, kamu! Iya kamu! Sini!" panggil Gabriel pada seseorang yang sedang asyik memandangi cowok-cowok bermain basket.
"Loe manggil gue barusan? Ada perlu apa, deh?" jawab anak tersebut enteng. Mendengar itu, Alvin tersenyum sinis dan mulai mendekatinya dengan tatapan emosi.
"Loe songong, ya! Loe gak tau kita itu siapa, hah?!" bentak Alvin walaupun pada seorang cewek. Ya, anak tersebut adalah seorang cewek yang bernama Viamurid baru.
"Hah? Songong? Emang dari dulu juga gue kaya gini, gak ada tuh orang yang bilang gue songong. Lagipula emang gue juga gak tau elo semua itu siapa?" Via melipat dada santai.
"Asal loe tau ya! Kita berdua itu penguasa di sekolah ini. Jadi, loe jangan macam-macam sama kita! Dan ingat, setiap hari loe itu harus setor duit ke kita. Mana duit loe!" kata Gabriel menyerobot.
"Oh... jadi elo berdua tuh preman di sekolah ini? Heuh! Tidur masih di temenin aja sudah sok-sok an jadi preman. Kalo kalian mau minta duit, sana sama bokap nyokap loe! Kenapa minta sama gue? Emang situ siapa gue? Anak gue? Bukan!" Via melengos meninggalkan Alvin dan Gabriel yang sudah dibuat geram olehnya.
"Berani loe sama kita, hah? Sialan." Gabriel mencoba mengejar Via, namun tangannya ditahan oleh Alvin. Karena ia ingin menanganinya sendiri. Masa iya 1 cewek dikeroyok 2 cowok?

Tubuh Via tersentak ke pinggir tembok kelas. Kerah bajunya yang diremas oleh Alvin, membuatnya susah untuk melawan. Alvin menatap mata Via dalam, begitupun sebaliknya.
"Kali ini loe boleh menang, karena gue gak biasa melawan seorang cewek. Tapi, lain kali gue gak segan-segan buat ngehabisin loe! Ngerti?" bisik Alvin tepat di telinga Via. Sedangkan Via memutar bola matanya dengan santai.
"GUE GAK TAKUT!" balasnya dengan mendorong Alvin hingga terjatuh kebelakang.




4.



Kilauan sinar bulan dan bintang seakan menjadi saksi kisah cinta dua insan yang kini sedang duduk santai diatas sebuah gedung. Mata mereka berbinar. Sedetik, si cewek meletakkan kepalanya di pundak si cowok.
"Kalau boleh aku meminta satu permintaan, aku berharap semoga malam ini menjadi malam paling panjang dan paling indah dari malam-malam sebelumnya." ucap si cewek tiba-tiba.
"Kenapa? Kenapa cuma malam ini? Bukankah setiap malam itu indah?" tanya Alvinsi cowok sambil membelai rambut ceweknyaVia.
"Yaa... karena malam ini adalah malam spesial, malam dimana aku merasa sangat bahagia bisa mengenakan gaun pengantin dan duduk berdampingan dengan kamu." Via menatap Alvin lekat. Senyumnya langsung terbersit, manis sekali. Seketika itu pula Via merasa bahwa bibirnya begitu kaku, matanya terpejam, kehangatan menjalar di sekujur tubuhnya.
"Dan, kalau aku boleh minta satu permintaan, aku gak mau berada jauh dari kamu sedetikpun! Kemanapun kamu pergi, aku akan selalu ada disisimu, menjagamu, dan memastikan bahwa gak ada seorangpun yang mampu memisahkan kita! Aku sayang kamu, Via." kata Alvin setelah ia memberi kecupan hangat di bibir Via. Sejenak, Via tersenyum dan langsung memeluk erat tubuh Alvin yang begitu harum.
"Ku harap... hanya kematianlah yang mampu memisahkan kita berdua." balas Via sambil mempererat pelukkannya. Alvin tersenyum memandang bulan dan bintang yang saat itu jaraknya benar-benar dekat dengan mereka.
"Kalau begitu, kita ke pesta lagi, yuk! Kasihan tamu-tamunya sudah pada nunggu." ajak Via. Kemudian ia bangkit dan mengangkat gaunnya yang superduper ribet. Melihat ceweknya yang kerepotan dengan bajunya, Alvin pun ikut membantu sambil senyum-senyum gak jelas sampai Alvin tidak menyadari bahwa kakinya menginjak pijakan yang rapuh. Alvin terpeleset! Refleks, tangannya menarik gaun Via yang kebetulan jaraknya belum terlalu jauh dari posisi Alvin tersebut.
"Alviiin... Viiiaa... Aaaaaaaaa!!!" teriak mereka berdua. Dan secepat kilat tubuh mereka menyentuh tanah dalam keadaan berpelukan.




5.



Sorak sorai dalam kelas tak dapat lagi terelakkan ketika Via terjatuh dari kursi akibat ulah Alvin yang jahil. Alhasil, Via benar-benar dibuat superduper malu didepan teman-temannya.
"Rese amat sih loe jadi orang! Sakit, tau?!" bentak Via sambil memegangi pantatnya yang kesakitan. Sedangkan si pelakuAlvin hanya senyum-senyum sinis tanpa memperdulikan ocehan Via tersebut.
"Dasar cowok aneh! Aaarrrggghhh..." geregetnya melihat Alvin yang cuek bebek sama dirinya.
"Makanya kalau mau duduk lihat-lihat! Udah tau gak ada kursinya, eh malah duduk. Jatuh, kan, loe?!" balas Alvin enteng. Mendengar itu, muka Via berubah semakin geram. Bisa jadi Alvin bakalan diterkam hidup-hidup sama Via.
"Ih! Elo tuh, ya! Enek gue lihat muka loe." Via meninggalkan Alvin dkk serta teman-teman kelas lainnya yang masih sempat menahan tawa karena kejadian tadi.

***


"Elo pasti malu banget ya, Vi?" tanya Prissy setelah Via selesai bercerita di kantin.
"Ya Tuhan, Prissy! Jelas gue malu banget, lah! Pake nanya." responnya sambil mengaduk-aduk milikshake kesukaannya itu.
"Hehe... gue kan cuma nanya doang, gak usah sensitif gitu juga, kali?" goda Prissy melihat ekspresi muka Via yang begitu kesal. Tiba-tiba...
"Ups! Sorry, gue gak sengaja." ucap seseorang seketika.
"Alviiinnn... loe rese banget sih jadi orang! Loe sengaja, kan?! Ngaku, deh!" Via mengibas-ngibaskan bajunya yang terkena tumpahan jus tomat milik Alvin.
"Jangan buruk sangka dulu, dong! Jelas-jelas gue tadi udah minta maaf, itu berarti gue gak sengaja! Gimana, sih?!" cetus Alvin sinis. Via mencak pinggang. Sedangkan Prissy hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Alvin dan Via. Sepertinya perang dunia ketiga bakal dimulai.
"Gak usah banyak bacot deh, loe! Gue tau loe itu sengaja. Loe syirik kan sama gue? Karena gue udah rebut predikat ranking satu di kelas. Ngaku, loe! Lagian, mau loe itu apa, sih?"
"Sorry, gue gak syirik! Gue itu lebih pintar dan lebih cerdas dari loe! Inget, gue cuma mau loe itu pergi dari pikiran gue!" ucap Alvin sambil meninggalkan Via dan Prissy.




6.



Brak!!! Kursi roda yang sejak tadi didorongnya itu, ia tabrakan ke dinding kamar. Lantas, lelaki muda yang duduk diatasnya tersungkur dengan posisi kepala yang mendarat lebih dulu ke tanah. Keningnya berdarah, tubuhnya seakan tak bisa lagi untuk digerakkan. Sedangkan, lelaki dewasa yang mendorong kursi roda tersebut terus menerus mengepalkan tangannya sambil meredam emosi yang hampir membeludag.
"Ayah gak sudi punya anak kaya kamu, Vin! Kamu cacat! Bisanya cuma nyusahin orang saja. Dasar anak yang gak berguna!" bentaknya penuh amarah. Ia melangkah ke arah Alvinanak muda tadi sambil mencengkeram kerah bajunya.
"Kamu tau, kan, Vin?! Ibumu meninggal karena siapa?! Harta ayah habis karena siapa?! Itu semua karena kamu! Karena kamu CACAT! Dan sekarang, kamu lebih baik mati daripada hidup kamu hanya bisa bergantung dan menyusahi orang saja." Alvin meneteskan air matanya. Ia sangat tertekan dengan kata-kata ayahnya yang begitu menyayat dan membekas abadi di hatinya.
"Yah... Alvin memang cacat. Alvin buta! Alvin juga lumpuh! Tapi ayah harus sadar, ini semua sudah takdir Alvin, Yah! Ayah harus terima keadaan Alvin, Alvin mohon? Kenapa ayah terus menerus membenci Alvin?! Kenapa Yah, kenapa?!" kata Alvin seraya meremas pundak tangan ayahnya yang masih memegang kerah bajunya. Sedetik, sang ayah berdiri dan membelakangi Alvin.
"Kamu bukan anak ayah!" tolaknya sambil meninggalkan Alvin sendirian.

***


"Kalau begitu kamu tinggal di rumah aku aja, Vin. Aku gak tega ngelihat kamu disiksa terus sama Ayah kamu. Gimana, kamu mau?" tawar sahabat Alvin yang saat itu sedang duduk di taman dengannya.
"Tapi... aku takut Ayah bakal ngelakuin yang nggak-nggak sama keluarga kamu, Vi. Maaf, aku gak bisa. Lagipula aku terima kok semua perlakuan ayah terhadapku, walaupun aku akan mati." respon Alvin sambil memainkan kursi rodanya menjauh dari tempat Viasahabat Alvin berdiri. Tiba-tiba, Via meneteskan air matanya dan berlari untuk memeluk Alvin dari belakang.
"Aku sayang kamu, Vin." ucapnya pelan. Alvin tersenyum.




7.



Langkahnya semakin ragu untuk diangkat setelah mengetahui kalau cowok itu adalah Alvinmusuh bebuyutannya. Cowok tersebut duduk membelakangi pohon cemara yang berdiri kokoh didepan kelas XII IPS 1. Telinganya yang sedari tadi memakai earphone, ia lepaskan setelah menyadari kalau Via sudah berdiri disampingnya.
"Jadi elo yang barusan sms gue?!" tanya Via sinis.
"Gak usah banyak nanya deh! Duduk, loe!" Alvin menarik paksa tangan Via yang sejak tadi mendengus kesal menatapnya.
"Apaan, sih?! Jangan maksa, dong! Loe kira loe siapa?! Ngatur-ngatur gue." tolak Via seraya menepis tangan Alvin keras.
"Sudah??" tanya Alvin datar. Kemudian melangkah pergi meninggalkan Via sendirian. Aneh! pikir Via seketika.
"Tuh anak sinting, kali, ya? Hmmm... tapi, kok gue jadi gak enak sendiri sama dia"
"...taulah! Bodoh amat." tanpa pikir panjang, Via ikut melangkah pergi menyusul Alvin.

***


"Gue memang bodoh! Ngapain, sih?! Tadi gue pakai acara mau nembak Via segala di sekolah. Sudah jelas-jelas dia itu musuh gue! Musuh Vin, musuh! Orang kaya Via itu gak pantas jadi pacar gue. Cewek yang sok kuat, sengak, sombong, sok jagoan, yang pasti sok berkuasa di sekolah!" bentak Alvin dengan kesal memandangi gambaran dirinya didepan cermin berukuran super yang bertengger di salah satu sudut kamarnya. Tiba-tiba...

Gue sayang sama kamu, Vin. Aku tunggu dibawah pohon cemara depan kelas.

Alvin terbelalak saat membaca sebuah pesan dari salah seorang cewek yang memang sudah gak asing lagi baginya. Kemudian ia berjalan mendekati tempat tidurnya.
"Maksudnya apaan?" gumam Alvin pelan. Tubuhnya ia rebahkan diatas kasur. Alvin memandangi langit-langit kamarnya yang makin lama terasa memburam ditatapnya. Sedetik, mata Alvin terpejam menutupi kehidupan dunia hari ini. Ia terlelap tanpa menghiraukan sms yang barusan ia terima dan ia bacakan. Sms dari Via.

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/02/membuat-read-moreselengkapnyabaca.html#ixzz1yh2gzkxR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar